Di kantor Tuan Admadja.
Tuan Admadja dan Edward sekarang sedang berbincang di ruang Meeting kantor mereka.
Setelah menggelar meeting dadakan beberapa waktu yang lalu untuk membahas masalah perusahaan yang kekurangan investor, Tuan Admadja dan Edward tidak langsung beranjak dari duduk nya.
Mereka masih setia duduk di ruangan itu dan memutuskan untuk berbincang serius antara seorang ayah dan putra nya.
“Ed seperti nya papa setuju dengan usulan mu mengenai Dev.” Kata Tuan Admadja membuka pembicaraan.
Seketika Edward menoleh kearah sang papa, yang sebelum nya dia hanya memandang memperhatikan map di depan nya.
“Papa sudah bicara juga dengan mama mengenai hal ini.” Lanjut Tuan Admadja.
“Mama sudah tau pa?” Tanya Edward meyakinkan diri nya.
Karena sebelum nya papa nya itu bersikeras untuk tidak memberitahu mama nya karena takut mama nya akan syok dan akan jatuh sakit mengingat mama nya mempunyai daya tahan tubuh yang lemah.
Tuan Admadja hanya mengangguk yakin.
“Trus gimana tanggapan mama pa?” Tanya Edward pesaran sambil memandang wajah papa nya dengan serius.
“Awal nya mama mu sangat terkejut, kemudian mama memberi saran ke papa supaya memberitahu Dev tetang hal ini. Mama mu yakin Dev akan membantu kita dan keluarga Dev tidak akan keberatan atau berpikir macam – macam tentang keluarga kita.” Jelas Tuan Admadja kepada Edward.
“Pa Ed juga yakin Dev dan keluarga nya tidak akan seperti yang papa pikirkan. Pa Ed sudah lama bersahabat dengan Dev dan Ed cukup tahu bagaimana karakter Dev dan keluarga nya.” kata Edward panjang lebar semakin membuat Tuan Admadja mantap untuk meminta bantuan kepada Devan.
Tuan Admadja mengangguk – anggukan kepala nya mendengar penjelasan Edward.
“Oke Ed coba kamu kabari asisten Dev untuk membuat janji dengan Dev di kantor nya siang ini setelah jam makan siang.” Pinta Tuan Admadja kepada Edward.
“Baik pa.” jawab Edward kemudian menelpon Hans asisten pribadi Devan untuk membuat janji.
Di kantor Devan.
Saat Hans berada di ruangan Devan untuk membacakan jadwal meeting Devan hari ini.
Tiba – tiba handphone nya berbunyi tanda ada panggilan masuk, kebetulan Hans baru saja selesai membacakan jadwal Bos nya sehingga ia langsung menjawab panggilan masuk tersebut.
Hallo tuan Edward, ada yang bisa saya bantu?
ucap Hans sembari menempelkan benda pipih itu di telinganya.
Mendengar nama Edward di sebut seketika pandangan Devan beralih ke Hans.
Karena sebelum nya ia begitu sibuk dengan berkas – berkas nya.
Hallo Hans,,saya ingin bertemu dengan tuan Devan nanti setelah jam makan siang, bisa kah anda mengatur nya untuk kami?
Jawab Edward dari seberang telepon.
Baik tuan Edward, sebentar saya tanyakan kepada Tuan Devan terlebih dulu. Karena hari ini setelah jam makan siang Tuan Devan ada meeting dengan klien lain.
Ucap Hans belum memberi kepastian.
Baik Hans saya tunggu kabar dari anda secepat nya.
ucap Edward penuh harap.
Baik Tuan. Segera akan saya kabari.
Kemudian Hans menutup panggilan telpon nya. dan menyampaikan pesan Edward kepada Devan yang masih melihat kearah nya.
“Ada apa Hans?” Tanya Devan sebelum Hans menyampaikan pesan Edward.
“Tuan Edward meminta bertemu dengan anda setelah jam makan siang Tuan.” Jawab Hans kemudian.
“Atur pertemuanku dengan Edward setelah jam makan siang, dan atur ulang meeting ku dengan klien.” Jawab Devan tegas.
“Baik Tuan, saya akan segera memberikan kabar kepada Tuan Edward.” Jawab Hans sembari minta ijin undur diri dari ruangan Devan.
Setalah Hans meninggalkan ruangan nya Devan mendapat telpon dari bodyguard suruhan nya.
Body guard tersebut memberikan informasi yang di minta Devan perihal orang yang mengawasi Rubby secara diam – diam.
Tuan orang yang mengawasi nona Rubby secara diam – diam tersebut bernama Nicholas Abian Wijaya. Anak tunggal dari Tuan Max Wijaya. Dia teman satu kampus nona Rubby. Sudah sejak lama Nicholas mencintai nona Rubby dan sering kali mencoba mendekati nona namun nona selalu menolak nya. Beberapa waktu yang lalu Nicholas sengaja membuat masalah dengan nona Rubby. Namun sahabat nona yang bernama Audy yang menyelamatkan nona. Itu informasi yang saya dapat hari ini Tuan.
Awasi terus orang itu dan jangan lengah terhadap keselamatan Rubby. Kata Devan kepada body guard nya.
Kemudian Devan menutup telpon nya. Dia semakin paham dengan apa yang terjadi sekarang.
Max menarik saham nya hanya untuk alasan saja. Karena sebenar nya yang di incar adalah Rubby. Hal tersebut membuat Devan geram dan raut marah telah terpampang nyata di wajah nya.
Sekarang Devan yakin jika maksud Edward meminta bertemu dengan nya untuk membahas perihal Rubby.
Di kantor Tuan Max.
“Bagaimana apakah sudah kamu kondisikan?” Tanya Max kepada bawahan nya.
“Sudah Tuan, saya yakin tidak akan ada yang bersedia memberikan bantuan kepada Tuan Admadja Tuan.” Jawab nya.
“Bagus kalau begitu. Karena kau bisa di andalkan, akan ku naik kan gaji mu.” Kata Max serius.
“Terimakasih Tuan. Kalau begitu saya permisi Tuan.” Sembari membungkukkan badan dan beranjak pergi.
Demi putra kesayanganku aku akan melakukan segala nya. kata Max dalam hati.
Dia tidak sadar bahwa memenuhi segala keinginan putra nya tanpa melihat baik dan buruk nya permintaan nya itu justru akan menjerumuskan putra kesayangan nya pada ke egoisan yang bisa berakibat fatal di kemudian hari.
Max pun tidak mengetahui bahwa gadis yang di incar putra nya adalah belahan hati seorang Devan Marchelio Aditama, yang ia pun tahu Devan adalah pemilik perusahaan raksasa yang mempunyai banyak cabang di luar negri.
Siang itu Edward dan Tuan Admadja telah sampai di loby kantor perusahaan Devan. Devan telah meminta Hans untuk menyambut kedatangan mereka.
“selamat siang dan selamat datang Tuan Admadja dan Tuan Edward.” Sapa Hans sembari membungkukkan badan nya hormat.
Tuan Admadja dan Edward mengangguk dan tersenyum ke arah Hans.
“Mari Tuan saya antar ke ruangan Tuan Devan.” kata Hans sopan sambil berjalan membimbing Tuan Admadja dan Edward menuju ruangan Devan.
Tok tok tok.
“Masuk.” Seru Dev dari dalam ruangan nya.
“Mari Tuan silakan masuk Tuan Devan sudah menunggu di dalam.” Ucap Hans mempersilakan mereka masuk sambil membuka pintu ruangan Devan.
Tuan Admadja dan Edward hanya mengangguk dan masuk. Devan menyambut kedatangan mereka dengan senyuman mengembang menghampiri mereka kemudian berjabat tangan dan mempersilakan mereka duduk di sofa.
“Tuan Dev mohon maaf mengganggu waktu anda.” Ucap Tuan Admadja bersikap professional karena ini memang jam kerja bagi Devan dan berada di kantor seorang bos besar.
Devan tersenyum mendengar bahasa formal Tuan Admadja.
“Om, santai saja jangan terlalu formal seperti itu.” Ucap Devan tulus.
“Hah. Baik lah Dev kedatangan ku dengan Ed kemari untuk membahas mengenai perusahaan dan terutama mengenai Rubby.” Ucap Tuan Admadja mengutarakan maksud tujuan nya dengan nada yang lesu. Dan di balas anggukan oleh Devan.
Devan sangat mengerti keadaan Tuan Admadja. karena sekarang ini perusahaan nya dalam masa sulit. Beberapa investor yang menarik saham nya dari perusahaan dan Tuan Admadja tidak bisa meminta bantuan siapa pun karena Max sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan lain untuk menjatuhkan perusahaan Admadja.
Tanpa Tuan Admadja dan Edward ketahui bahwa sebenar nya Devan sudah tahu akan hal itu dari orang – orang suruhan nya.
“Dev, maaf kami melibat kan mu dalam masalah kami. Dev sebenarnya ada masalah dalam perusahaan kami. Para pemegang saham ingin menarik saham nya dari perusahaan kami, awal nya hanya Tuan Max tapi entah mengapa sekarang malah hampir semua pemegang saham ingin menarik saham nya dari perusahaan kami. Dan tinggal DMA Corp yang masih setia pada perusahaan kami saat ini.” Kata Tuan Admadja menjelaskan panjang lebar kepada Devan.
Tuan Admadja dan Edward tidak tahu jika DMA Corp adalah perusahaan milik nya yang di pegang oleh orang kepercayaan nya.
“Tadi Om bilang ada sesuatu mengenai By, apa itu Om?” Tanya Devan penasaran.
Kali ini Edward yang berinisiatif menjawab pertanyaan Devan.
“Dev, Tuan Max bersedia membatal kan penarikan saham nya dengan syarat..” ucapan Edward terhenti.
Devan mengerutkan kening nya tidak mengerti dengan ucapan Edward.
“Syarat?” Tanya Devan penasaran.
Tuan Admadja dan Edward saling berpandangan dan mengangguk kan kepala mereka.
“Tuan Max mengajukan syarat. Dia tidak akan menarik saham nya jika Rubby berkenan menikah dengan putra tunggal nya Dev.” Jawab Edward.
Seketika wajah Devan berubah merah menahan amarah. Dia mengepalkan tangan nya kuat dan raut emosi itu sudah menguasai nya .
“Kurang ajar! Dasar manusia licik. Sudah ku duga sebelum nya.” kata Devan dengan suara lantang membuat Tuan Admadja dan Edward tersentak kaget. Baru kali ini mereka melihat kemarahan Devan karena orang yang di cintai nya di ganggu oleh orang lain.
“Dev, maksud kamu sudah menduga sebelum nya?” Tanya Tuan Admadja penuh dengan keheranan.
“Dev sudah mengetahui perihal perusahaan yang sekarang Om alami, karena sebenar nya perusahaan DMA Corp itu perusahaan saya yang di pegang oleh orang kepercayaan saya. Dan semua informasi mengenai perusahaan om, Dev tahu.” Ucap Devan.
Tuan Admadja dan Edward membalalakkan mata tak percaya. Jadi selama ini Dev sudah bekerja sama dengan perusahaan nya dan menanam saham sebesar 30% di perusahaan mereka.
Mereka terdiam seribu bahasa tidak mampu berkata – kata lagi.
“Dev merasa curiga dengan maksud dan niat tersembunyi dari Tuan Max, dan itu yang harus aku selidiki. Oleh sebab itu beberapa hari ini Dev mengirim beberapa body guard untuk mengawasi nya dan melaporkan apa saja yang Rubby lakukan.” Kata Dev melanjutkan.
Tuan Admadja dan Edward mendengarkan nya dengan serius.
“Dan hari ini body guard suruhan Dev memberikan informasi bahwa Nicholas putra tunggal Tuab Max diam – diam juga mengawasi Rubby.”
Keterangan dari Devan membuat mereka saling pandang dan baru lah mereka mengerti akan maksud Max ingin menarik saham nya dari perusahaan mereka. Ternyata karena obsesi putra nya terhadap Rubby.
“Om, Ed biarkan masalah ini Dev yang handle om tidak perlu khawatir Dev akan akan menambah jumlah saham di perusahaan om. Kita buat kesepakatan nya hari ini.” Ucap Devan serius. Kemudian ia melangkah menuju meja kerja nya dan menelpon Hans supaya datang ke ruangan nya.
Diluar dugaan Tuan Admadja ternyata Devan begitu serius terhadap putri nya.
Bahkan yang membuat Tuan Admadja begitu terharu Devan benar – benar menjaga Rubby dengan sepenuh hati, sampai – sampai mengutus body guard untuk melindungi Rubby tanpa sepengetahuan Rubby tentu nya.
Tanpa sadar Tuan Admadja meneteskan air mata haru, dia tidak bisa berkata sepatah kata pun dan air mata nya itu mewakili seluruh kata hati nya.
Kata hati seorang ayah yang sangat menyayangi putri satu – satu nya.
Devan menyadari raut wajah Tuan Admadja yang berubah sendu dengan pipi yang basah dengan air mata.
Dan seketika itu Tuan Admadja sudah menghampiri Devan dan berada tepat di hadapan Devan.
Tanpa aba – aba Tuan Admadja langsung memeluk tubuh kekar Devan dengan isak tangis yang di tahan.
Devan membalas pelukan Tuan Admaja dan menepuk punggung nya lembut. Edward tak mau ketinggalan dia segera beranjak dari sofa dan menghampiri Devan kemudian menepuk pundak nya dengan menampilkan senyuman lebar.
Perlahan Tuan Admadja mengurai pelukan nya kepada Devan dan memberi tubuh mereka jarak. Tepat di hadapan Devan Tuan Admadja menatap ke wajah Devan.
“Dev trimakasih kau menyelamatkan segala nya. kau tau Dev aku sempat ragu untuk datang kepadamu? Tapi sekarang aku menyaksikan sendiri bagaimana ketulusan mu terhadap putri ku satu – satu nya, putri kesayangan ku akan sangat beruntung memiliki suami seperti mu Dev.” Kata Tuan Admadja dengan mata yang berkaca – kaca.
Devan merasa terharu dengan kata – kata tuan Admadja.
“Dev akan lakukan apapun untuk By om. Bahkan bila itu nyawa taruhan nya. Om tau sendiri Dev mencintai Rubby sejak By berumur 10 tahun. Dev sudah pernah mengatakan hal itu kepada om sebelum nya. harus nya Dev yang berterimaksih kepada om, karena om mau menjaga Rubby selama Dev di London. Dan saat Dev melamar Rubby 9 tahun yang lalu om langsung terima tanpa menanyakan apapun kepada Dev.” Ucap Devan panjang lebar dengan tatapan tulus kearah Tuan Admadja.
“sekali lagi terimakasih Dev.” Kata Tuan Admadja menepuk bahu Devan pelan.
Tok tok tok.
Mereka bertiga sontak menatap kearah pintu.
“Masuk.” Kata Devan. Hans langsung membuka pintu ruangan itu dan masuk.
“Tuan memanggil saya, apa yang harus saya lakukan Tuan?” Tanya Hans.
“Buatkan kontrak kerjasama dengan perusahaan Tuan Admadja, aku akan menanam saham sebesar 30%. Buat itu sekarang dan harus selesai hari ini supaya besok bisa langsung di proses.” Kata Devan dengan suara tegas nya.
Tuan admadja dan Edward semakin membelalakkan mata nya mendengar Devan akan menanam saham di perusahaan nya sebesar 30% atas nama perusahaan nya ini.
Sedangkan dari perusahaan DMA Corp yang ternyata perusahaan milik Devan juga sudah menanam saham sebesar 30%, jadi total saham Devan di perusahaan nya adalah 60%.
Tanpa banyak tanya Hans pun langsung melakukan apa yang di perintahkan Devan seketika itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments