💜💜💜
.
..
...
Jarak antara tempat pemberhentian kendaraan umum dengan rumahku hanya berjalan kaki sepuluh menit memasuki komplek. Sekarang aku sedang berjalan sendirian meskipun beberapa kali mobil dan motor melaju melewatiku.
Aku suka saat seperti ini, berjalan sendirian agar aku bisa banyak berpikir apapun. Atau ketika mandi, orang akan lebih berpikir dalam saat mereka sendirian.
TIINNNNN…
Aku tersentak kaget saat cahaya lampu mobil di belakangku tiba-tiba dengan cepat melewatiku, aku langsung berhenti melangkah saat sebuah mobil silver sudah ada di sampingku sangat dekat.
Apa baru saja aku hampir terserempet mobil?! Gezz..
“WOYY!! KALAU JALAN YANG BENER DONG! SENGAJA MAU KE TABRAK?!”
Lagi-lagi aku tersentak kaget mendengar suara bentakkan dari dalam mobil. Kaca mobil depan telah terbuka dan menampilkan seorang pria berkacamata hitam di depan kemudidengan gadis seksi di sampingnya.
“HEI!! BUKANNYA KAMU YANG MAU SEREMPET?”
“APA? Ohh kamu minta ganti rugi?” Lelaki itu justru tersenyum meremehkan, karena terlalu malas menanggapinya, aku hanya mengerlingkan mata kesal dan kembali berjalan melewati mobilnya.
Pria gila, malam-malam pake kacamata hitam. Buta memang.
Sambil menghentakkan kaki kesal dan refleks aku memegang siku tangan kanan, merasa jika tadi aku bergerak satu senti saja mungkin tangan ini bengkak karena terserempet.
“Ini uang yang kamu mau!” Pria gila ini sudah ada di hadapanku sembari menunjukkan lembaran uangnya. Kemudian dia meraih tanganku dan menyimpannya di telapak tangan. Hei ada apa dengan orang ini?!
“Jangan menuntutku besok dengan patah tulang. Aku sudah membayarmu!” Aku bisa mencium bau alkohol dari tubuhnya.. Ck, benar-benar.
Malas berargumen, aku membuang uangnya begitu saja lalu menginjaknya saat aku berjalan mengabaikannya.
“YAKK!! DASAR WANITA SOMBONG!!”
Aku merasakan cengkraman tangannya di pergelangan tangan kananku cukup keras. Hendak ingin melepaskannya tapi tiba-tiba cengkraman itu lapas dengan sendirinya seperti ada yang menarik dari belakang, kemudian diikuti bunyi gedebuk cukup keras.
Aku refleks berbalik ingin melihat apa yang terjadi pada pria gila itu, tapi pandanganku terhalang oleh tubuh seorang pria yang sudah berdiri tegap di hadapanku sangat dekat. Pria bertubuh tinggi ini memakai jaket kulit coklatnya dan topi.
Karena samar-samar, aku tidak tahu siapa pria ini. Pria yang sedang menatapku ini terlihat tersenyum kecil.
“Maaf kamu—“
“Bawa dia pergi dari sini! Beri dia sedikit hukuman lalu serahkan pada polisi.”
“Baik, Pak!”
Aku tersentak kaget, mengenali suara pria ini. Pria yang memerintahkan pada dua orang pria lainnya yang sedang memegangi sang pengemudi dengan suara yang tegas.
Refleks aku melangkah mundur, ingin menghindarinya. Oh tidak sekarang aku ingin menangis karena merindukan pria ini juga tidak ingin menemuinya.
Jantungku berdetak cepat dan udara di sekitar rasanya telah menghilang.
“Merindukan aku?”
Dia Bayu, pria yang aku putuskan lima tahun lalu sebelum kepindahanku ke kota X. pria yang sama yang masih mengisi hatiku. Pria yang sangat aku rindukan.
“Bayu kau—kembali?”
“Bukannya aku yang harusnya berkata kau sudah kembali?”
Jenis suaranya terdengar semakin dalam dari terakhir aku ingat, tubuhnya lebih tinggi dan berotot lalu rahangnya tampak tegas meskipun terlihat samar-samar di kegelapan malam. Aku tidak yakin apa lelaki ini adalah Bayu.
Dia tampak lebih—dewasa.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja tanpa sadar aku terus menatap wajahnya.
Aku tidak tahu apa yang aku cari, aku hanya begitu tenggelam dalam tatapannya. Perlahan aku lihat Bayu tersenyum semakin lebar dan itu berhasil menular padaku.
Aku tersenyum padanya, kami terkekeh pelan. Tidak tahu apa yang lucu,
Jantungku berdetak cepat, aku berkeringat dingin. Seperti aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tidak! Jangan! Aku tidak boleh lagi jatuh cinta padanya. Aku tidak boleh lagi merindukannya. Aku tidak boleh--
Cahaya lampu mobil Jeep hitam yang di kendarai oleh dua orang teman Bayu melaju melewati kami diikuti suara klakson yang di sengaja bermaksud untuk pamit pada lelaki ini.
Sesaat aku bisa melihat dengan jelas wajah Bayu akibat cahaya lampu mobil, dia begitu—terlihat seperti—Bayu, tentu saja!! Hanya saja aku bisa merasakan kharismanya. Apa ini karena dia sudah berpengalaman menjadi seorang tentara selama tujuh tahun ini?
“HEI.. APA YANG KAMU LAKUKAN PADANYA?!”
Tiba-tiba aku terperanjat kaget terhuyung ke belakang saat wanita yang tadi bersama pria berkacamata hitam berdiri di antara aku dan Bayu. Lebih tepatnya dia hampir mendorongku ke belakang saking kesalnya pada Bayu.
Semuanya langsung buyar, aku langsung menyadari apa yang baru saja di lakukan. Saling menatap—tidak!!
“Aku akan menyerahkannya pada polisi karena dia berkendara sambil mabuk dan hampir mencelakai seseorang.” Suaranya yang tenang menjawab wanita ini.
Aku menghela napas kesal. Tidak ingin berurusan dengan mereka, akhirnya aku berbalik dan meneruskan perjalananku.
Aku harus bersikap dingin. Tidak ada lagi yang harus aku bicarakan dengan Bayu.
Kami sudah putus. Ini yang terbaik untuk kami berdua.
“Jadi, gimana rasanya memutuskan hubungan secara sepihak tanpa menunggu balasan dari pihak yang terkait? Apa kau merasa bebas dan tenang?”
Aku menoleh mendapati Bayu sudah berjalan tenang di samping kananku. Karena penasaran, aku melirik ke belakang untuk melihat apa yang Bayu lakukan pada wanita itu.
“Apa yang kau lakukan padanya? Kenapa dia seperti itu?” wanita itu tampak diam melongo di tempatnya, bahkan ketika wanita itu hendak berjalan ke mobilnya dia seperti terhuyung.
“Kau memukulnya?!” Aku menjerit tertahan.
“Tentu saja tidak! Berhenti mengalihkan pembicaraan. Apa begini sambutanmu dengan kedatanganku? Jadi kau sudah bosan bermain petak umpet denganku?”
“Apa? Siapa yang bermain petak umpet?”
“Jadi kau ingin bermain kelereng?!”
“Haishh.. Berhenti bercanda! Yang benar saja!” aku mendengus antara kesal dan menikmati candaannya.
Sifat mengesalkannya tidak berubah. Lelaki lucu yang selalu membuatku jengkel, kesal, dan marah setiap kali bertemu dengannya. Dia selalu mencari gara-gara denganku. Jika perlu, dia akan menjahiliku sehingga aku bisa mengejarnya dan kami berlari saling kejar sembari dia tertawa keras menikmati kekesalanku padanya.
Sangat childish.
“Jadi—“
“Kita sudah putus. Jadi terima saja.” Aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadapnya.
Rumahku sudah ada di depan, aku tidak ingin membawa Bayu masuk ke dalam rumah. Tidak ingin menjadi bahan gosip orang-orang komplek.
“Kenapa aku harus menerimanya? Aku tidak tahu alasan kau memutuskanku? Apa? Bukankah kau sudah berjanji akan menungguku, menjadi pacar yang baik. Apa karena kita jadi jarang bertemu setelah aku masuk ke camp pelatihan militer?”
Tidak. Tentu saja tidak. Aku sangat bangga padanya, dia menyukai aktifitas fisik. Hanya saja aku tidak ingin melibatkan dengan masalahku.
Entah mengapa, melihat ekspresi seriusnya yang terluka seperti ini membuat tenggorokkan ku sakit. Jantungku berdetak lebih cepat.
Aku tahu, aku masih begitu menyayanginya. Sangat.
“Hmm.. Aku lelah menunggu. Aku tidak ingin memiliki pacar yang tidak pernah ada untukku. Yang tidak akan bisa hadir denganku di undangan pernikahan teman. Yang tidak ada saat aku begitu merindukannya. Yang tidak ada saat aku ingin bertemu dengannya. Yang tidak ada saat aku ingin di jemput. Yang tidak ada saat aku ulang tahun. Yang tidak ada saat aku sedang kesal, sedih atau senang.”
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Bayu, hanya saja kali ini sorot matanya begitu dingin dan tak terbaca. Tidak ada emosi marah kesal di sana. Hanya tatapan lurus menatap langsung pada mataku.
Aku memalingkan wajah, tidak ingin berhadapan dengannya karena sekarang tenggorokkanku benar-benar sakit.
Gezz.. Aku ingin menangis.
“Sudah malam. Pulanglah.” Aku berkata dengan nada lebih lembut. Tanpa menunggu jawabannya, aku segera berbalik berjalan cepat menuju pintu gerbang rumah.
Sebelum menutup gerbang, aku sempat meliriknya. Bayu masih berdiri di tempat yang sama, mematung di sana. Aku tahu dia sedang berpikir.
Tidak, aku langsung menangis melihatnya. Hatiku sakit sekali melihatnya.
Aku merindukannya. Aku ingin membalas candaannya tadi. Aku ingin mengatakan jika aku berbohong mengatakan semuanya. Aku ingin melihat sorot mata jahilnya. Aku—
Menarik napas, lalu menghembuskannya. Aku berusaha mengontrol napasku yang mulai sesak saat aku mencoba membuka pintu rumah.
Bahkan tanganku bergetar saat ingin memasukkan kunci pintu. Aku berdecak kesal karena tidak berhasil dengan hal sepele seperti ini. Justru kuncinya jatuh.
Sial.
Dadaku rasanya sangat sakit. Aku tidak bisa lagi menahannya. Aku menangis.
Akhirnya air mataku jatuh sangat deras melewati pipi, tenggorokkanku sakit, mataku panas dan pandangaku sudah buram.
Di depan pintu rumah yang belum terbuka untukku, aku menangis tanpa suara dan berusaha untuk meraih kunci yang sudah jatuh.
Diam kita adalah perbincangan terbaik yang pernah ada, saling menyapa dalam kesunyian dan bertanya kabar tanpa sepatah kata.
~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
mamayot
hai...mampir di cerita ku ya..JATUH CINTA DENGAN ARDAN...siaapa tau suka
2021-07-01
0
nuri nurdianti🐊🐊☪️
mampir thor
2021-01-04
0
Indri Ani
aku hadir.
2020-07-30
0