Hari itu, aku pulang kuliah sampai sore. Sampai kamar, aku rebahan di atas kasur busa menghilangkan capek. Namun kulihat ada yang aneh dengan kamarku. Ada beberapa barang yang sudah berpindah tempat. Aku curiga. Segera aku buka lemari, karena disanalah tempatku menyimpan laptop. Alhamdulillah masih ada.
Aku yakin ada orang lain yang sudah masuk dalam kamarku dan mengacak-acaknya. Tapi mencari apa? Sedangkan laptopku masih aman pada tempatnya.
Malamnya, kami berkumpul untuk membicarakan hal yang terjadi dalam kamarku. Tapi ternyata,
"Aku juga sama. Binderku ada yang ngacak-acak."
"Ih kamarku juga sama. Lemarinya acak-acakan. Baju keluar semua."
"Iya, aku juga."
Semua dari kami berkomentar. Namun anehnya, tidak ada satu pun dari kami yang kehilangan barang. Jika memang ada orang lain yang masuk ke kamar kami, sementara tidak ada barang yang hilang, lalu orang itu mencari apa? Apa tujuannya mengobrak-abrik kosan kami?
Oh iya, ada satu hal lagi yang aneh, pintu kamar kami utuh. Tidak ada kayu yang rusak karena di bobol atau lubang kunci yang macet. Semua benar-benar rapi. Hanya isi kamar saja yang berantakan seolah manusia itu sengaja melakukannya untuk meninggalkan jejak. Lalu, manusia itu masuk dengan apa? Apakah dia punya kunci duplikat setiap kamar? Kami masih menebak-nebak.
Masa iya sih dia orang dalam? Kalau benar dia orang dalam, lalu apa tujuannya?
Ah, entahlah. Hari itu kami geger bukan lagi karena makhluk penunggu kosan, namun karena manusia yang entah siapa yang telah mengobrak-abrik kamar kami tanpa alasan yang jelas.
Mulai saat itu akhirnya kami meminta ibu kost untuk memasang gerendel gembok di setiap kamar kami masing-masing. Sehingga pengamanan kamar kami jadi dobel, yaitu kunci pintu dan juga kunci gembok.
Komplek perumahan tempat kami ngekost ternyata memang katanya sedang rawan akhir-akhir ini. Di blok sebelah malah sudah ada kasus kehilangan. Ngeri sekali.
***
Siang itu, kosan sedang sepi. Teman-teman yang lain masih ada jam kuliah. Sementara aku kebetulan pulang cepat. Beruntung siang itu aku mengajak Umi, salah satu teman kelasku untuk main ke kosan. Kami sedang ngobrol santai saat itu. Hingga sesaat kemudian, datanglah seorang lelaki dengan pandangan mencurigakan sedang melongok-longok ke dalam kosan. Dia tidak menyadari ada aku di dalam kamarku.
Aku segera keluar kamar memberanikan diri. Lelaki itu hendak keluar gerbang. Ada satu temannya yang menunggunya di luar gerbang dengan sepeda motor. Aku sangat yakin mereka siapa.
"Hei, Mas!!"
Aku memberanikan diri memanggilnya. Lelaki itu menoleh.
"Cari siapa?" tanyaku.
"Eem, anu Mbak. Ibu kost-nya ada?"
Dia kentara sekali sedang mengada-ada pertanyaan.
"Ada. Tapi sekarang sedang mengantar anaknya keluar. Ada perlu apa?" kataku ikut mengada-ada.
Di kosanku memang tidak ada ibu kost. Dia tinggal di rumahnya, di komplek agak ke barat dari kosan. Namun jika aku memberitahu yang sebenarnya, aku takut itu malah menjadi alasan lelaki itu untuk datang lagi lain waktu.
"Oh ya sudah Mbak kalau begitu. Nanti saja saya kesini lagi" kata lelaki itu kikuk.
"Hei Mas. Tidak ingin masuk kamar lagi?"
Aku sengaja menyindir. Karena firasatku mengatakan, merekalah pelaku dari pengobrak-abrikan kamar kami kemarin.
"Mmm, maksudnya Mbak?" dia kikuk.
Aku beri dia senyum sinis.
"Biasanya Mas-nya kan masuk kamar?" kataku lagi.
Lelaki itu meringis lalu pergi membonceng pada temannya itu.
Fuuuwwwh. Aku menarik napas. Sungguh sebenarnya aku takut. Tapi aku juga geram. Semoga kosanku kedepannya aman-aman saja.
***
Siang ini aku sendirian lagi di kosan. Waktu itu pukul 11. Teman-teman yang lain sudah berangkat kuliah dari pagi. Aku hari ini ada jadwal siang.
Aku sedang siap-siap berdandan. Karena rumor pencurian kosan di kompek perumahan kami sudah menyebar, itu cukup membuatku meningkatkan kewaspadaanku. Jendela kamar yang biasanya aku biarkan terbuka, siang itu aku tutup lengkap dengan hordengnya.
Dan itu sungguh tindakan yang menyelamatkan aku dari kejadian yang mungkin, ah entalah. Jangan berandai-andai.
Aku sedang asik memoles wajahku, hingga suara pintu gerbang berdecit. Tanda ada orang yang membukanya. Aku menghentikan aktifitasku, aku diam.
"Uuuuuu...uuuuu."
Ku dengar suara lelaki bersenandung.
Dari dalam kamar yang aku matikan lampunya itu, aku melihat dua lelaki datang siap melaksanakan aksinya. Satu orang lanjut berjalan menuju kamar pojok, sementara satu orang lainnya berhenti tepat di kamarku.
"Innalillahi." Aku takut setengah mati.
Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada jendela kamarku. Melongok-longok memeriksa kamarku dari luar jendela.
Aku segera mengambil ponsel dan cepat merunduk berjalan duduk di bawah pintu. Posisi jendela kamarku ada di samping kanan pintu. Dalam posisiku sekarang, aku yakin dia tidak akan tahu kalau ada aku di dalam. Sebenarnya dari luar jendela pun dia tidak akan bisa melihat ke dalam kamar. Sementara dari dalam kamar, dia jelas terlihat.
Dengan tanganku yang gemetar, aku mengetik sebaris pesan.
📨 'Cepat pulang!! Ada maling di kosan!'
Aku mengirimi pesan itu ke semua kontak anak kosan. Berharap salah satu diantara mereka ada yang membacanya. Aku masih diam duduk di bawah pintu.
Klotek, Klotek.
Yaa Allah. Maling itu sedang mencoba membuka pintu kamarku dari luar. Tapi beruntung kunci kamarku masih terpasang pada lubangnya. Sehingga itu cukup mempersulit maling itu untuk berhasil membobolnya.
Klotek, klotek.
Maling itu masih berusaha. Aku yang gemetar di bawah pintu terus berdoa. Aku tidak bisa membayangkan jika maling itu berhasil membobol pintu dan mengetahui aku ada di dalam. Apa yang akan mereka lakukan kepadaku?
Aku benar-benar takut. Tubuhku bergetar, jantungku dag dig dug tak beraturan. Kalau orang Jawa menyebutnya 'ndregdeg'. Aku lemas yaa Allah.
Aku tetap diam di bawah pintu sambil tak putus berdoa. Entah apa yang dilakukan dua lelaki itu di luar, aku sudah tidak fokus. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri hingga aku seolah tak mendengar apa-apa.
Hingga tak lama suara teh Windi, penghuni kamar nomor 8 derdengar.
"Vii, Viiiiii."
Teh Windi yang baru datang memanggilku dari gerbang. Alhamdulillah. Allah sudah mengirimkan pelindung-Nya untukku.
"Ada apa?" tanya teh Windi setelah ia ada di kamarku. Tubuhku masih gemetar.
"Tadi ada dua orang teh. Mau maling," jawabku sekenanya.
"Ya sudah kamu tenang dulu"
"Teteh lihat orangnya?" tanyaku penasaran. Barangkali teh Windi tadi tidak sengaja berpapasan dengan si maling.
"Tidak. Saat teteh masuk gerbang sudah tidak ada siapa-siapa."
Berarti maling itu sadar bahwa ada aku di dalam kamar karena mungkin saat dia akan membuka kunci dari luar, kuncinya terhalang kunciku. Untuk itu mereka segera kabur.
Namun apa pun itu, Allah mahaBaik karena membuat mereka segera pergi tanpa berbuat apa-apa terhadapku.
Alhamdulillah.
***
⛔ NOTE ⛔
Untuk kalian anak kosan, penting sekali jangan pernah cabut kunci pintu kalian dari handelnya. Jika kalian ada di dalam kamar, ingin tidur siang apalagi malam, plis kunci pintu dan biarkan kunci itu tetap di sana. Jangan cabut kunci itu. Karena saat kunci ada pada handelnya, kunci lain dari luar tidak akan bisa masuk.
Keep save!!
Jangan tinggalkan ibadah dan terus berdoa untuk kebaikan dan keselamatan kalian🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
novita setya
laaah saia ngewel thoor..
2021-11-27
1
Yuniyas Anthomy
takut ya,,,kalok disuruh milih meding saya ketemu setan dari pada ketemu sama maling,,,maling kan sadis2,,,,klok setan kan paling cuma melirik doank udah beres, ..
2021-01-02
1
Di Ana
ihhh gemetar aku bacanya 😢😭
2020-12-18
1