Bab 2

Seperti biasa Rubby berangkat kuliah di antar kakak nya, kakak beradik itu larut dalam lamunan nya masing - masing sambil menikmati lagu yang di putar Rubby barusan.

“Kak..boleh nanya ga?” ucap Rubby memecah keheningan.

“Hemmm…” Edward mengagguk tanpa mengalihkan pandanganya ke arah Rubby dan masih fokus menyetir mobilnya.

“Soal teman kakak yang kemarin ke rumah..” Ucapan Rubby terhenti seakan sedang mengingat sesuatu, sejenak kemudian dia melanjutkanya lagi.

“Eeemmm..kak Devan, itu yang dulu sering datang ke rumah kan kak?” pandangan Rubby beralih menghadap kakak nya dengan mata bulat nya yang seakan memberi kode tidak sabar untuk mendengar jawaban dari sang kakak.

“Iya, dia itu Devan teman kak Ed sejak SMA By.” Jawab Edward dengan wajah datar.

Rubby tampak berpikir dan sebelum melanjutkan ucapan nya Edward sudah bicara lagi.

“Kenapa emang,, Kamu naksir ya?” kata Edward dengan senyum menggoda adik nya.

“Ihh..kakak..apaan sih..” Rubby terlihat kesal sembari memanyunkan bibirnya.

“Trus ngapain Tanya – Tanya,hayo..” goda Edward sambil menahan senyum nya, sebenarnya Edward ingin tertawa karena melihat adik nya yang begitu lucu dengan mood jengkel nya.

“Ga gitu kak..By hanya penasaran aja kalo memang itu Kak Dev teman SMA kakak, kok beda jauh saja. Makanya By pangling.” Kata Rubby panjang lebar, seakan ingin menjelaskan kepada kakaknya jika apa yang di katakana kakak nya tidak benar soal Rubby naksir Devan.

“Emang apa nya yang beda By, dari dulu Dev ya kayak gitu. Ga ada yang berubah tuh..” ucap Edward datar karena bagi Edward, temannya itu tetap sama dari dulu tidak ada yang berubah.

“Menurut By beda kak, kalo dulu kak Dev kurus ga segagah sekarang. Kak Ed ga’ lihat tubuhnya kekar kayak gitu? Terus…” Rubby menjeda ucapan nya.

“Terus apa By?” Tanya Edward bingung.

“Eemmm..sekarang lebih keren.” Lanjut Rubby sedikit malu.

Edward menangkap gelagat malu di wajah Rubby. Edward sekuat tenaga menahan rasa ingin tertawanya.

Edward berkata dalam hati Dia itu bakal suami kamu adik ku sayang, kami semua selama ini jagain kamu hanya untuk dia. Seandainya kamu tahu itu.

“Jadi kamu suka gitu sama dia?” goda Edward sambil melirik kearah Rubby.

Belum sempat Rubby menjawab perkataan kakaknya mobil sudah sampai di depan kampus Rubby, kesempatan ini Rubby gunakan untuk menghindar dari kakak nya.

Sejujurnya Rubby sangat terpesona dengan sosok Devan yang secara tidak sengaja di lihatnya kemarin. Dan Rubby akan di bully kakak nya habis-habisan kalau kakaknya sampai tahu hal itu.

Dari pada Rubby malu nantinya lebih baik dia menyimpannya sendiri saja.

Seakan tahu perasaan adiknya Edward sengaja ingin mengerjai adik nya itu.

Sebelum Rubby turun dari mobil Edward sengaja mengatakan sesuatu yang sukses membuat Rubby sedikit patah hati.

“By..Dev udah punya calon istri.” Ucap Edward dengan wajah di buat seserius mungkin.

Benar seperti dugaan Edward Rubby terlihat kecewa namun mencoba untuk biasa dan bermimik senormal mungkin.

“Ya bagus dong kalo udah ada calon istri, lagian kak Dev juga udah seharusnya punya istri kan? Emang kakak, yang setia berstatus jomblo sejati!” kata Rubby agak ketus.

Edward hanya tersenyum masam menanggapi kata – kata adiknya. Niatnya ingin menggoda adiknya kini malah adiknya yang menyerang dia.

Rubby segera pamit kepada kakaknya untuk masuk ke dalam kampus dan Edward segera melanjutkan perjalanannya menuju kantor nya.

Edward sebenarnya pernah memiliki seorang kekasih dan dia begitu mencintai kekasihnya itu, namun Tuhan berkehendak lain.

Kekasih Edward yang bernama Anggun itu meninggal dalam kecelakaan lalu lintas yang seketika itu merenggut nyawanya.

Edward begitu terpukul dan sedih berlarut – larut, sehingga ia enggan untuk mencari pengganti cintanya.

Karena bagi nya tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan Aggun di hatinya. Dia memilih untuk menjomblo selama bertahun – tahun.

Sementara itu di perusahan yang berdiri menjulang dan megah telah duduk seorang pria tampan yang tak di ragukan lagi bentuk tubuh nya yang sempurna di mata kaum hawa tengah sibuk dengan laptop di meja nya.

Devan sangat serius bila sudah menyangkut tentang pekerjaan dan tidak ada yang berani mengganggu nya.

Tok..tok..tok..

Suara pintu ruangan nya di ketuk.

“Masuk.” Jawab Devan singkat dengan suara bass nya yang menggema di ruangan super luas dan mewah itu.

Hans sekretaris sekaligus asisten pribadi nya datang menghadap untuk membacakan schedule harian nya.

Setiap pagi Hans selalu melakukan rutinitasnya tersebut. Hans membungkukkan badannya sebelum membacakan jadwal harian bos nya tersebut.

“Tuan hari ini jam Sembilan anda ada rapat direksi, kemudian jam satu siang ada meeting dengan klien di restoran xxx, kemudian jam tujuh malam ada undangan jamuan makan malam di rumah tuan Hadiyasa.”

“Untuk acara jamuannya batalkan. Bilang aku sangat sibuk” kata Devan datar dengan mata masih menatap layar laptopnya.

Devan enggan menerima undangan dari Tuan Hadiyasa bukan tanpa alasan, Devan sangat tahu jika Tuan Hadiyasa ingin menjodohkannya dengan putri tunggalnya Vanessa Hadiyasa.

Dengan alasan Devan dan Vanessa adalah teman sekolah sejak SMA dan alasan lain adalah soal bisnis.

Bahkan tuan Hadiyasa pernah terang -terangan mengutarakan niat nya kepada orang tua Devan.

Namun orang tua Devan tidak menghiraukan nya karena bagi orang tua Devan pasangan hidup putranya di serahkan sepenuhnya ke tangan Devan, di samping itu Devan sudah memiliki cinta yang selama ini di simpan nya untuk seorang gadis cantik dari keluarga Admadja.

“Baik Tuan.” Jawab Hans Kemudian undur diri dari ruangan bos nya dan beralih ke ruangan yang memang sudah di sediakan untuknya.

Sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan bosnya Hans membungkukkan tubuh nya dan segera keluar.

Devan kembali serius dengan setumpuk berkas di mejanya. Namun tiba-tiba bayangan wajah Rubby singgah di pikirannya.

Dia menghentikan aktivitasnya sejenak, dia mengalihkan pandangan nya kearah jendela kaca di sampingnya dengan tangan bertumpu di dagunya.

Sejak pertemuannya kemarin dengan Rubby membuatnya sering hilang fokus, gejolak hatinya menginginkan pertemuan itu terulang kembali atau bahkan segera memperistri Rubby supaya setiap saat dia bisa bersama Rubby.

Dia benar-benar sangat merindukan Rubby. Namun dia sudah janji kepada orangtua Rubby jika ia akan menunggu Rubby sampai Rubby lulus kuliah.

Dia tidak akan mengganggu kuliah Rubby yang Tinggal beberapa bulan lagi akan selesai. Itu sebabnya ia segera pulang dari London hanya untuk menanti moment ini.

Sementara itu perusahaan cabang di London di percayakan kepada adik sepupunya.

“Woiii..! mau ngelamun atau mau kerja?” seru David mengagetkan Devan.

Devan tak menjawab hanya langsung menatap tajam kearah sahabat – sahabat nya yang entah ada angin apa berkunjung ke kantornya.

David, Tommy dan Andre sengaja berkunjung ke kantor Devan pagi ini.

“Kalian ga di ajarin sopan santun hah? Ketuk pintu baru masuk.” Kesal Devan kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

“Hellooo..kami udah ketuk pintu bro. Tapi sepertinya pemilik ruangan ini tidak mendemgarnya, jadi ya..masuk aja.” Jawab Andre santai sambil tersenyum ke arah Devan.

“hah…” Devan membuang nafas nya mengurangi rasa kesalnya.

“Oke, ada apa kalian kesini. Sangat mencurigakan sekali.” Tanya Devan ketus.

“Wait bro..tidak ada maksud apapun dari kami. Kami hanya rindu sudah lama kita ga bertemu. Lagian balik dari London kita belum sempat kumpul – kumpul bukan?” Jelas Tommy

“Yakin Cuma itu?” Devan memandang ketiga sahabatnya penuh selidik.

“Tau aja nih big bos kalo masih ada yang lain.” Ucap david sambil tersenyum sok manis kearah Devan.

Devan memandang sinis kepada ketiga sahabatnya.

“Oke, jelaskan maksud kalian yang sebenarnya. Aku lagi sibuk sebentar lagi ada rapat.” Ucap Devan tegas.

“Sudah tidak sabaran aja nih bos. Nanti malam kita mau ke rumah Ed dan kami mau ngajak lo juga.

Ya kali lo juga sahabat kami masak kami tinggal, ga’ lucu kan?” terang Tommy.

“Hemmmm…udah ga’ sabar nih pengen ketemu si cantik By.” Kata Andre dengan wajah seperti membayangkan sesuatu.

Hal tersebut sukses membuat Devan langsung menatap tajam kearah Andre. Dan hal tersebut disadari oleh Tommy dan David.

Pasalnya mereka tahu betul jika Devan menaruh perasaan kepada Rubby, namun mereka tidak pernah tahu kejadian yang sebenarnya bahwa Devan sudah melamar Rubby langsung ke orangtua nya dan kakaknya sejak Devan memutuskan untuk mengurus perusahaan keluarga nya di London.

Hanya keluarga Rubby dan Edward yang tahu, bahkan Rubbypun tidak tahu.

Mengetahui perubahan di raut wajah Devan ketiga sahabat itu pamit undur diri. Lagian mereka punya pekerjaan masing – masing.

Devan kembali mengatur mood nya akibat ketiga sahabat nya itu. Setelah mereka pergi Devan segera beranjak kearah ruang rapat.

Hans sudah selalu setia di belakang bos nya mengikuti perintah dan kemanapun bos nya pergi. Termasuk ikut rapat dan Hans biasanya berdiri di belakangnya.

Hans merupakan anak dari asisten pribadi Aditama papi nya Devan, dan dari kecil Hans sudah terbiasa bersama dengan Devan.

Mereka juga sekolah di tempat yang sama. Tentu saja Tuan Aditama yang membiayainya. Hans berumur satu tahun lebih tua dari Devan.

Hans sangat menyayangi Devan seperti saudara nya sendiri begitu pun dengan Devan. Hanya di dalam kantor saja Hans bersikap seperti bawahan namun di luar pekerjaan mereka akan biasa seperti saudara.

Sementara itu di kampus keempat gadis yang sepakat untuk menjadi sahabat selamanya sedang serius mempersiapkan skripsi mereka supaya mereka bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.

Setelah selesai kuliah hari ini mereka berencana pergi makan ke restoran terdekat, kebetulan hari ini ulang tahun Milly, dan Milly berencana mentraktir sahabat – sahabat nya.

Sudah di putuskan mereka akan ke restoran xxx.

Rubby segera mengirim pesan kepada orangtua dan kakaknya bahwa sepulang kuliah akan langsung ke restoran xxx bersama sahabatnya, tentunya Rubby menyertakan alasan nya juga.

Setelah kuliah selesai mereka berempat segera meluncur pergi ke restoran yang sudah mereka sepakati.

Sesampainya di restoran mereka segera memesan menu untuk mereka. Sambil makan mereka mengobrol seru dan bercanda tawa.

“By..cerita dong sedikit tentang kak Ed.” Pinta Diva kepada Rubby.

“Hemmm..kak Ed masih love sama mantannya, jadi ga’ usah ngarep.” Kata Rubby membuat Diva kecewa.

“Jadi kak Ed belum bisa move on dari mantan nya yang sudah tenang di surga?” Tanya Milly kemudian. Dan hanya di jawab anggukan oleh Rubby.

“Sayang sekali ya..padahal kak Ed ganteng banget. Tapi sayang udah ga’ mau lagi sama perempuan.” Kata Diva lesu.

“Ihhh..emang kak Ed penyuka sesama jenis gitu? Ngaco kamu Va. Kak Ed Cuma belum siap menjalin love lagi karena masih ke inget terus dengan kak Anggun.” Kata Rubby sedikit sewot.

“Iya..iya..bukan gitu maksud aku, sensi amat sih..Tapi aku akan bersabar kok nunggu sampai kak Ed mau buka hatinya untuk aku..” ucap Diva percaya diri.

Ketiga sahabat nya bersorak menanggapi perkataan Diva.

“Dasar lo..kak Ed yang ga’ mau sama lo kali..” celetuk Audy.

“Trus kak Ed maunya sama lo gitu?” timpal Diva.

Saat mereka asyik berdebat tentang Edward tiba – tiba pandangan Rubby terlihat fokus menatap kearah pintu masuk restoran. Milly mengikuti arah pandang Rubby, dan Milly pun ikut terpana dengan apa yang baru saja di lihat nya, seorang pria tampan tengah melintas di hadapan nya.

Audy dan Diva mengakhiri perdebatan mereka dan menyadari kedua sahabat nya tengah memperhatikan sesuatu.

“Hey,,kalian kenapa sih, bengong aja.” Tanya Diva yang kemudian mengikuti arah pandang kedua sahabatnya.

“Ya ampun,, Ganteng nya..” Mulut Diva sampai menganga.

Mungkin hanya Audy yang tidak begitu menggubris pria yang di kagumi oleh sahabat – sahabat nya itu.

Rubby berpikir kebetulan sekali bertemu Devan di tempat ini. Rubby berniat mengalihkan pandangan sebelum Devan menyadari bahwa dia begitu terpesona, bisa malu sekali dia jika Devan memergoki dia dengan wajah nya yang barusan.

Belum sempat beralih pandang Devan lebih dulu melihat kearah Rubby dan teman – temannya. Dan mata Rubby bertemu pandang dengan mata Devan.

Untuk sesaat Devan menatap intens kearah Rubby namun pandangan nya segera di alihkan dan segera berjalan menuju ruang khusus untuk meeting nya kali ini.

Rubby merasa Devan begitu cuek dan acuh meskipun dia sudah melempar senyum kearah Devan. Huh sombong sekali sih, tau gitu ga’ senyum aja tadi. Kata Rubby dalam hati.

Beda halnya dengan ketiga sahabatnya yang masih membahas perihal pria tampan yang baru saja mereka lihat.

Devan telah sampai di ruangan yang sudah di sediakan khusus untuk meeting nya dengan klien, dia langsung menyapa klien nya yang memang sudah berada di ruangan tersebut.

Selama meeting berlangsung Devan selalu mencoba untuk tetap fokus meskipun pikiran terus melayang memikirkan pertemuan tak sengajanya lagi dengan Rubby, apalagi mengingat Rubby tersenyum sangat manis kepada nya, dia benar – benar sangat terpesona namun dia menutupinya dengan sikap cuek dan wajah dibuat sedatar mungkin.

Mengingat di sana ada para sahabat Rubby.

Beberapa kali Devan terlihat tersenyum sendiri, dan hal itu membuat klien nya sedikit heran karena selama bekerjasama dan bertemu dengan Devan baru kali ini pebisnis muda yang terkenal dingin dan angkuh ini menampilkan mood yang begitu manis di pandang.

Hans pun turut memperhatikan bosnya yang terlihat tidak biasa ini. Namun Hans sudah bisa menebak jika hal tersebut bukan tanpa sebab, melainkan karena pertemuan sekilas bos nya dengan wanita yang di cintainya.

Cinta memang bisa mengubah segalanya. Itu yang di pikirkan Hans saat ini.

Sementara itu Rubby dan teman – teman nya memutuskan untuk pulang, karena sudah cukup lama juga mereka berada di restoran tersebut.

Sudah dua jam acara meeting Devan berlangsung, kini masing – masing dari mereka berpamitan.

“Trimakasih Pak Devan atas kerjasamanya, semoga ke depannya bisa mendapat pencapaian yang sesuai dengan yang kita inginkan.” Ucap klien Devan sembari mengulurkan tangan untuk berjabat.

“Sama – sama pak Fahri.” Ucap Devan kemudian menyambut jabat tangan kliennya.

Mereka pun keluar dari ruangan tersebut, namun Devan menatap kearah meja yang tadi ada Rubby dan teman – teman nya.

Meja itu telah kosong bahkan sudah tampak bersih karena pelayan restoran sudah membereskannya.

Ada sorot kecewa yang terlihat di wajah Devan namun Hans segera membuyarkan lamunannya.

“Mari Tuan mobil sudah siap.” Kata Hans yang di jawab anggukan oleh Devan.

Merekapun berjalan menuju mobil dan meninggalkan restoran tersebut.

Mereka kembali ke kantor dengan Devan yang membawa perasaan bahagia, bukan karena kontrak kerja sama nya dengan klien yang lancar tapi karena pertemuannya dengan Rubby dan senyum manis Rubby.

Terpopuler

Comments

Quản trị viên

Quản trị viên

Author, chapter baru kapan? Saya ketagihan nih!

2023-08-09

2

Meliora

Meliora

Bikin tegang sampai tuntas.

2023-08-09

1

Candela Antunez

Candela Antunez

Duh, ga nyangka ini bagus banget!

2023-08-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!