Elsa datang dengan air hangat dan kain kecil untuk mengompres Rubby, Elsa duduk di tepi ranjang dan segera meletakkan kain itu di kening Rubby.
Devan masih setia menunggu Rubby di kamarnya.
Dia duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang Rubby.
Mata nya masih setia mengawasi Rubby yang terbaring dengan mata terpejam.
“Dev trimakasih sudah mengantar By pulang.” Kata Elsa dengan pandangan mengarah ke Devan.
“Iya tante. Sudah seharus nya Dev melakukan nya tante.” Jawab Devan kemudian.
Elsa tersenyum menatap Devan dengan rasa haru dan bahagia.
Calon menantunya seorang pria yang baik dan bertanggung jawab.
Tidak salah keluarga Admadja memberikan restu kepada nya untuk melamar Rubby 9 tahun yang lalu.
“Sebentar lagi dokter datang tante. Tante tidak perlu khawatir, Hans sudah menelpon dokter Antoni.” Kata Devan membuat Elsa sedikit tenang.
Elsa mengangguk dan tersenyum kecil. Kemudian melihat kearah Rubby dan mengganti kain di kening Rubby yang seperti nya sudah sedikit mengering.
Tok tok tok.
Terdengar suara ketukan pintu Devan segera menghampiri pintu dan membuka nya.
“Tuan dokter sudah datang.” Kata pelayan kepada Devan. yang sudah di ikuti dokter di belakang nya. Dan di tanggapi anggukan oleh Devan.
“Masuk Antoni.” Kata Devan singkat. Kemudian berbalik badan berjalan masuk ke dalam kamar Rubby kembali.
Antoni adalah salah satu dokter pribadi keluarga Aditama. Usia nya tidak jauh beda dengan Devan.
Dari beberapa dokter pribadi yang mengabdi di keluarga Aditama, Devan lebih sering memanggil Antoni bila ingin mengecek kesehatan rutin nya.
“Baik Tuan.” Antoni kemudian mengikuti langkah kaki Devan masuk untuk segera memeriksa Rubby.
Melihat dokter telah datang Elsa segera bangkit dan menyambut kedatangan dokter tersebut.
“Silakan dokter.” Elsa memberi ruang untuk dokter supaya bisa mendekat ke tempat Rubby berbaring dan segera memeriksa nya.
Devan dan Elsa berdiri bersisihan.
Dengan pandangan fokus ke arah Rubby.
Tak butuh waktu lama bagi dokter Antoni untuk memeriksa Rubby, setelah membereskan alat tensi dan stetoskop nya ke dalam tas yang di bawa nya tersebut, dokter Antoni segera berdiri menghadap ke arah Devan dan Elsa.
“Bagaimana keadaan putri saya dok?” Tanya Elsa tidak sabar.
“Nona Rubby tidak apa apa Nyonya hanya perlu istirahat untuk saat ini, Dan untuk demam nya saya resepkan obat untuk nya.” jawab dokter Antoni.
Jawaban dokter Antoni membuat perasaan Elsa dan Devan tenang.
Setelah memberikan kertas resep kepada Elsa dokter Antoni berpamitan kepda Elsa dan Devan.
“Nyonya,,Tuan saya mohon pamit. “ pamit dokter Antoni kepada Elsa dan Devan. Devan hanya menanggapi dengan anggukan.
“Terimakasih dok.” Kata Elsa kepada dokter Antoni.
“Baik Nyonya sama sama.” Dokter Antoni tersenyum dan mengangguk. Kemudian segera melangkah keluar meninggalkan kamar Rubby.
“Tante lebih baik pakaian Rubby di ganti terlebih dahulu. Supaya Rubby nyaman. Saya akan menunggu di luar.” Kata Devan setelah dokter Antoni pergi.
“Iya Dev, tante ganti pakaian Rubby dulu.” Kata Elsa dan di angguki oleh Devan.
Devan segera beranjak pergi meninggalkan kamar Rubby dan berjalan mengarah ke ruang keluarga.
Sebelum mengganti pakaian Rubby Elsa memanggil pak Usman untuk menebus resep obat dari dokter Anton ke Apotik terdekat.
Belum lama Devan duduk di ruang keluarga itu tiba tiba terdengar derap langkah yang semakin mendekat ke arah nya.
Edward dan Tuan Admadja datang dan langsung menghampiri Devan.
“Dev bagaimana keadaan By sekarang?” Tanya Tuan Admadja ke pada Devan dengan wajah panik.
Sontak Devan langsung mengarahkan pandang ke Tuan Admadja dan Edward.
“Om dan Ed tidak perlu panik, Rubby baik-baik saja dokter bilang hanya demam biasa setelah istirahat dan minum obat pasti sembuh. Sekarang tante baru mengganti pakaian Rubby.” Jawab Devan menjelaskan.
“Ohh, syukurlah kalo gitu. Terimakasih ya Dev.” Kata Tuan Admadja tulus kepada Devan.
“Thanks ya Dev, untung ada lo.” Kata Edward setelah ucapan sang papa selesai.
Devan mengangguk sambil tersenyum. Seketika itu juga terdengar bunyi panggilan masuk dari handphone Devan. di lihat nya ternyata sang mami yang menelpon nya.
Devan segera menggeser symbol berwarna hijau di handphone nya itu.
"Dev, apa kamu lembur malam ini? Kok ga’ kasih kabar ke mami sih ?"
"Dev ga’ lembur mi, sekarang lagi di rumah By mi."
"Apa di rumah By? Salam dari mami buat keluarga Admadja ya Dev. Terutama buat By."
"Oke, kalo gitu mami tutup telpon nya dulu.
Oke mi."
Devan menutup telpon nya dan kembali bergabung ke percakapan ringan antara Edward dan Tuan Admadja.
Mereka membicarakan seputar Rubby dan sedikit menyinggung mengenai bisnis mereka masing masing.
Untuk saat ini Devan memang bukan investor di perusahaan keluarga Admadja namun perusahaan mereka sering terlibat kerjasama.
Untuk permasalahan perusahaan yang akhir akhir ini sedang di hadapi keluarga Admadja Devan belum mengetahui nya.
Karena keluarga Admadja sementara ini menutupi nya.
Dan sedikit ada rasa khawatir juga di hati Tuan Admadja jika Devan mengetahui permasalahan yang terjadi di perusahaan nya sekarang yang mungkin bisa mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit dan perusahaan terancam bangkrut.
Devan akan mengurungkan niat nya untuk menikahi Rubby.
Karena bagi Tuan Admadja suatu keberuntungan jika putri nya di cintai dan akan di peristri oleh seorang pengusaha muda pewaris tunggal perusahaan Aditama.
Selama berbincang dengan Edward dan Tuan Admadja Devan menangkap raut kecemasan di wajah ke dua orang di depan nya.
Namun Devan pikir mungkin karena mereka mencemaskan keadaan Rubby saja. Jadi Devan merasa maklum dan beberapa kali menyakinkan jika Rubby baik baik saja.
Karena malam sudah larut Devan berpamitan kepada Edward dan Tuan Admadja.
Devan hanya menitip salam untuk Nyonya Elsa yang sampai saat ini masih menunggu Rubby di kamar nya.
“saya pamit dulu Om sudah larut mami pasti nungguin Dev pulang sekarang.”
“Hemm,, hati hati Dev. Sekali terimakasih sudah menolong By.”
“Iya Om sama sama.” jawab Devan dengan senyum.
“Hati hati ya bro.” ucap Edaward kemudian sambil menjabat tangan Devan.
Devan mengangguk dan tersenyum. Setelah itu melangkah menuju pintu keluar kearah mobil nya terparkir dan Hans segera membukakan pintu mobil untuk nya.
Mobil yang di tumpangi Devan segera melaju keluar dari halaman rumah mewah tersebut.
Setelah mobil Devan pergi dan menghilang dari pandangan mereka, Edward dan Tuan Admadja segera masuk dan kembali duduk di ruang keluar yang tadi mereka gunakan untuk berbincang dengan Devan.
“Pa,,apakah tidak sebaik nya Devan tahu masalah di perusahaan kita? Siapa tahu Devan bisa membantu kita pa.”
kata Edward memandang sang papa penuh harap.
“Tidak Ed papa tidak mau di anggap memanfaat kan Dev. Dan papa khawatir Dev membatalkan pertunangan nya dengan Rubby.”
jawab Tuan Admadja dengan wajah lesu.
“Kenapa papa berpikir sejauh itu? Ed tahu betul Dev bukan orang yang seperti itu pa. Dev bener bener mencintai Rubby. Apa papa masih belum yakin akan hal itu?”
kata Edward masih memandang kearah papanya, berharap papanya merubah keputusan nya itu.
“Bukan begitu Ed, hah.. sudah lah kita bahas lagi besok. Semoga Tuan Max mau merubah keputusan nya itu. Apa kamu sudah pastikan besok Tuan Max bisa di temui?”
Kata Tuan Admadja masih berpegang pada keputusan awalnya. Berharap masih ada jalan keluar dari permasalahan nya kali ini.
“Sudah pa. Ed sudah bikin janji dan Tuan Max minta kita menemui nya besok setelah jam makan siang.”
Jawab Edward serius.
“Bagus kalo gitu. Baiklah Papa mau lihat By dulu.”
Kata Tuan Admadja yang kemudian beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
“Ed juga pa.” Kata Edward yang mengikuti jejak sang papa.
Papa dan anak itu menaiki tangga bersama menuju kamar By.
Sesampai nya di kamar Rubby mereka melihat Elsa tengah tertidur di samping Rubby sambil memeluk Rubby.
Kebiasaan Rubby jika sakit pasti sangat manja kepada mama nya dan tidak akan mau di tinggal mama nya kemana pun.
Tuan Admadja dan Edward sudah paham betul akan hal itu.
Kedatangan Tuan Admadja dan Edward ke kamar Rubby di sadari oleh Elsa. Ia segera bangun dan memandang kearah papa dan anak itu.
“Papa, Ed.. kalian baru datang? Dev mana?” kata Elsa dengan suara lirih nya takut mengganggu istirahat Rubby.
“Udah pulang dari tadi ma. Tadi sempat berbincang dengan Dev juga, sekarang Dev sudah pulang. Gimana keadaan By ma?” Tanya Tuan Admadja dengan suara lirih pula.
Edward mendekati mama nya dan ikut berbaring di ranjang Rubby, sambil tangan nya mengusap kening sang adik.
“Maafin kak Ed ya By ga’ bisa jemput kamu, jadi nya kamu sakit kayak gini.” Kata Edward penuh penyesalan.
“Udah Ed jangan nyalahin diri kamu sendiri, semua bukan hal yang di sengaja. Kamu kan juga sibuk kerja tadi.” Ucap Elsa sambil mengusap rambut Edward.
“Papa,,Ed. udah makan belum? Biar mama siapin sebentar.” Tanya Elsa sambil menggeser tubuh dari Rubby untuk turun dari ranjang.
“Kami udah makan ma, udah mama jagain By saja.” Kata Tuan Admadja.
“Ya sudah lebih baik papa sama Ed istirahat saja. Sudah malam, mama nemenin By malam ini.” Kata Elsa yang hanya di angguki oleh Edward dan Tuan Admadja.
Kemudian mereka bergegas keluar dari kamar Rubby menuju kamar masing - masing.
Devan telah sampai di rumah nya. Di lihat nya rumah sudah sepi pikir Devan mungkin papi dan mami sudah tidur mengingat sudah hampir jam 11 malam.
Devan segera melangkah menuju kamar nya dengan menggunakan lift.
Sampai di depan kamar nya Devan segera membuka pintu kamar nya. Devan benar benar terkejut ketika dia lihat mami nya sudah duduk manis di sofa yang terletak di pojok ruang kamar Devan.
Devan melangkah mendekati mami nya dan duduk tepat di samping mami nya.
“mam,, mami ngapian duduk di situ bukan nya istirahat saja mam, udah malam ini.” kata Devan menghampiri mami nya.
“Dev mami belum mengantuk, dan mami pengen denger cerita kamu.”
ucap nyonya Aileen menatap putranya dengan mimik wajah penasaran.
“Cerita apa mam?” tanya Devan tidak mengerti maksud mami nya.
“Ya cerita tentang Rubby dong, cerita apa lagi memang nya.” kata nyonya Aileen memperjelas perkataan nya.
“Tadi Dev jemput By ke kampus, sebelum Devan sampai kampus By udah nungguin karena memang tadi hujan sangat lebat membuat By kedinginan dan By pingsan mam. Trus Dev bawa By pulang ke rumah nya dan sekalian Dev panggilin dokter Antoni untuk periksa By.”
terang Devan kepada mami nya.
“Ya ampun calon mantu kesayangan mami sakit sekarang? Pokok nya besok mami harus tengokin By.”
ucap nyonya Aileen penuh rasa kekhawatiran.
“Iya terserah mami saja, sekarang mami istirahat ya udah malem.” kata Devan sambil membuka sebagian kancing bajunya.
“Oke sayang. Kamu juga istirahat ya.” Nyonya Aileen mengelus pipi sang putra.
Devan menangapi ucapan dengan anggukan. Aileen segera melangkah pergi meninggalkan kamar Devan.
Karena sebenar nya ia sudah mengantuk namun rasa penasaran nya terhadap Rubby membuat nya menahan rasa kantuk nya.
Devan menyandarkan tubuh nya di sandaran sofa nya. Dia mengingat Rubby yang berada di pangkuan dan pelukan nya tadi.
Moment yang membahagiakan sekaligus mengkhawatirkan karena Rubby dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Saking dekat nya dengan Rubby bahkan aroma parfum milik Rubby masih tertinggal di pakaian nya.
Aroma vanilla yang manis masih terasa di indra penciuman Devan.
Hal tersebut membuat Devan enggan untuk mengganti pakaian nya.
Biar lah dia tidur dengan menggunakan pakaian yang sudah seharian di pakai nya. suatu hal yang gila bukan? Sungguh jauh dari kebiasaan seorang Devan yang super perfeksionis.
Cukup lama Devan melamun di atas sofa nya. banyak pikiran dan bayangan tentang Rubby di benak nya.
Dia memutuskan untuk menengok Rubby besok sebelum dia berangkat ke kantor nya. Dia juga berpikir mungkin akan lebih baik membawa bunga mawar putih untuk Rubby.
Karena tadi dia melihat bunga mawar putih menghiasi nakas samping tempat tidur Rubby, mungkin itu bunga dari mami nya kemarin yang bilang bahwa kalau mami nya memberi bunga mawar putih kepada Rubby.
Akhirnya Devan melangkah menuju ke kasur berukuran king size nya itu tanpa mengganti pakaian nya dan tanpa rutinitas nya di ruang kerja selama ini.
Mungkin malam ini sebuah pengecualian untuk rutinitas yang selama ini ia lakukan.
Devan segera memejamkan mata nya dan berselancar ke dunia mimpi nya.
Di samping itu hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya, hari yang menguras pikiran dan gejolak hatinya.
Devan tidur dengan membawa senyum yang mengembang di bibir nya.
Dan sekarang Devan sudah berada di alam mimpinya. Rubby benar-benar membawa dampak yang berbeda untuk Devan.
Kebiasaan Devan yang selalu susah tidur dan harus ke ruang kerjanya dulu, sampai dia benar-benar mengantuk dan baru bisa memejamkan matanya.
Lain untuk kali ini, bahkan hanya aroma parfum Rubby yang tak sengaja tertinggal di pakaiannya saja bisa membuat Devan tenang. Dan sekarang dia bisa langsung tertidur pulas.
Devan memang sudah bucin akut kepada Rubby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments