Devan telah sampai di rumahnya, mami dan papi nya menunggu kedatangannya di ruang keluarga.
“Dev..gimana tadi acara makan malamnya?” Tanya mami Aileen antusias
“Biasa aja mi..” jawab Devan sambil berjalan duduk di sofa di samping mami nya.
“Dev,, harusnya segera saja lah kamu ungkapkan ke Rubby secara langsung di depan keluarganya, Jangan di tunda – tunda Biar Rubby tau.” Saran dari Tuan Aditama.
“Nanti aja pi tinggal tiga bulan lagi By lulus kok. Biar By fokus ke kuliahnya dulu.” Jawab Devan.
“Terserah kalo mau nya kamu seprti itu, yang jelas papi dan mami ingin yang terbaik buat kamu dan Rubby.” Ucap Tuan Aditama.
“Sebenarnya mami udah ga’ sabar lho Dev pengen cepet – cepet kamu nikah trus kasih cucu yang lucu buat kami.” Kata mami Aileen penuh harap.
“Iya mi. Devan ke kamar dulu ya mi pi.” Pamit Devan kepada mami dan papi nya.
Sesampainya di kamarnya Devan tidak langsung tidur, dia menuju ruang kerjanya untuk membaca email yang masuk.
Seperti itu lah rutinitas malam seorang Devan sebelum dia tidur.
Mentari pagi yang cerah menyapa gadis cantik yang masih bergelung di balik selimut nya.
Rubby segera bangun ketika sinar mentari pagi itu menerpa wajahnya melalui celah jendela kaca yang tirai nya sedikit terbuka.
Rubby segera bangun dan bersiap – siap untuk berangkat kuliah.
Hanya butuh waktu tiga puluh menit saja untuk Rubby bersiap.
Dia segera melangkah menuju pintu kamar nya.
Sepintas di lihatnya sofa yang ada di kamarnya itu tergeletak kado pemberian Devan semalam, dia belum berniat untuk membukanya.
Rubby berjalan menghampiri bungkusan berukuran lumayan besar itu, memegang dan beberapa kali mengguncangnya pelan.
Sambil menggedikkan bahunya dia meletakkan kembali kado tersebut.
“Nanti aja deh buka nya setelah pulang kuliah.” Gumam Rubby.
Kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar.
Setelah sarapan Rubby segera berangkat kuliah, seprti biasa Edward yang mengantarnya.
Sepanjang perjalanan kakak dan adik itu ngobrol banyak hal, sampai tak terasa mobil yang mereka tumpangi sampai di depan kampus Rubby.
“By masuk ya kak.” Kata Rubby pamit kepada kakaknya.
“Iya By. Jangan lupa pesenan mama By.’ Jawab Edward.
Sebelum berangkat tadi mama Elsa berpesan kepada Rubby untuk membelikan bunga lily di toko bunga langganan nya seusai Rubby kuliah.
“Siap kak, By inget kok.” Jawab Rubby sambil membuka pintu mobil.
Setelah Rubby turun dan sudah masuk ke dalam kampusnya Edward segera melajukan mobilnya menuju kantornya.
“By..” seru ketiga sahabatnya sambil melambaikan tangan mereka.
Rubby tersenyum dan segera menghampiri kantin kampus tempat ketiga sahabatnya kumpul.
“Udah di kantin aja pagi- pagi gini?” Tanya Rubby.
“Nemenin Diva By katanya belum sarapan tadi di rumah.” Jawab Milly.
“Tumben Va?” Tanya Rubby lagi.
“Huh,,kesel gue sama mama papa gue, pagi – pagi udah ribut, jadi males sarapan di rumah.” Jawab Diva dengan nada lesu dan wajah cemberut.
“Sabar ya Va..” Kata Rubby bersimpati.
Dan mereka saling memberi semangat dan dukungan kepada Diva.
Membuat Diva merasa lebih baik dan bisa tersenyum kembali.
Mereka pun masuk kelas bersama karena mata kuliah mereka akan segera di mulai.
Setelah kuliah selesai Rubby segera pamit kepada sahabat – sahabat nya.
Karena dia harus ke toko bunga untuk membeli bunga lily pesanan mama nya.
“Pak Usman, kita ke toko bunga dulu ya.” Kata Rubby kepada pak Usman yang sudah sedari tadi menunggu nya di parkiran kampus.
“Baik non.” Jawab pak Usman. Kemudian melajukan mobil nya kearah toko bunga langganan keluarga Admadja.
Perjalanan ke toko bunga butuh waktu tiga puluh menit.
Pak Usman memarkirkan mobilnya dan Rubby segera turun masuk ke dalam toko tersebut.
Nyonya Ratna pemilik toko bunga tersebut segera menghampiri Rubby, Nyonya Ratna memang sudah mengenal Rubby, karena keluarga Admadja sudah langganan bunga di toko nya selama bertahun – tahun.
Dan Rubby sudah tidak asing lagi bagi Nyonya Ratna, di samping Rubby selalu ikut mamanya membeli bunga di toko itu juga Rubby sering datang sendiri untuk membeli bunga atas permintaan mama nya, jika mama Elsa sedang sibuk seperti sekarang ini.
“Selamat siang tante Ratna.” Sapa Rubby sopan dengan senyum mengembang di bibirnya.
“Siang sayang..Nyonya Elsa tidak ikut By?” Jawab Nyonya Ratna dengan senyum ramah.
“Mama lagi sibuk tante. “ jawab Rubby.
Nyonya Ratna segera mengajak Rubby kearah stand khusus bunga lily.
Rubby mengikuti Nyonya Ratna dengan berjalan di samping nya.
Nyonya Ratna sudah tahu jika yang di cari Rubby pasti bunga lily, karena memang sudah langganan dan sudah hapal dengan bunga kesukaan Nyonya Elsa.
Setelah sampai di stand bunga lily Rubby melihat Nyonya Aileen juga di sana sedang memilih bunga lily.
Nyonya Aileen adalah pecinta bunga lily juga sama seperti mama nya Rubby.
Dan Rubby memang sudah mengenal Aileen karena Aileen adalah teman sosialita mama nya.
Beberapa kali Rubby ikut mama nya arisan bersama teman – teman sosialitanya, dari situ lah Rubby mengenal Aileen.
Namun tidak tahu menahu soal Aileen adalah mami nya Devan.
Sedangkan Aileen sudah sejak lama mengenal Rubby bahkan sejak Rubby berusia sepuluh tahun.
Sejak putra semata wayang nya menceritakan segala perihal tentang Rubby, dan Aileen sering nya membahas Rubby dengan Elsa tanpa Rubby ketahui tentunya.
“Tante Aileen.” Sapa Rubby. Aileen segera menoleh kearah Rubby.
“Hai,,sayang. Kamu disini?” Aileen begitu bahagia bisa bertemu Rubby.
Bahkan dia langsung memeluk Rubby.
Dan Rubby membalas pelukan Aileen.
Rubby terkadang heran dengan sikap Aileen terhadapnya.
Sikap Aileen terhadapnya seperti sikap seorang mama terhadap putri nya.
Rubby tau dan mengenal betul beberapa teman sosialita mama nya, namun berbeda dengan Aileen.
Aileen selalu penuh dengan kasih sayang terhadapnya.
Bahkan Aileen sering meminta Rubby untuk memanggilnya mami dengan alasan Aileen sayang banget sama Rubby dan pengen punya anak perempuan seperti Rubby.
Namun Rubby merasa canggung untuk memanggilnya mami.
“Iya tante. Mama minta By untuk beli bunga lily tante. Mama lagi sibuk jadi tidak bisa beli sendiri.” Jawab Rubby.
“Oke,,Nyonya Aileen dan Rubby saya tinggal dulu. Saya harus menyiapkan kiriman bunga untuk pelanggan lain.” Sela Nyonya Ratna dengan senyum.
Aileen dan Rubby mengangguk dan tersenyum.
“Sayang,,apa kamu juga suka bunga lily?” Tanya Aileen sambil memilih – milih bunga lily.
“Emmm,, bukannya tidak suka bunga lily tante, By lebih suka bunga mawar putih tan.” Jawab Rubby senyum nyengir.
“Oh..bunga mawar putih juga bunga yang indah. Di taman belakang rumah tante juga ada bunga mawar putih, mendiang maminya tante suka sekali bunga mawar putih Jadi tante menanamnya.” Jelas Aileen.
“Kapan – kapan By boleh berkunjung ke rumah tante? Rubby pengen lihat taman bunga milik tante, pasti sangat indah.” Kata Rubby dengan mata berbinar dan tersenyum lebar.
“Jangankan berkunjung By, kamu tinggal di rumah tante aja tante bolehin kok.” Jawab Aileen serius.
Sambil mengelus punggung tangan Rubby. Harusnya kamu memang tinggal di rumah mami sayang.
Tapi masih tunggu sampai kamu lulus kuliah. Kata Aileen dalam hati.
Rubby hanya menanggapi dengan tersenyum lebar, karena tidak paham dengan maksud Aileen.
Setelah cukup lama mengobrol dan memilih bunga, mereka segera menuju kasir di depan dekat pintu masuk toko.
“Sayang biar bunga kamu tante yang bayar ya?” ucap Aileen sambil menyerahkan kartu kredit ke petugas kasir.
“Duh tante biar By bayar sendiri saja.” Rubby merasa canggung.
“Udah biar tante saja.” Jawabnya “Mbak semua nya saya yang bayar ya.”lanjut Aileen kepada petugas kasir.
Setelah membayar semua bunga nya mereka keluar dari toko tersebut.
“Terimakasih tante, sudah membayar bunga By.” Rubby tersenyum tulus.
“Sama – sama sayang.” Aileen tersenyum
“By,,ini mawar putih buat kamu.” Lanjut Aileen sembari menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepada Rubby.
Rubby tampak berbinar menerima bunga pemberian Aileen. “Buat By..? Sekali lagi trimakasih tante. By suka sekali.” Kata Rubby tersenyum lebar.
Aileen mengangguk dengan senyum merekah di bibirnya merasa bahagia Rubby menerima bunga pemberiannya dengan riang.
Kemudian mereka saling pamit dan menuju mobil masing – masing.
Aileen begitu bahagia hari ini bisa bertemu dengan calon mantunya tanpa di sengaja.
Sepanjang perjalanan pulang Aileen memasang senyum yang terus berkembang di bibirnya.
Khayalan – khayalan indah spontan mampir di benaknya.
Ingin rasa nya dia sesegera mungkin menjadikan Rubby sebagai menantu nya.
Gadis yang ideal untuk menjadi pendamping putra semata wayangnya.
Angan – angan yang mungkin beberapa bulan lagi akan terpenuhi.
Sesampai nya di kediaman Aditama senyum Aileen terus terpancar dan rona wajah bahagia itu seakan melekat tak mau beranjak.
Sampai Tuan Aditama suaminya memergoki nya dan memandang nya heran.
“Mami terlihat happy banget. Apa yang membuat mami sebahagia ini. hemmm?” Tanya Tuan Aditama memandang kearah istrinya yang kebetulan tengah duduk santai di ruang keluarga.
“Pi,,tadi mami bertemu Rubby di toko bunga langganan mami. Ya ampun pi,,mami jadi pengen cepet – cepet minta Devan segera nikahin Rubby.” Jawab Aileen dengan mata berbinar bahagia.
“Dan mami juga tahu bunga kesukaan Rubby pi, Rubby suka mawar putih.
Mami berencana menata ulang taman di balkon kamar Devan. Mami mau tanam mawar putih disana.” Kata Aileen lagi semangat tanpa mengharapkan Tuan Aditama merespon ucapannya.
“Hemm..terserah mami yang penting saat tinggal di rumah ini kelak Rubby merasa nyaman.” Sahut Tuan Aditama sambil membuka lembar buku di tangan nya, karena Tuan Aditama memang tengah membaca buku bisnis.
Aileen hanya mengangguk mendengar perkataan suaminya.
Beberapa saat kemudian terdengar Aileen memanggil kepala pelayan di kediamannya.
“Pak Jang!” seru Aileen.
Tanpa menunggu lama pak Jang sudah tampil berdiri di hadapan Tuan dan Nyonya nya tersebut.
“Saya Nyonya.” Jawab pak Jang menunduk sopan. Pak Jang sudah bekerja di keluarga Aditama sejak Tuan Aditama belum menikah sampai sekarang, Pak Jang sudah seperti keluarga bagi keluarga Aditama.
Sekarang pak Jang menjadi kepala pelayan di kediaman Aditama.
“Tolong panggilkan Penata Taman, aku ingin merombak taman di balkon kamar Devan. Semua bunga disana ganti dengan mawar putih.” Ucap Aileen.
“Baik nyonya sesuai perintah anda.” Kata pak Jang yang kemudian undur diri dari hadapan Tuan dan Nyonya nya.
Aileen begitu bahagia dan antusias nya untuk menyambut Rubby sebagai menantu kesayangannya sungguh di rasakan oleh seisi rumah kediaman Aditama.
Dia berpikir saat Rubby bebar – benar sudah tinggal di kediamannya Rubby harus merasa nyaman dan merasa di sayangi oleh semua penghuni di kediaman Aditama, terutama oleh dirinya.
Rubby telah sampai di rumahnya dengan membawa dua buket besar bunga, yang satu sisi bunga lily pesanan mama nya dan yang satu sisi mawar putih pemberian Aileen.
Elsa yang kala itu baru melangkah hendak ke ruang tamu keheranan melihat Rubby dengan membawa dua buket bunga berukuran besar di kedua belah tangannya.
“By,,kok bawa dua jenis bunga? Mama Cuma minta di belikan bunga lily lho.”
Tanya Elsa penasaran sembari menggapai bunga lily yang di pesan nya dari tangan kanan Rubby.
“Tadi By bertemu tante Aileen di toko bunga mam. Bunga mawar putih ini pemberian tante Aileen. Tuh bunga mama tadi juga di bayarin tante Aileen. Tante Aileen baik ya mam?” Kata Rubby panjang lebar sambil terus memandangi bunga di tangannya.
“Wahhh,,kebetulan sekali ya. Bagaimana jeng Aileen tau bunga kesukaanmu By?” Tanya Elsa menyelidik.
“By yang bilang kalo By suka mawar putih mam. Tadinya tante Aileen Tanya bunga kesukaan By, ya By jawab kalo bunga kesukaan By mawar putih, Eh malah sekalian di belikan mam.” Ucap Rubby menjelaskan.
“Ya udah kalo gitu ayo kamu pasti sudah lapar, mama masak makanan kesukaan By.” Kata Elsa sembari berdiri dan melangkah menuju ruang makan.
Rubby hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah sang mama.
Di ruang makan hanya ada Mama Elsa dan Rubby saja, karena Edward dan Tuan Admadja pastinya masih di kantor dan biasanya pulang sore jika tidak ada lembur.
Anak dan mama itu makan dengan sesekali mengobrol perihal ketidaksengajaan Rubby bertemu dengan Aileen teman sosialitanya sekaligus calon besan nya itu.
Rubby pun tanpa sungkan menjelaskan kepada sang mama secara detail.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments