Sejak aku pertama masuk kuliah beberapa tahun lalu, yaitu di pertengahan 2010, pertama kali pula aku mengenal dunia kosan. Ternyata seru. Banyak teman baru yang akhirnya menjadi keluarga keduaku di perantauan.
Kosanku bergaya minimalis bernuansa abu yang memiliki total 11 kamar. Kebetulan karena bangunannya masih baru, yaitu terlihat dari bangunan yang masih segar, bersih, dan cat yang mentereng, membuat kami para pencari kosan langsung mejatuhkan pilihan di kosan itu, Kosan Citra, termasuk aku.
Kosan Citra baru disewakan menjelang musim pendaftaran mahasiswa baru, sehingga penghuninya pun kebanyakan dari mahasiswa baru pula, termasuk aku. Kami adalah penghuni pertama kosan.
Kami adalah orang pertama yang mencicipi gedung yang temboknya masih bersih tanpa coretan dan tanpa paku. Intinya nyaman sekali disana.
Hari-hari awal kami habiskan untuk menghias kamar masing-masing senyaman mungkin, dengan berbagai aksesoris kesukaan kami.
Kamar kosanku tidak terlalu besar. Disana hanya ada kasur lantai dan lemari kecil, properti yang sudah disediakan ibu kost. Sementara barang lainnya harus membawa sendiri. Aku pasangkan cermin persis lurus dengan pintu, dan kipas angin kecil menempel pada dinding di atas kasur.
Tak butuh waktu lama tinggal di kosan, kami benar-benar menjadi seperti keluarga. Setiap habis maghrib kami berkumpul untuk makan bersama. Lalu kami mengerjakan tugas berjamaah yang setelahnya ada sesi curhat sampai malam. Sangat menyenangkan. Aku betah disana.
Kamarku nomor dua, sebelah kiriku kamar nomor satu yang dihuni oleh wanita berusia 35 tahunan yang saat itu ku panggil Teh Lisa.
Teh Lisa menjadi orang tua kami di kosan. Karena memang beliaulah yang paling tua di antara kami. Kamar Teh Lisa selalu jadi markas untuk kami berkumpul walau hanya untuk sekedar nonton televisi. Kebetulan kamar Teh Lisa memang paling luas dibanding kamar yang lainnya. Karena dengar-dengar, kamar itu dulunya ditinggali oleh ibu pemilik kosan.
Sebentar, 'Dulu'?
Ya.
Ada yang terlambat aku, atau tepatnya kami semua tahu. Yaitu tentang sejarah bangunan kosan.
Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, kosanku terdiri dari dua bangunan berhadapan.
Satu bangunan dengan dua lantai, dengan total 8 kamar, bawah 4 dan atas 4. Dan bangunan lainnya hanya satu lantai, terdiri dari 3 kamar. Di bangunan inilah aku menginap selama kurang lebih 1,5 tahun.
Setelahnya, aku, dan kami semua pindah kosan berbarengan. Mencari kosan masing-masing yang lebih nyaman. Kami berpisah. Karena memang sulit mencari kosan yang masih kosong untuk menampung kami semua.
Kami pindah bersamaan, yaitu setelah tahu bahwa kosan yang sudah menyatukan kami seperti keluarga itu, tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Kosan kami itu memang baru. Tapi, ternyata yang baru hanyalah gedung dua lantai itu. Sementara gedung satu lantai yang aku tempati, adalah bangunan lama yang lumayan lama terbengkalai.
***
Di komplek kosan kami, ada ibu penjual sarapan keliling yang kalau datang, suaranya menggelegar membangunkan kami yang walau sudah terang tapi masih tidur karena semalaman berperang dengan tugas. Namanya bu Idah.
Ibu Idah menjual berbagai macam menu sarapan. Mulai dari yang berat seperti nasi kuning dan uduk, sampai berbagai macam aneka kue pasar.
"SARAPAN OOOY SARAPAAAAN."
Begitu teriaknya setiap pagi. Membuat kami langsung berhamburan keluar kamar menyerbu dagangan si ibu.
Dan dari bu Idahlah kami tahu sedikit tentang asal-usul kosan.
Katanya, kosan ini dulunya terbengkalai. Bangunan yang aku tempatilah pusatnya.
Katanya, dulu kosan ini hanya ada tiga kamar. Sekali lagi, bangunan yang aku tempatilah yang ibu Idah maksud.
Katanya, bangunan dua lantai yang baru itu, dulunya hanya semak belukar yang isinya rumput tinggi tak terurus.
Bisa aku bayangkan.
Dulu, tanah sepetak yang bangunannya hanya 3 kamar kosong itu, yang dikelilingi ilalang tinggi itu, yang letaknya di ujung komplek dan tepat berada di tembok pembatas itu, adalah bangunan kosong. Yang kalau malam pasti akan gelap dan sunyi sekali.
Merinding? Jelas iya.
Karena ternyata akulah salah satu penghuninya sekarang.
Tapi saat itu, yang kutahu bangunannya sudah bagus. Yang kutahu bangunannya sangat menarik untuk ditinggali.
Ibu pemilik kosan yang kalau menagih uang bulanan datang dengan mobil merahnya, berhasil menyulap bangunan lama menjadi kosan minimalis yang cantik.
Tapi ada satu yang tidak bisa diubahnya, yaitu 'penghuni' tetap kosan. Yang tidak akan pindah walau bangunannya sudah diubah sedemikian rupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Dhewie Puspita
gak dimana ya...klo kosan tuh ada aja cerita horor nya...hmmmm
2021-07-18
2
LogOut!!!
Tau ihh males
2021-01-22
4
Mutiara Salsabilla
gak ad dialog percakapanya...taunya nulis waktu itu aku....waktu itu kami....bosan....
2020-11-17
14