Bab 12

Rubby dan sahabat – sahabat nya tengah makan siang di kantin kampus. Tanpa basa – basi Nicholas mendekati meja Rubby dan duduk di samping kursi Rubby.

Hal tersebut membuat Rubby dan para sahabat nya geram.

Semua mata yang duduk di meja itu menatap ke arah Nicholas dengan pandangan tak suka mereka. Namun wajah Nicholas menampakkan wajah yang cuek tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Nicholas tiba – tiba saja menyerobot gelas berisi jus mangga di hadapan Rubby dan meminum nya.

Sontak Rubby memelototkan mata nya, karena jus mangga itu baru saja dia minum sedikit dan masih nyaris utuh.

Dan sekarang sudah masuk seluruh nya ke dalam perut Nicholas tanpa permisi pada yang empu nya.

“Apa – apaan lo! Pergi sono cari meja lain.” Teriak Audy sambil menggebrak meja.

Hal tersebut menyita perhatian pengunjung kantin yang lain.

Mereka semua mengarahkan pandang kearah Audy yang menggebrak meja.

Nicholas hanya tersenyum kearah Rubby tanpa menggubris kemarahan Audy.

Kemudian Audy beranjak dari duduk nya dan melangkah menghampiri Nicholas.

Audy menarik lengan Nicholas dan menyuruh nya pergi dari hadapan mereka.

“Pergi ga’ lo dari sini? Atau lo minta ini?” kata Audy penuh dengan ancaman sambil mengarahkan kepalan tangan kearah wajah Nicholas.

“Hah. Gue ga’ ada urusan sama lo! Gue urusan nya sama Rubby.” Jawab Nicholas santai.

“Mau lo ada urusan sama Rubby atau sama siapapun gue ga’ suka lo ada di meja ini terutama di hadapan gue! Paham?” kata Audy dengan sorot mata tajam.

“Ngapa sih lo sensi banget sama gue? Perasaan gue ga’ pernah ada salah sama lo deh?” sela Nicholas tak kalah sinis.

“Hello..lo bilang ga’ ada salah sama gue? Denger ya kesalahan lo itu karena udah gangguin sahabat – sahabat gue. Buaya darat kayak lo emang harus di kasih pelajaran ya sekali – kali.” Ucap Audy lantang dan sudah siap melayangkan tinjuan nya ke muka Nicholas.

Namun dengan cepat Nicholas langsung menghindar. Dan memilih untuk segera pergi dari situ.

Mungkin lain waktu saja ketika Rubby sendirian tanpa sahabat – sahabat nya terutama Audy dia akan mendekati Rubby lagi.

“Oke fine. Gue cabut sekarang dari sini. Tapi ingat lo bakal menyesal.” Ancam Nicholas menunjuk ke wajah Audy.

Nicholas segera pergi dari situ dan itu membuat Rubby merasa lega, setidak nya dia berurusan dengan Nicholas untuk saat ini.

Karena dia lagi malas menghadapi Nicholas yang super licik itu.

“Keren banget lo Dy, Nicholas bisa ngalah sama lo. Hemm gue juga kesel sama tuh buaya darat. Suka bikin rusuh. Gara – gara dia datang tadi bikin gue jadi ga’ mood.” Kata Diva dengan wajah kesel nya.

“Udah lanjut makan lagi aja. By biar gue pesenin jus lagi ya buat lo?” kata Milly mencairkan suasana.

Niat baik Milly di angguki oleh Rubby. Milly pun segera memesan kan jus mangga untuk Rubby yang di minum oleh Nicholas tadi.

Audy beranjak menuju ke tempat duduk nya semula. Dan kembali menikmati makanan nya. Tiba – tiba mereka di kejutkan dengan kedatangan Sofia.

“Haii semua,,maaf ganggu waktu kalian.” Kata Sofia dengan senyum manis nya yang di balas senyum pula oleh Rubby dan sahabat nya.

Sofia kemudian duduk di samping Rubby dan meletak kan beberapa undangan ulang tahun nya di meja.

Sofia adalah adik kandung dari David sahabat Edward. Sofia juga kuliah di kampus tersebut namun berbeda jurusan dengan mereka.

Rubby sudah lama mengenal Sofia karena memang dulu Sofia pernah ikut David beberapa kali ke Rumah Rubby.

Sofia adalah sosok pendiam yang sedikit tertutup dan jarang bergaul.

Oleh sebab itu selama ini Rubby jarang kumpul dengan nya.

“Ini undangan ultah gue, kalian harus datang ya?” kata Sofia sambil menyodorkan satu – satu kepada mereka.

“By terutama lo, gue ga’ mau tau pokok nya lo harus datang. Kak Ed juga.” Kata nya kemudian dan lirih ketika menyebut nama Edward.

Sofia sudah lama menaruh hati ke pada Edward, dia mencintai Edward dalam diam.

Bahkan sebelum Edward memilih Anggun yang kini telah tiada. Setelah kepergian Anggun untuk selama nya Sofia pikir akan ada peluang untuk nya mendekati Edward namun ternyata Edward masih belum bisa move on dari Anggun.

“Iya gue pasti datang, dengan kak Ed juga tentu nya. lo tenang aja.” Jawab Rubby. Jawaban Rubby membuat Sofia tersenyum lebar.

“Kami pasti datang Sofia.” Kata Diva dengan senyum kearah Sofia.

“Thanks ya.. aku tunggu kalian besok malam. Ya udah aku pulang dulu kelas ku udah selesai.” Kata Sofia kemudian beranjak pergi meninggalkan Rubby dan sahabat nya.

“Seperti nya gue punya saingan deh.” Celetuk Diva tanpa di duga. Sambil menyangga dagu dengan kedua tangan ia letak kan di atas meja. Semua sontak melihat kearah Diva dengan tatapan tak mengerti.

“Saingan?” Tanya Milly bingung. Dan yang lain nya hanya menanggapi dengan menggedikan bahu nya.

“Iya saingan cinta. Kalian ga’ lihat seperti nya Sofia juga punya perasaan sama kak Ed?” jawab Diva lesu.

“Ya udah kali, tinggal pilih cowok lain aja. Repot amat. Lagian kalo udah jodoh ga’ bakal kemana juga.” Sahut Audy.

“Ga’ semudah itu tinggal pilih cowok lain. Masalah nya ga’ ada cowok lain yang tampan dan keren seperti kak Ed.” Kata Diva sambil meminum jus nya.

“Kok malah pada bahas kakak gue sih?” kata Rubby menginterupsi.

“Ya udah yuk pulang, gue harus lanjut kerja nih.” Kata Audy.

Mereka pun memutuskan untuk pulang ke tujuan mereka masing – masing.

Sementara itu di kantor Devan semua kesepakatan dan kontrak kerja antara dia dan perusahaan Tuan Admadja sudah selesai.

Tuan Admadja dan Edward pun sudah pamit untuk kembali ke perusahaan mereka.

Dan kini tinggal Devan seorang diri di ruangan nya. begitu puas rasa nya bisa membantu perusahaan calon mertua nya itu.

Sesaat setelah dia sibuk dengan berkas – berkas yang menumpuk di meja nya. dia mendapat laporan dari body guard nya.

Body guard nya mengirim sebuah video kepada Devan. ya tentu saja video saat Nicholas mencoba mendekati Rubby.

Seketika raut wajah Devan berubah menjadi merah menahan emosi. Kemudian dia menelpon body guard nya itu.

“Cari tahu mengenai perempuan yang mengusir pria itu.” Perintah Devan. tanpa menunggu jawaban dari bodyguard nya dia langsung memutuskan telpon nya.

Devan merasa Nicholas tidak akan tinggal diam terhadap sahabat Rubby yang telah mengusir nya itu.

Devan pikir dia harus lebih protektif terhadap Rubby. Mengingat Nicholas bisa berbuat apa saja.

Saat Devan tengah sibuk dengan pikiran nya tiba – tiba pintu ruangan nya terbuka. Mengetahui siapa yang datang Devan kemudian melempar tatapan tajam nya.

“Santai bro, abis nya gue ketuk pintu tapi ga’ ada jawaban jadi ya gue langsung masuk aja.

“ kata David yang paham akan tatapan menusuk dari sahabat nya yang super dingin dan serius itu.

“hemm..ada perlu apa lo kesini?” Tanya Devan dengan wajah datar nya.

“Nih gue bawa undangan ulang tahun adik gue, sekalian kita kumpul. Sejak lulus sekolah dulu kita udah jarang banget kumpul. Apalagi sejak kita sibuk dengan pekerjaan kita masing – masing.” Kata David menjelaskan kenyataan.

“Baik lah gue usahakan datang besok malam.” Jawab Devan singkat.

“Oke kalo gitu gue pamit dulu, mau ketemuan sama Tommy.” Pamit David kemudian berlalu dari ruangan Devan dan dibalas anggukan oleh Devan.

Devan segera menghubungi Hans supaya mengosongkan jadwal untuk besok malam karena dia harus menghadiri acara ulang tahun Sofia adik nya David. Dan Devan meminta Hans untuk menyiapkan kado untuk Sofia.

Rubby memutuskan untuk mampir ke mall sebelum ia pulang ke rumah. Dia ingin membeli kado untuk Sofia.

“Pak mampir Mall deket sini ya pak.” Ucap Rubby kepada pak Usman.

“Baik Non.” Jawab pak Usman kemudian.

Pak Usman segera membelokkan mobil nya di sebuah mall yang tidak jauh dari kampus Rubby.

Pak Usman segera memarkirkan mobil nya. Rubby pun turun dari mobil nya dan bergegas masuk ke dalam mall tersebut dengan pak Usman yang menunggu di tempat parkir.

Body guard suruhan Devan masih terus memantau pergerakan Rubby tanpa sepengetahuan Rubby tentu nya.

Rubby terus berjalan menuju ke sebuah toko tas terkenal dia ingin membeli tas sebagai kado untuk Sofia.

Dia terus menyusuri dan melihat – lihat deretan tas mewah yang terpajang di toko tersebut sampai menemukan yang dia pikir cocok untuk Sofia.

Akhir nya Rubby menemukan tas yang cocok untuk Sofia. Dan pilihan nya jatuh pada tas keluaran terbaru berwarna biru muda terbuat dari bahan kulit dan satin terbaik yang ada hiasan mutiara di bagian depan nya.

Rubby mengambil tas tersebut dan membawanya ke kasir.

Dia segera membayar tas tersebut dan sesegera mungkin untuk pulang.

Namun ketika dia hendak beranjak pergi dari toko tersebut seorang wanita menabrak nya sampai tas yang baru saja di beli nya itu terlepas dari tangan nya dan jatuh.

Wanita itu memaki Rubby dengan kata – kata yang kasar.

Karena menabrak Rubby, handphone yang sempat dia gunakan menelpon sebelum menabrak Rubby tersebut jatuh ke lantai dan layar handphone nya terlihat pecah.

Sebenar nya itu kesalahan nya sendiri karena sibuk menelpon sehingga tidak fokus pada jalan nya, sehingga menabrak Rubby yang hendak keluar dari toko tersebut.

“Dasar gadis bodoh! Punya mata ga’ sih? Jalan tu pake mata, lihat ada orang ga’ di depan. Dasar bodoh.” Kata – kata kasar itu yang keluar dari mulut perempuan itu.

Ya perempuan itu adalah Vanessa. Tadi dia menerima telpon dari agensi model nya.

Semua pelayan toko dan pengunjung toko melihat kearah Rubby dan Vanessa.

Rubby menatap perempuan itu dengan tatapan bingung bukan nya meminta maaf malah memaki orang.

Rubby mencoba mengalah meskipun diri nya tidak salah.

“Maafkan saya kak. Kakak yang sebenar nya tadi tidak melihat keberadaan saya di pintu.” Kata Rubby menahan rasa emosi nya.

“Heii,,dengar ya bocah karena kau handphone mahal ku rusak. Apa kau lihat itu? Dan jangan panggil aku kak. Aku bukan kakak mu!” jawab Vanessa ketus sambil menunjuk – nunjuk ke wajah Rubby.

Kejadian itu tidak luput dari pengawasan body guard suruhan Devan.

Body guard tersebut langsung merekam nya melalui handphone milik nya dan segera mengirim nya kepada Devan.

Devan segera membuka handphone nya terdengar berbunyi tanda ada pesan masuk.

Saat ini kebetulan Devan berada di restoran sekitar Mall tersebut karena dia ada meeting dengan klien dan baru beberapa menit yang lalu selesai.

Kini dia sudah ada di dalam mobil nya dan meminta Hans untuk pergi ke Mall yang dia minta.

Kemarahan Vanessa yang tak kunjung reda terhadap Rubby membuat mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung disitu.

“Dasar gadis bodoh tak tahu diri!” bentak Vanessa ke Rubby sambil mengangkat tangan nya hendak menampar Rubby.

Hal itu membuat Rubby memejamkan mata nya.

Belum samapai tangan Vanessa mendarat di pipi mulus Rubby sebuah tangan kekar menyambar tangan Vanessa yang akan dia gunakan untuk menampar Rubby.

“Berani kau menyentuh nya sedikit saja kau akan berurusan denganku.” Kata pria bersuara bass yang tak lain dan tak bukan adalah Devan.

Vanessa menyadari bahwa Devan sekarang ada di hadapan nya membuat nya terkejut dan mulut nya seketika menganga.

Tanpa aba – aba dia ingin segera memeluk Devan dan berpura – pura menangis seakan dia yang teraniaya di sini.

Namun Devan segera menghindar dari pelukan Vanessa dan memilih mendekati Rubby yang masih menutup mata nya dengan tangan gemetar.

Bagaimana tidak, Rubby begitu takut dengan perlakuan Vanessa tadi.

Selama dia hidup belum pernah Rubby mendapat perlakuan sekasar ini dan juga di tempat umum, banyak orang melihat dan ini sungguh memalukan bagi nya.

Devan mendekati Rubby dan memeluk gadis itu, Devan sangat tahu Rubby sangat ketakutan saat ini.

Tanpa membuka mata nya Rubby langsung membalas pelukan Devan dan menenggelamkan wajah nya di dada bidang Devan.

Rubby sedikit terisak di dalam pelukan Devan tangan nya dingin dan gemetar begitu di rasakan Devan.

Devan begitu mencintai gadis yang berada di pelukan nya saat ini.

Dan dia bersyukur bisa datang tepat waktu sebelum Vanessa melakukan hal kasar kepada Rubby.

Hati nya menghangat ketika ia merasakan Rubby memeluk nya lebih erat saat ini, dan sudah bisa di pastikan jantung Devan sudah tidak bisa di kontrol lagi ia begitu berdebar.

Sedangkan Rubby ia begitu nyaman di dalam pelukan Devan, entah siapapun pria yang di peluk nya saat ini, yang jelas pria ini lah yang sudah menyelamatkan nya dari perempuan jahat di hadapan nya tadi.

Melihat pemandangan Devan dan Rubby berpelukan Vanessa menjadi tambah marah dan dia pun segera pergi dari toko tersebut.

Dan semua pengunjung yang menyaksikan pertengkaran antara Vanessa dan Rubby tadi segera membubarkan diri setelah mendapat tatapan maut dari Devan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!