...
Bukannya menjawab, Bayu justru tertawa terbahak-bahak. “Baiklah aku akan jujur. Aku tidak mungkin tidak menyelidikimu. Awalnya aku sangat marah padamu, aku menduga saat kau memutuskanku, kau selingkuh dan jatuh cinta dengan pria lain.”
“Apa aku tipe gadis seperti itu?!” Aku bertanya tak terima.
“Eumm.. tidak.” Aku tersenyum puas mendengar jawabannya.
“Tapi sekarang aku bisa melihat jelas bagaimana kamu secara terang-terangan tertarik pada pria tampan, menatap
dokter Stefan seperti itu.” Aku menatapnya tajam, menutupi rasa malu karena ketahuan olehnya.
“Pria tampan memang sulit di tolak.”
“Dia tidak tampan!”
“Dia tampan dengan mata hazelnya, rambut coklat madunya dan kulit putihnya. Senyumnya dan cara bicaranya—“
“Sial. Aku tidak bisa mewarnai rambutku.” Aku terkekeh geli mendengar gerutuannya. Kemudian ekspresi wajahnya berubah, kembali serius menatapku.
“Tapi setelah di selidiki, aku mengerti. Selama lima tahun ini aku mencari waktu yang tepat untuk menemuimu. Aku menunggumu menyelesaikan segala urusan sekolah dan pekerjaan. Aku menunggu sampai aku bisa berada di tempat yang bisa membanggakanmu. Aku tidak ingin kembali padamu hanya sebagai seorang tentara biasa. Hanya dengan harapan itu, aku berharap bisa menemuimu dengan bangga.”
Aku diam, menatapnya. Perkataannya menghangatkan hatiku. Belum pernah ada orang yang begitu tulus ingin menemuiku, ingin aku bangga padanya.
Bayu tersenyum begitu menawan, dia menunduk untuk meraih tangan kananku yang bebas dari jarum infus. Menggenggamnya hangat. “Maafkan aku jika aku diam-diam menyelidikimu, saat itu aku begitu marah, sangat kesal padamu. Kau mengecewakanku, kau mengingkari janji untuk bertahan di sisiku selama aku berada di camp pelatihan militer. Namun sekarang aku mengerti. Aku mengerti garis besarnya.”
“Apa yang kau mengerti? Beritahu aku garis besarnya.” Aku bertanya gugup, rasanya tidak nyaman saat orang lain diam-diam menyelidiki permasalahan pribadimu. Tapi dia sudah meminta maaf, aku harus coba berpikir dari sisinya.
Sebelum menjawab, Bayu menatapku cukup lama, mencari sesuatu dari dalam mataku. Kedua tangannya yang menggenggam tanganku tidak ia lepaskan.
“Kau yakin aku boleh mengatakannya?”
Bayu sangat mengenalku dengan baik, dia tahu apa yang aku pikirkan. Dia pria yang baik, lihatlah dia begitu
menghargaiku. Dia meminta izin padaku hanya untuk menjawab pertanyaanku? Manis sekali.
Akhirnya aku tersenyum kecil, kali ini tersenyum tulus padanya. “Tidak. Jangan! Aku akan sangat malu mendengarnya.”
“Baiklah. Aku tidak akan mengatakannya. Hanya saja aku ingin mengatakan satu hal.”
“Apa?”
“Aku mungkin tidak bisa membantu menyelesaikan masalahmu, tapi aku di sini ada untuk mendukungmu.”
Aku tersenyum lebih lebar, perkataannya sekali lagi menghangatkan hatiku. Sudah sangat lama aku tidak merasakan perasaan ini. Perasaan nyaman dan tenang bersama seseorang.
“Terima kasih. Kau terlihat dewasa sekarang.”
“Tentu saja, umurku dua puluh empat tahun. Kau juga.”
“Aku masih dua puluh tiga tahun. Aku belum ulang tahun untuk tahun ini.”
“Oh, kau benar! Ulang tahunku sudah lewat, kau tidak menyiapkan hadiah untukku?”
“Untuk apa aku menyiapkan hadiah? Tiga bulan lalu kita belum bertemu. Lagipula siapa kamu? Kita hanya seseorang yang saling mengenal.”
Bayu menyipitkan matanya, sekarang pandangannya kembali ke mode jahil.
“Tega sekali. Aku selalu menyiapkan hadiah setiap tahunnya.” Mataku langsung berbinar.
“Benarkah? Berikan padaku!”
“Tidak!”
“Hadiahnya kan untukku!”
“Aku akan membuangnya!” Aku memukul bahunya kesal.
“Kalau kau ingin membuangnya, terus kenapa harus memberitahu aku jika kau menyiapkan hadiah?!”
“Supaya aku bisa melihat wajah kesalmu ini.” Bayu tertawa kecil menatapku. Aku mendelik, tidak ingin menatapnya. Dia masih sama saja, hobi menggodaku seperti ini. Hobi sekali membuatku kesal.
“Aku akan cepat tua jika menghadapimu setiap hari.”
“Aku akan menemanimu sampai tua.” Lagi-lagi ucapannya berhasil membuat jantungku lemah. Aku menunduk, tidak sanggup menatap wajahnya karena jika lama-lama aku menatapnya, wajahku bisa memerah.
“Natasha?”
“Hmm?” Aku mendongak, Baru kali ini aku mendengar dengan jelas Bayu menyebut namaku. Mata bulatnya tidak lepas menatapku, aku bisa melihat ketulusan di sana. Aku bisa merasakan kasih sayangnya lewat sana. Salahkah aku jika aku merasa di cintai olehnya?
“Pesan singkatmu lima tahun lalu itu tidak aku terima!” Sekarang, Bayu terlihat sangat serius membuatku semakin gugup. Wajahnya terlihat lebih dewasa dari ingatan terakhirku tentangnya.
“Apa?” Aku bertanya, pura-pura bodoh tapi sebenarnya aku ingin dia mengatakannya lebih jelas.
Tok tok tok..
Lelaki ini tampak kesal, dia melirik pintu sangat tajam sembari berkata. “Masuk!”
“Lapor pak, kami sudah menemukan tempat persembunyian Rey.”
Rey? Mereka akan menangkapnya ‘kan? Tentu saja harus! Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku bertemu dengannya lagi nanti. Bayangan tentang racun dan terjun bebas masih sangat jelas.
“Siapkan tim, kita akan menangkapnya.”
“Baik pak!”
Setelah mengatakannya dengan lantang, pria yang tadi berdiri di ambang pintu menutup kembali pintunya dan tersisa lagi Bayu dan aku di ruangan ini.
“Aku harus pergi.”
“Tapi tadi dokter mengatakan kau juga harus istirahat, ingat?”
Bayu tersenyum kecil, kemudian tangannya terangkat menepuk puncak kepalaku pelan. “Aku akan kembali dengan cepat, pembicaraan kita belum selesai!”
“Apa lagi?” Aku pura-pura tidak mengerti, tapi seperti yang ku duga, Bayu terlalu mengenal Natasha Icha Davindra dengan baik. Dia berdecak dan tersenyum jahil menatapku.
Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, lelaki itu bangkit dan berjalan perlahan mendekati pintu lalu membukanya, sebelum dia menghilang di sana, Bayu kembali menoleh menatapku.
“Ingat, jangan nakal! Aku tidak ingin mendengar keluhan dari dokter Stefan jika kamu diam-diam menatapnya.”
“Pergi! Cepat Pergi!!” Aku hendak melempar bantal padanya tapi pintu sudah di tutup terlebih dahulu dengan diiringi tawa puas milik Bayu.
Belum sampai lima belas menit kami mengobrol tapi perasaanku begitu tidak karuan. Banyak sekali perasaan yang aku rasakan bersamanya. Seperti aku menaiki roller coster.
Inilah Bayu, lelaki yang masih sangat aku sayangi. Lelaki yang memiliki banyak pesona. Dia memang tidak setampan dokter Stefan atau sekeren Rey yang memiliki aura misterius, tapi Bayu memiliki aura mempesona yang tidak bisa aku tolak. Selain itu sekarang aku merasakan Bayu terlihat berwibawa dan dewasa. Aku bisa menduga jika aku belum mengenal dengan baik sisi Bayu yang baru.
Aku ingin mengenal sisi barunya itu. Aku ingin tahu bagaimana kehidupannya, bagaimana kesehariannya. Aku juga ingin melihat lebih lama ekspresinya yang sedang marah, senang, sedih dan gugupnya, semua ekspresinya.
Sekarang aku hanya berharap Bayu cepat kembali. Aku sudah merindukannya padahal belum satu menit Bayu pergi.
***
“Terima kasih sus, maaf merepotkan pagi-pagi seperti ini.” Aku tersenyum menatap seorang wanita berpakaian rapih tengah membereskan alat-alat yang baru saja ia gunakan untuk melepaskan jarum
infus dari tanganku.
Jam menunjukkan pukul lima pagi. Setelah Bayu pergi, aku lupa belum memeriksa ponsel selama hampir dua puluh
empat jam dan banyak sekali notifikasi dari grup chatting perusahaan.
Aku hampir melupakan jadwal rapat pagi ini. Rapat yang biasa di adakan enam bulan sekali. Rapat yang di hadiri oleh kepala administrasi sepertiku dari seluruh cabang di negeri ini. Rapat yang biasanya akan berlangsung selama empat hari tiga malam di luar kota.
Seperti rapat yang sudah pernah di lakukan, aku akan ikut berangkat bersama pak Dani dan bu Rima menggunakan mobil kantor. Kami bertiga berasal dari cabang perusahaan di kota ini dan mereka sudah menghubungiku sejak kemarin malam tentang tempat janjian kami bertemu.
Masih ada waktu tiga jam, aku harus cepat-cepat pulang ke rumah menyiapkan baju yang akan di bawa. Aku tidak bisa absen dalam rapat besar kali ini.
“Lagi? Bayu menitipkanmu padaku agar kau tidak kabur.” Aku menoleh mendengar suara seorang pria.
Di ambang pintu sudah berdiri dokter Stefan, dokter yang memiliki rambut berwarna coklat madu. Aku segera berdiri menyambutnya yang sedang tersenyum padaku.
“Aku belum memperkenalkan diri secara resmi. Halo perkenalkan aku adalah dokter Stefan.”
“Halo dok, senang berkenalan denganmu. Icha.” Aku menyambut uluran tangan dokter tampan ini.
“Kamu tidak bisa pulang sekarang. Radang perut karena stres, harus banyak istirahat. Kamu baru kurang dari dua jam merasakannya sekarang sudah ingin pergi?”
“Pagi ini saya harus kembali bekerja, ada rapat yang harus di hadiri.”
“Aku akan memberi surat ijin sakit untukmu dan kamu bisa memberikannya pada manajemen perusahaan.”
Aku menggeleng cepat. “Tidak dok, terima kasih. Aku hanya minta surat ijin sakit untuk kemaren saja. Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan rapat bulanan ini.”
Dokter Stefan tampak menghela napasnya. “Tenang saja dok, Bayu tidak akan marah padamu.”
“Aku tadi menyuruh Bayu untuk istirahat karena setelah dia membawamu ke sini, dia belum beristirahat, dia
sibuk mencari orang yang memberimu racun itu padahal dia baru pulang setelah menyelesaikan tugas militernya. Sekarang dia keluar lagi dan tidak mendengarkanku. Lalu kau, pasien yang baru diberikan penawar racun, yang baru terjun dari gedung ini dan yang merasakan radang perut karena stres juga akan kembali bekerja.”
Entah mengapa, omelannya membuatku terkekeh pelan. Ternyata dokter Stefan cerewet juga. “Maaf dok sekali lagi. Aku akan meminta Bayu untuk istirahat saat dia menghubungiku.”
“Yaa baiklah, asalkan kau menjaga pola makan dan jangan terlalu stres karena pekerjaan. Istirahat yang cukup, ya?” Aku mengangguk. Bersyukur atas perhatiannya.
“Ayo biar aku antar pulang.”
“Eh tidak usah dok, aku akan memesan taksi.” Aku menggeleng cepat, tidak nyaman dengan bantuannya.
“Sudah tidak apa. Pagi-pagi seperti ini susah cari taksi.”
“T—tapi dok!”
“Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita pulang sendirian, terlebih wanita ini yang di bawa oleh Bayu.” Dokter Stefan tersenyum menggoda menatapku.
Aku mengerutkan kening sembari menahan senyum malu. Tidak percaya aku akan mudah tersipu malu hanya karena godaannya, hanya karena seseorang menyinggung nama Bayu.
Gezz.. Biasanya aku tidak seperti ini, teman-temanku sering mengatakan aku wanita yang sulit di tebak karena ekspresi datar yang aku tunjukkan. Aku tidak akan mudah tersipu malu ketika ada lelaki yang berusaha mendekatiku. Tapi sepertinya Bayu adalah pengecualian.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
syakila natasya
cerita sebagus ini yg likenya cuma sedikit yg Laen pada kmna ayolah kasih semangat authornya
2021-07-08
1
Aprie
suka sama cara penulisannya dan alur ceritanya bikin penasaran, makasih ya sudah boleh baca, dan terus semangat
2020-08-25
1