Ka Rina, Ka Rini, Riska dan Zia kemudian melanjutkan perjalanan ke Rumah Makan Sunda Kang Uus, karena disana Mama dan Papa sudah menunggu untuk makan siang bersama. Jalan menuju rumah makan pun tidak macet, sehingga mobil mereka cepat sampai ke tujuan. Ka Rina berjalan duluan untuk menanyakan kepada pelayan nomor saung dimana Papa dan Mamanya sudah menunggu.
"Mba maaf dimana saung No. 12 A ya? Atas nama Bapak Prasetyo? " Tanya Ka Rina.
"Oh Mari saya antarkan Ka" Jawab salah satu pelayan di rumah makan kang uus.
Ka Rini dan Zia sambil berjalan mengikuti Ka Rina sambil bertukar cerita. Riska seperti biasa, hanya sebagai pendengar yang baik.
Rumah Makan Sunda Kang Uus ini selalu ramai dikunjungi terutama pada akhir pekan. Tempatnya pun cukup luas. Tempat makan khas Sunda ini menawarkan suasana alam yang nyaman dan menyegarkan. Di bagian tengah rumah makan, terdapat pemandangan berupa kolam ikan serta tanaman hijau yang menyegarkan mata. Ada beberapa sudut di rumah makan ini yang bisa dijadikan tempat untuk berfoto ria. Rumah makan ini juga menyediakan area bermain untuk pengunjung yang membawa anak-anak, sehingga akan membuat anak-anak betah berlama-lama disini. Tersedia area lesehan ataupun meja bangku yang bisa kita pilih. Biasanya Papa Pras dan Mama Dinda selalu memilih area lesehan, karena duduk di meja bangku sudah biasa bagi kami.
Cita rasa dari aneka menunya pun tidak perlu diragukan lagi. Salah satu menu yang menjadi favorit pengunjung di sini adalah ikan bakarnya yang dibalut bumbu khas dan menciptakan rasa yang lezat.
Saat pelayan sedang menunjukan tempat saung dimana Papa dan Mama sudah menunggu, Tiba-tiba terdengar ada suara memanggil nama Ka Rina
"Rina.. "
"Eh Resti, lagi disini juga? "
"Iya.. "
"Kamu sama siapa Rin? "
"Aku sama adik-adikku, kalau Papa dan Mama sudah duluan datangnya itu mereka" Rina menjawab sambil menunjuk ke arah saung dimana Papa dan Mamanya berada.
"Eh....ternyata saung kita bersebelahan ya, Resti sama siapa? " Tanya Rina.
"Aku juga sama keluargaku, niih ada Ayah, Ibu, Kaka sama adikku"
Karena Resti menyebutkan anggota keluarganya otomatis Ayah, Ibu, Kaka dan adik nya Resti pun menengok ke arah Rina dan mengangguk. Dan adik Resti lah yang paling terakhir menengokkan kepalanya, ketika Reza menengokan kepalanya ke arah Rina, Reza terkejut, Reza membulatkan matanya secara sempurna supaya yakin yang dilihatnya tidak salah.
"Riska????? " Ucap Reza.
Ka Rini, Riska dan Zia pun membalas anggukan kepala keluarganya Resti dengan senyuman.
Riska pun sama terkejutnya, ketika melihat siapa yang menegokan kepalanya ternyata adalah sosok yang sudah beberapa hari ini selalu membuat detak jantungnya tidak beraturan.
"Ka Reza??? " Ucap Riska.
Lagi-lagi tatapan mata mereka sempat bertemu hingga akhirnya Riska membuang tatapan matanya kearah lain. Zia sebagai sahabat Riska pun sama terkejutnya, tetapi Zia menahan untuk tidak mengucapkan apapun, karena sadar posisinya saat ini yang sedang bersama keluarganya Riska.
"Loh kalian kenal ternyata " Tanya Ka Rina.
"Iya Ka, kami satu sekolah" Jawab Riska singkat menanggapi pertanyaan kakanya.
Papa Pras dan Mama Dinda yang sempat melihat anak-anak mereka sudah datang dan melihat Ka Rina sedang berbicara dengan pengunjung di saung sebelah mereka, Papa Pras jadi ikut melihat siapa yang sedang berbicara dengan anaknya.
"Pa Dimas? " Ucap Papa Pras.
"Ehhh ada Pa Prasetyo" Jawab Pa Dimas.
"Laaah saya malah tidak sadar kalau Pa Pras duduk di sebelah saung saya" Ucap Ayah Dimas ayahnya Ka Resti.
"Iya, mungkin karena saya juga duduknya membelakangi bapak juga ya" Jawab Papa Pras.
Yuuu mari kita makan siang dulu ya Pa Dimas, kemudian Papa meminta anak-anaknya beserta Zia untuk masuk ke saung. Rina pun pamit dahulu kepada keluarganya Resti.
"Ayah kenal? " Tanya Resti.
"Iiih siapa yang tidak kenal Pa Prasetyo! " Jawab Ayah Dimas.
"Emangnya beliau siapa yah? Tanya Ibu Kania.
" Pa Prasetyo itu salah satu pengusaha terkenal di negara kita ini, dan beliau dikenal juga sebagai pribadi yang sayang keluarga, cerdas, religius, dan ramah kepada siapapun" Ucap Ayah Dimas.
"Degggg.... "
Reza kaget dengan ucapannya yang keluar dari mulut ayahnya dan berharap ayahnya tidak salah ucap.
"Beneran yah" Tanya Reza.
"Siapa yang tidak kenal Pa Prasetyo, beliau juga kan salah satu orang terkaya di negara kita, hanya saja karena hidupnya bersahaja beliau memilih tampil sederhana, coba lihat saja penampilannya biasa saja kan" Ucap Ayah Dimas.
"Pa Prasetyo juga suka jadi pembicara tamu di acara-acara televisi" Ucap Ka Rizky.
"Kaka tahu? " Tanya Reza.
"Makanya sekali-kali nonton berita jangan main game melulu" Ejek Ka Rizky.
" Ddduh Za, Ibu lihat tadi anaknya Pa Pras cantik-cantik ya, tapi tadi kok satu ada yang beda ya? Tanya Ibu Kania.
"Itu sahabatnya Riska bu" Jawab Reza singkat.
"Laaah kok kamu bisa tahu? " Tanya Ibu Kania lagi.
"Nebak saja sih Bu, orang mereka juga kalau disekolah berdua terus ke mana-mana" Jawab Reza.
"Berarti yang anaknya Pa Prasetyo yang namanya Riska itu ya? Yang tadi kamu sebut namanya? " Tanya Ibu Kania.
"Iya bu, emangnya kenapa? " Ucap Reza.
"Ddduhhh itu Ibu tadi lihat Riska langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, calon menantu idaman itu mah Za"
" Kalau kamu pilih Riska mah Za hari ini juga Ibu langsung kasih restu untuk kalian" Ucap Ibu Kania dengan semangat.
"Masih bau kencur Bu, baru juga masuk SMA" Jawab Reza.
"Ya tidak apa-apa bau kencur, nanti juga lama-lama bau mawar, coba Resti nanti besok-besok kamu tanya tentang Riska ke Rina kalau pas ketemu di kampus atau nga kamu kirim pesan kek" Kata Ibu Kania.
"Iya Bu, InsyaAllah ya Resti tidak janji, soalnya setahu Resti, Rina juga sama sekali belum pernah berpacaran di kampus bahkan Resti belum pernah lihat Rina jalan berdua dengan teman laki-laki" Kata Ka Resti.
"Wahhh bagus itu, barang langka berarti ini" Ucap Ibu Kania.
"Ibu ini... Manusia kok disamain sama barang pakai langka segala" Sela Ayah Dimas.
Untuk Reza pembahasan kali ini benar-benar menarik, karena berkaitan dengan gadis yang selalu membuat hatinya penasaran. Pembicaraan di saung makan tempat Keluarga Dimas Hartawan tidak akan terdengar ke saung makan Keluarga Prasetyo, karena walaupun saung mereka bersebelahan tetapi saung mereka berjarak cukup jauh.
Jika di saung makan Keluarga Dimas Hartawan sedang membahas Keluarga Prasetyo, maka sebaliknya di saung makan Keluarga Prasetyo sedang membahas Keluarga Dimas Hartawan.
"Siapa tadi itu Rin? " Tanya Papa.
"Teman satu angkatan Rina di kampus Pa" Jawab Rina.
"Papa juga kenal sama Ayahnya Resti? " Tanya Ka Rina.
"Iya, Pa Dimas itu salah satu klien Papa"
"Beliau memiliki hotel di daerah Anyer" Jawab Papa.
Zia tiba-tiba berbisik kepada Riska
"Ris, tuuh kan jodoh namanya. Dimanapun pasti ketemu Ka Reza" Bisik Zia.
"Tauuu ahhh Zi" Jawab Riska.
"Zi, itu bukan yang kamu bilang tempo hari di mobil kaka mahkluk ganteng? Adiknya Ka Resti teman Ka Rina ya?" Tanya Ka Rini.
"Iiihhh Ka Rini, tahu dari mana? " Zia kaget dengan pertanyaan Ka Rini.
"Nebak saja sih sebenarnya, habis Kaka lihat memang ganteng sih, hihihiiii" Jawab Ka Rini sambil tertawa.
"Cocok sama kamu deh de kayaknya" Ledek Ka Rina.
"Iiih Kaka apaan sih" Riska menjawab pertanyaan Ka Rina dengan wajah memerah.
"Eheemmmm.. Apa ini ada kata cocok-cocok segala" Tiba -tiba Papa bersuara.
"Cuma bercanda Pa, senang aja ngeledekin Riska, lihat tuh jadi serba salah yang diledekinnya" Jawab Ka Rina.
"Iih Kaka apaan sih" Ucap Riska.
Kalau Zia, jangan ditanya dia ketawa sampai memegang perutnya, Zia senang dengan keakraban di Keluarga Prasetyo, karena di keluarga ini Zia sudah dianggap seperti anak sendiri tanpa dibeda-bedakan.
"Zi, daritadi belum ambil makanan? " Tanya Mama Dinda.
"Belum Ma, Zia masih asik nyimak pembicaraan disini, hehehe" Jawab Zia disertai senyuman khasnya.
"Ayoo makan, nanti keburu dingin nasinya" Ucap Mama Dinda.
"Iya Ma" Jawab Zi.
Mereka pun makan sambil sesekali diselingi canda dan tawa. Papa Pras dan Mama Dinda memang selalu menyempatkan waktu seperti ini bersama keluarga tercintanya, berkumpul bersama walau hanya makan bersama -sama di rumah makan.
Tidak terasa adzan sholat dhuhur berkumandang. Papa lantas segera menuju ke Mushalla yang tersedia di rumah makan tersebut. Mama, Ka Rina, Ka Rini, Riska dan Zia bergantian sholatnya karena mereka harus menjaga tas-tas yang mereka bawa.
Sambil menunggu giliran sholat ke mushalla, Riska berbicara dengan sahabatnya Zia.
"Zi lihat tuuuh adzan sudah selesai Ka Reza masih asik saja dengan handphonenya" Ucap Riska.
"Cieee yang merhatiin" Jawab Zi sambil meledek.
"Gimana nga merhatiin, orang kelihatan gitu" Ucap Riska menanggapi ucapan Zia.
"Terus kalau Ka Reza rajin sholatnya berarti kamu mau dong Ris? " Tanya Zia sambil senyum simpul.
"Sssstttt berisik ahhh" Ucap Riska sambil mengarahkan jari telunjuknya didepan bibirnya.
Reza sengaja merubah arah posisi duduknya supaya lebih leluasa untuk memandang Riska. Saat semua sudah dapat giliran sholat di mushalla. Mama mengajak ketiga putrinya dan juga Zia untuk berfoto. Resti yang melihat Rina sedang berfoto, ikut mendekati Rina dan membuat foto berdua dengan Rina. Moment ini kesempatan untuk Reza mengambil foto Riska diam-diam. Reza menggunakan zoom nya sambil memfoto Riska diam-diam sambil tersenyum sendiri dan Reza tidak menyadari apa yang dilakukannya diawasi oleh Ibu Kania. Ibu Kania lalu menepuk lengan Ayah Dimas untuk memberi tahu apa yang sedang dilakukan Reza.
"Yah, sepertinya Reza diam-diam menyukai Riska deh, tuh buktinya ngapain kalau tidak suka ngambil foto Riska diam-diam gitu sambil senyum-senyum sendiri lagi" Ucap Ibu Kania.
"Namanya juga anak muda bu, sudah biarin saja" Jawab Ayah Dimas.
"Ibu harus mencari cara ini supaya Riska jadi milik Reza yah, mending Riska ke mana-mana kalau Ibu lihat, daripada Tasya pacarnya Reza yang sekarang, mana bajunya kayak kurang bahan sudah gitu bicaranya kayak batu batere mau soak lagi" Ucap Ibu Kania.
"Gimana Ibu sajalah, Ayah mah setuju saja" Jawab Ayah Dimas.
Ibu Kania pun jadi ikutan mengamati Riska saat sedang berfoto bersama Mama Dinda, kedua kakanya dan Zia. Tanpa sadar Ibu Kania mengucapkan kata
"Sempurna. ..bidadari surga ini mah".
Setelah selesai berfoto-foto, Keluarga Prasetyo memutuskan untuk kembali ke rumah, sebelum kembali ke rumah mereka akan mampir ke rumah Zia terlebih dahulu untuk mengantarkan Zia pulang dan bersilaturahim dengan keluarganya Zia. Papa Pras dan Mama Dinda pun pamit kepada Keluarga Ayah Dimas dan Ibu Kania disambung Rina yang pamit kepada Resti. Saat sedang berpamitan, lagi - lagi Reza menatap intens Riska, tetapi yang dipandangnya hanya menundukan pandangannya, karena saat Papa Pras bilang akan pamitan terlebih dahulu kepada Ayah Dimas, Tiba-tiba debaran jantung Riska menjadi tidak beraturan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments