Bab 10

Malam ini Devan pergi ke kediaman Hadiyasa dengan di temani Hans. Memang itu lah tugas Hans mengikuti kemana pun dia pergi meskipun itu harus sampai larut.

Di sepanjang perjalanan Devan hanya terdiam karena pikiran nya saat ini bukan lagi acara makan malam di rumah klien nya, namun pikiran nya melayang ke masalah keluarga Rubby dengan Max.

Devan begitu penasaran dengan tujuan Max yang sebenar nya.

Setelah 45 menit berlalu sampai lah Devan dan Hans di kediaman Hadiyasa.

Beberapa pelayan menyambut kedatangan nya. Tak lama setelah dia keluar dari mobil nya, Tuan Hadiyasa dan Vanessa muncul dari dalam rumah nya dan memberikan ucapan selamat datang kepada Devan.

Hans mengekor di belakang Devan. Dan membungkuk kan badan nya ketika melihat Tuan Hadiyasa dan Vanessa muncul dari dam rumah nya.

“Selamat malam Tuan Devan. Trimakasih telah berkenan datang ke kediaman kami.” Sapa Tuan Hadiyasa dengan senyum mengembang dan mengulurkan tangan kanan nya untuk menjabat Devan.

“Selamat malam Tuan Hadiyasa.” Jawab Devan singkat dengan senyum kecil sembari mengulurkan tangan nya menyambut tangan Tuan Hadiyasa.

Sedangkan Vanessa yang berada di samping papa nya begitu sangat bahagia atas kedatangan Devan yang memenuhi undangan makan malam di rumah nya.

Seperti nya Vanessa salah mengartikan kedatangan Devan. Vanessa pikir Devan sudah membuka hati untuk nya, sehingga dia merasa ada kesempatan untuk menjadi kekasih seorang Devan.

Dan sedari tadi Vanessa hanya tersenyum yang di buat semanis mungkin ke arah Devan.

“Mari Tuan Devan silakan masuk.” Ucap Tuan Hadiyasa mempersilakan Devan segera masuk ke dalam rumah sambil berjalan membimbing Devan.

Devan pun segera melangkah mengikuti Hadiyasa.

Vanessa berjalan di sisi samping kanan Devan, membuat Devan sedikit risih.

Meskipun wajah Devan terlihat dingin saat mengarah ke Vanessa, Vanessa tetap semangat untuk mencari perhatian kepada Devan.

Mereka berjalan mengarah ke ruang makan yang luas, disana telah ada nyonya Hadiyasa menyambut Devan.

Dengan senyum mengembang Nyonya Hadiyasa mempersilakan Devan untuk duduk.

Vanessa segera mengambil duduk di samping kiri Devan ketika Devan sudah duduk di kursi nya.

Devan tidak begitu menikmati acara makan malam itu karena sikap Vanessa yang terkesan agresif mencari perhatian nya, dari mulai mengambilkan makan untuk nya, sampai Vanessa menceritakan soal karir nya.

Sesekali Devan melirik kearah Hans untuk sedikit mengurangi rasa bosan nya.

Tuan Hadiyasa menyadari bahwa Devan merasa tidak nyaman dengan sikap Vanessa kemudian Tuan Hadiyasa mengalihkan pembicaraan ke bisnis, yang sudah pasti Devan akan lebih tertarik.

Tuan Hadiyasa memang ingin sekali menikahkan putri tunggal nya dengan Devan, untuk kepentingan bisnis nya.

Namun Devan seperti nya tidak tertarik dengan perjodohan yang di ajukan nya.

“Tuan Devan saya dengar saat ini anda sedang membuka perusahaan cabang di singapura?” Tanya Tuan Hadiyasa membuka percakapan, sambil mengarahkan pandangan ke Devan.

“Iya benar Tuan. Mungkin sebentar lagi proses pembangunan nya selesai.” Jawab Devan yang kemudian di angguki oleh Tuan Hadiyasa.

“Anda benar – benar pengusaha muda berbakat Tuan Devan. saya sangat bangga selama ini bisa bekerjasama dengan anda. Selain tampan anda juga seorang pengusaha yang handal.” Ucap Tuan Hadiyasa mengandung unsur cari muka yang begitu kental.

“Anda terlalu memuji saya Tuan. Saya masih harus banyak belajar dari senior.” Jawab Devan dengan senyum tipis.

“Ah,, Tuan Devan anda yang terlalu merendah. Sungguh sangat beruntung sekali Tuan Aditama memiliki putra seperti anda.” Kata Tuan Hadiyasa kembali memuji Devan.

Sedangkan Devan menanggapi dengan senyum ke arah Tuan Hadiyasa. Tanpa mempedulika Vanessa yang sedari tadi memandang nya lekat tak beralih.

Vanessa menatap kagum ke arah Devan. Dia begitu terpesona dengan ketampanan dan kemapanan pria muda di samping nya itu.

Obrolan mereka berlanjut di ruang kerja Tuan Hadiyasa.

Kali ini mereka serius berbicara mengenai kerja sama mereka.

Devan memiliki 50% saham di perusahaannya, itu lah yang membuat Tuan Hadiyasa ingin menjodohkan putri nya dengan Devan.

Dengan harapan perusahaan nya akan semakin maju dan berkembang. Namun seperti nya hal tersebut butuh kerja ekstra untuk membuat Devan mau menikahi putri tunggal nya itu.

Sedangkan Vanessa sekarang berada di ruang keluarga bersama mama nya untuk menunggu Devan dan papa nya.

Setelah 1 jam berlalu Devan dan Hadiyasa keluar dari ruang kerja si tuan rumah tersebut.

Tuan Hadiyasa tampak tersenyum sumringah sedangkan Devan tetap dengan wajah cool nya.

“Tuan karena sudah larut saya mohon pamit dulu, trimakasih atas jamuan makan malam nya.” kata Devan meminta undur diri dari kediaman Tuan Hadiyasa.

“Baik Tuan Devan, trimakasih anda sudah bersedia datang. Saya harap anda bisa datang lagi di lain waktu.” Kata Hadiyasa penuh hormat. Devan hanya mengangguk sambil tersenyum.

Kemudian pandangan Devan mengarah ke Nyonya Hadiyasa dan mengangguk kan kepala nya tanda hormat.

Nyonya Hadiyasa membalas anggukan dan senyum lebar.

Sedangkan Vanessa yang merasa di acuhkan Devan sedikit mengerucutkan bibir nya.

Dan mereka mengantar Devan sampai ke teras rumah, kemudian masuk kembali ke dalam rumah ketika mobil yang di tumpangi Devan menghilang dari pandangan mereka.

“Hans gimana kabar By hari ini? Apakah By sudah benar – benar pulih?” Tanya Devan memecah keheningan di dalam mobil yang hanya ia tumpangi dengan Hans.

“Nona sudah pulih Tuan, mungkin besok sudah bisa masuk kuliah seperti biasa nya.” jawab Hans.

“Hemm,, syukurlah kalau begitu. Kirimkan Bodyguards untuk mengawasi sekaligus menjaga nya atur supaya By tidak mengetahui nya. Dan minta bodyguard mengirim laporan nya mengenai By setiap jam nya.” Kata Devan memberi perintah kepada Hans sambil pandangan nya mengarah ke jalanan.

“Baik Tuan. Malam ini juga saya akan menghubungi salah satu bodyguard untuk tugas besok.” Jawab Hans serius.

Setelah pembicaraan itu mereka terdiam kembali dan Hans lebih memilih fokus menyetir dan mengarahkan pandangan nya ke jalan yang mulai lengang, karena memang sudah larut.

Pagi ini di kampus para sahabat Rubby sedang kumpul di taman sekitar kampus.

Mereka membicarakan Rubby yang sehari kemarin tidak berangkat ke kampus.

“By kenapa ya kemarin ga’ berangkat, mana handphone ga’ aktif lagi. Khawatir gue jangan – jangan By lagi ada masalh lagi.” Kata Audy dengan raut wajah khawatir.

“Iya nih gue juga khawatir, dari kemarin di telponin ga’ bisa. Kenapa ya tu anak? Apa udah ga’ nganggep kita sahabat, ga’ kasih kabar apapun kayak gini. Maen ngilang gitu aja.” Sahut Diva kemudian antara khawatir dan kesel dengan Rubby.

“Duhh kalian ini mikir yang positif aja napa? By pasti baik – baik aja. Lo pada ga’ tahu gimana kak Ed jagain dia, over protektif nglebihin pacar. Jadi By pasti baik – baik aja. Gue sih mikir nya gitu ya.” Sela Milly sambil melahap snack di tangan nya.

“Iya juga sih. Hah semoga By memang ga’ kenapa – kenapa.” Ucap Audy mencoba berpikir positif seperti yang Milly bilang.

Setelah itu masing – masing dari mereka terdiam sibuk dengan pikiran mereka masing – masing.

“Haiii,,pagi sahabat – sahabat ku. Disini rupa nya kalian, gue cariin kemana – mana.” Sapa Rubby memecah lamunan para sahabat nya. Dan kemudian duduk di samping Diva.

Kemunculan Rubby yang tiba – tiba membuat ketiga sahabat nya menoleh ke arah nya dan terpancar raut kelegaan di wajah para sahabat nya itu.

Rasa khawatir mereka tentang Rubby terjawab sudah. Dan kenyataan nya Rubby baik – baik saja.

“By,,ngagetin aja lo.” Kata Diva. “Kemana lo kamarin kenapa ga’ masuk? Ga’ kasih kabar lagi.” Lanjut Diva lagi sedikit ketus.

“Iya maaf deh ga’ kasih kabar ke kalian. Kemarin gue sakit maka nya ga’ masuk.” Jawab Rubby merasa bersalah kepada sahabat – sahabat nya.

Memang Rubby tidak memberi kabar apapun dan selama sakit Rubby tidak pegang handphone nya.

Mendengar penuturan Rubby bahwa diri nya sakit ketiga sahabat nya langsung mendekati Rubby dan mereka memegang tubuh Rubby.

“Ya ampun lo sakit By ternyata? Sakit apa By?” Tanya Audy penasaran.

“Cuma demam aja, dan sekarang gue udah sehat seperti yang kalian lihat. Gue baik – baik aja kan?”

“Demam By? Kok bisa sih By?” Tanya Milly kemudian dengan pandangan serius ke arah Rubby.

“Iya. Jadi waktu Diva mau kasih tumpangan dan gue ga’ mau itu pak Usman telat jemput karena ban mobil kempes jadi harus ke bengkel dulu. Belum juga pak Usman sampai udah ujan deres banget gue nunggu di halte depan kampus. Karena kedinginan gue pingsan dan demam deh.” Terang Rubby kepada sahabat nya.

“Apa lo pingsan By?” seru Audy dan di angguki oleh Rubby.

“Ya ampun By coba lo nurut sama gue waktu itu, gue anter lo sampai rumah ga’ bakalan tuh lo kena demam.” Sahut Diva.

“Iya maaf deh.” Kata Rubby penuh penyesalan.

“Trus akhir nya pak Usman datang jam berapa? Pasti sampai sore banget ya?” Tanya Milly kemudian dengan pandangan fokus ke Rubby.

“Bukan pak Usman yang bawa gue pulang. Tapi sahabat kak Ed yang nganter gue pulang.” Jawab Rubby.

“Sahabat kak Ed. Kok bisa By? Kebetulan lewat atau giman itu cerita nya?” Tanya Diva bingung.

“Entah lah gue juga kurang tau, yang jelas mama bilang nya kak Dev yang nganter gue pulang dan panggilin dokter pribadi nya buat periksa gue.” Jawab Rubby apa ada nya.

Ketiga sahabat nya melongo mendengar penuturan Rubby.

“Hemm,, ada bau – bau mencurigakan nih kayak nya?” kata Milly sambil mengetuk – ngetukkan jari telunjuk nya di kening nya.

“Apaan sih mill? Mencurigakan apa nya? biasa aja menurut gue.” Kata Rubby tidak mengerti dengan cara pikir sahabat nya itu.

“Gue pikir juga gitu lho. Coba kalian pikir sahabat kak Ed tiba – tiba jemput By dan sampai panggilin dokter pribadi nya pula. Oh,,so sweet. Gue juga mau dong.” Kata Diva dengan pose genit. “ By sahabat kak Ed kayak gimana wajah nya ganteng ga’?” lanjut Diva lagi.

“Emm,,menurut gue ganteng banget sih. Tapi ..?” kata Rubby menggantung.

“Tapi apa By?” Tanya ketiga sahabat nya kompak.

“Udah punya calon istri dia.” Jawab Rubby lesu.

“Yaaahhh..” sahut ketiga sahabat nya dengan nada patah hati.

“Ya udah ga’ usah di bahas lagi, ayo kita masuk kelas.” Ajak Rubby.

Mereka berempat masuk ke kelas bersama, sambil bercanda tawa di sepanjang jalan menuju ke kelas mereka.

Dan ternyata sedari tadi ada yang memperhatikan mereka, Nicholas sedari tadi memperhatikan Rubby dan sahabat – sahabat nya.

Namun hal tersebut juga tidak luput dari pengawasan bodyguard Devan, yang memang di tugas kan Devan untuk mengawasi kemanapun Rubby pergi.

Di kantor Devan.

“Apa yang kau dapat hari ini?” Tanya Devan kepada bodyguard yang di utus nya. Devan sudah bisa menebak bahwa bodyguard nya hendak memberikan informasi kepada nya.

“Selain saya ada orang lain yang juga mengawasi nona Rubby Tuan.” Jawab bodyguard tersebut. Devan memicingkan mata nya. penasaran dengan orang yang juga mengawasi Rubby.

“Cari tau perihal orang itu dan segera lapor kan kepadaku secepat nya.” perintah Devan dengan nada dingin dan di liputi emosi.

“Baik Tuan. Laksanakan.” Jawab Bodyguard dengan suara tegas. Kemudian Devan menutup telpon nya. dan meletakkan nya di atas meja dengan kasar. Dia merasa tidak terima dibelakang nya ada orang yang memperhatikan Rubby.

“Jika sampai berani macam – macam dengan Rubby ku, aku akan menghabisi nya.” ucap Devan sambil mengepal kan tangan nya dengan kuat.

Devan memanggil Hans supaya ke ruangan nya.

Tok tok tok.

“Masuk.” Jawab Devan.

“Ada yang bisa saya bantu Tuan?” Tanya Hans sambil membungkuk hormat.

“Hans tambah satu bodyguard lagi untuk mengawasi Rubby. Kau tahu Hans seperti dugaan ku ada orang lain yang diam – diam mengawasi Rubby. Aku pikir mungkin ini ada hubugan nya dengan masalah di perusahaan Tuan Admadja.” kata Devan mengutarakan pemikiran nya.

“Mungkin kah Tuan Max punya tujuan kepada nona Rubby tuan? Sehingga dia membuat menarik saham nya di perusahaan Tuan Admadja?” jelas Hans.

“Hemm.” Jawab Devan dengan anggukan mantap.

“Baik Tuan. Kalau begitu saya akan segera atur bodyguard lagi untuk menjaga nona Rubby.” Kata Hans sembari membungkukkan badan untuk undur diri dari ruangan Bos nya.

Devan hanya mengangguk kan kepala nya dan kembali fokus pada pekerjaan nya. Meskipun perasaan marah masih menyelimuti hati dan pikiran nya dia tetap harus profesional dengan pekerjaan nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!