...
Bagus! Sekarang mereka tidak lagi saling pukul tapi saling menodongkan pistol. Jantungku ini sangat lemah, aku tidak sanggup lagi menghadapi semua ketegangan ini.
“Lepaskan dia sekarang atau aku akan tembak!” Bayu berkata sangat tajam, aku tidak pernah melihat sisinya yang seperti ini.
Setelah mengatakan itu, dua orang pria muncul dari belakang Bayu, mereka sama-sama menodongkan pistolnya ke arahku.
Berharap dengan tiga lawan satu aku bisa segera lepas dari Rey, tapi harapanku sia-sia. Aku merasakan dua orang pria sudah berdiri di samping Rey. Sama-sama menodongkan pistolnya pada Bayu.
“Sekarang aku tahu bagaimana membuatmu keluar! Kau sangat mempedulikan gadis ini.”
“Tidak! Dia bukan siapa-siapa. Dia hanya warga negara biasa.”
Kenapa dadaku rasanya sakit sekali mendengar jawabannya. Tidak tidak! Memang benar, dia menjawab jujur. Aku seharusnya tidak merasakan sakit ini. Aku seharusnya baik-baik saja.
Yaa! aku baik-baik saja!
“Kau Dengar?! Aku adalah warga biasa! Jangan melibatkan aku di antara masalah kalian! Sekarang lepaskan aku brengsek!” Aku memekik kesal berusaha melepaskan dekapan eratnya. Tapi Rey semakin mengikatku. Aku hamper tidak bisa bernapas.
Dadaku sakit, tenggorokkanku sakit, mataku memanas dan sekarang perutku tiba-tiba sangat sakit. Aku meringis pelan. Secara tiba-tiba perutku sakit sekali. Sakit ini membuat pertahanan kakiku melemah tapi Rey tidak melepaskanku, dia semakin menarikku erat.
“Aku tidak percaya dia hanya warga biasa.”
“Aku tidak peduli kamu percaya atau tidak! Aku tidak minta kau percaya, sekarang lepas—eumm!!” Aku memekik kesal.
Dengan kurang ajar Rey menutup mulutku dengan telapak tangannya. Aku semakin memberontak tidak terima. Aku
marah, sangat marah!
Sekuat tenaga, aku memukul perutnya dengan siku tanganku dan itu berhasil memberiku ruang untuk kabur. Namun belum sempat aku kabur darinya, terdengar suara beberapa tembakkan di udara.
Suasana hening yang beberapa menit lalu aku dambakan dan rasakan berubah dengan suara berisik tembakkan. Angin dingin pagi ini seolah tidak apa-apanya di bandingkan dengan suasana tegang di sekitarku. Dengan teralihkannya perhatian Rey, aku segera menyingkir dari hadapan mereka, sebisa mungkin mencari tempat yang aman untuk bersembunyi di dekat tong sampah besar.
Aku cepat-cepat membungkuk dan menunduk. Jantungku berdetak sangat cepat. Aku takut, sangat takut. Rey akan menembakku, dia tadi menodongkan pistolnya di kepalaku! Ya ampun!
Memikirkannya saja membuat perutku semakin sakit, tubuhku tidak kuat lagi. Aku ketakutan, aku jatuh berlutut dengan kedua tangan menekan perutku. Mataku terpejam berharap bisa mengurangi rasa sakit ini dan jantungku masih berdetak cepat. Keringat dinging sudah membasahi sisi wajahku.
Suara tembakkan itu masih terdengar, tapi perlahan semakin menjauh seolah tidak ada lagi di sekitarku. Aku tidak bisa bergerak sekedar pergi dari tempat ini. Sakit di perutku mengambil alih semua tenagaku.
Yang aku tahu, pagi ini aku menangis pelan, berharap sakit ini menghilang. Berharap semuanya hanya mimpi.
“Hei, kau mendengarku?!” Seseorang dengan tangan hangatnya menepuk pipiku, samar-samar aku melihat seorang pria dengan jas dokternya tengah berlutut mencengkram bahuku.
“Dokter, perutku sakit sekali.” Aku mengeluh padanya. Aku tidak bisa dengan jelas melihat wajahnya.
Setelahnya aku merasakan seperti melayang, mataku terpejam dan aku bisa merasakan wangi parfum seseorang. Yang aku rasakan selanjutnya adalah aku dibawa cepat pergi dari sana. Tidak lama aku di letakkan di atas brangkar lalu aku merasakan dorongan.
Samar-samar aku mendengar orang-orang di sekitarku terdengar panik. Aku tidak tahu mereka membawaku kemana tapi aku terus mengeluh kesakitan di sepanjang mereka mendorong brangkar ini.
“Apa dia tertembak?” Itu suara Bayu, suaranya berasal dari sisi kananku.
“Tidak. Bagaimana denganmu? Apa kau terluka?”
“Tidak. Jangan pikirkan aku. Lalu kenapa Icha kesakitan seperti ini? Apa penawar racunnya tidak bekerja?”
“Racun itu pasti sudah hilang sekarang di tubuhnya. Kita harus melakukan tes untuk melihat alasannya kesakitan seperti ini.”
“Apa mungkin efek samping racun?”
“Tidak mungkin! Sekarang kau sabarlah. Aku akan menanganinya.”
Aku masih mendengar suara percakapan Bayu dan dokter yang membawaku tadi. Mendengar ternyata aku sudah diberikan penawaran racun, aku bisa lega sekarang dan aku sekarang merasa sangat
mengantuk. Aku lelah. Aku—
“Dok, kenapa dia diam? Dia pingsan dok!!”
Sebelum kesadaranku hilang, aku masih mendengar suara panik Bayu. Suara jenis Dark tambornya membuat rindu ini semakin membuncah. Aku ingin memeluknya, mengatakan aku sangat merindukannya dan aku mengkhawatirkannya tapi aku tidak bisa.
Dia bukan milikku lagi.
***
“Dia radang perut, karena stres. Sakitnya sudah hilang, tak perlu khawatir. Dia hanya perlu istirahat.”
Sebelum aku sadar sepenuhnya, aku mendengar jelas suara seorang pria di samping kiriku. Saat pandanganku perlahan lebih jelas, dua wajah di sisi kanan dan kiri tertangkap mataku tengah menatapku.
Aku mengerjap antara malu dan tidak biasa. Salah satunya wajah Bayu dan wajah seorang seorang dokter dengan mata sipit. Rambut dokter itu berwarna coklat madu dan berkilau.
“Apa perutmu masih sakit?” Dokter itu bertanya padaku, matanya yang berwarna senada dengan rambutnya sempat menghipnotisku untuk menatapnya lebih lama. Kemudian aku menggeleng menjawab pertanyaannya.
Setelahnya sang dokter menatap Bayu dan berkata. “Kau juga istirahatlah di sini. Tubuh seorang tentara adalah aset.”
“Engga usah memikirkaku. Aku baik-baik saja dan selalu sehat.”
Selanjutnya aku melihat dokter ini menggeleng menatap Bayu, tidak membantah seolah sudah biasa dengan sikap lelaki ini.
Lalu, saat hanya aku dan Bayu di ruangan ini tiba-tiba suasana terasa sangat sunyi. Aku masih berbaring menatap langit-langit kamar. Memikirkan apa yang aku alami. Aku bermaksud tidak ingin bertatap muka dengan Bayu, aku sangat malu dan gugup menghadapinya.
Bayu yang memakai kemeja hijau lumut dengan baju lengannya di gulung sampai siku membuatnya tampak sangat keren. Aku bisa merasakan Bayu sudah duduk di sisi ranjang, menatapku.
“Jangan terlalu banyak di pikirkan. Aku tidak akan bertanya dulu. Istirahatlah.” Nada suara lembutnya berhasil mengalihkan pandanganku untuk menatapnya.
“Aku tidak apa-apa. Tanyakan saja apapun yang ingin kau tanyakan.”
Bayu menatapku, lensa mata kehitamannya yang berkilau, matanya bulat dan bulu matanya panjang. Dia masih seperti dulu, mempesona dan berhasil menyentuh hatiku hanya dengan tatapannya.
Meskipun jantungku berdetak kencang, aku masih bertahan balas menatapnya. Jika di pikir-pikir kenapa dia bias memintaku menjadi pacarnya lima tahun lalu? Aku gadis biasa yang tidak pandai berdandan. Selera fashionku juga biasa saja.
Oh tunggu! Sekarang wajahku pasti berminyak dan berantakkan tidak karuan. Aku juga tidak memakai bedak atau liptint! Wajahku pasti terlihat jelek sekali!
“Aku merindukanmu. Sangat!”
Refleks aku bangkit duduk, bersandar kepala ranjang. Aku sangat kaget mendengar perkataannya. Tidak menyangka akan mendapat serangan pertama seperti ini.
“Hehehe.. Kaget mendengarnya?” Bayu tertawa jahil. Lihatlah, tatapan jahilnya kembali lagi.
“Apa yang kau katakan? Bukankah seharusnya kau menanyakan tentang kejadian pagi ini?” Aku bertanya kesal padanya.
“Eiyy.. Ingat terakhir kali kita bertemu? Aku mengatakan saat kita kembali lagi kita harus berbicara serius tentang apa yang terjadi lima tahun belakangan ini.”
Aku lupa.
Jika seperti ini seharusnya aku menghindar. Aku belum siap berhadapan langsung dengannya. Tapi, tak bisa di pungkiri Bayu sulit sekali aku tolak. Aku sangat menyukai hanya dengan kehadirannya seperti ini.
“Jadi, apa yang terjadi? Alasan apa yang membuatmu memutuskanku secara sepihak lewat pesan singkat lima tahun lalu?”
“Aku sudah punya pacar.” Jawabanku sempat membuat ekspresi wajahnya berubah lebih serius. Tapi detik berikutnya dia kembali menatapku jahil.
“Jangan berbohong. Aku tahu—“
“Kau menyelidiku?!” Aku memekik memotong ucapannya. Bayu memutar matanya berpikir.
“Ya dan Tidak.”
“Yaak!!” Aku refleks memukul tangannya, melotot kesal padanya.
“Jawab yang jelas! Kau ini seorang tentara—“
“Jawaban mana yang tidak membuatmu marah? Ya atau Tidak?”
“Bayu!!” Aku memekik gemas dan kesal
padanya.
Lihatlah, belum satu menit kami berbicara serius tapi dia berhasil menggodaku seperti ini.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments