Pagi ini Rubby bangun lebih pagi dari biasa nya. Dia merasa badan nya sangat lengket akibat demam nya semalam.
Rubby segera bangun menuju kamar mandi meskipun kepala nya masih sedikit pusing dan badan nya masih agak lemas.
Rubby masih di dalam kamar mandi ketika Elsa masuk ke kamar untuk mengantar sarapan dan obat untuk Rubby.
Elsa meletakkan makanan tersebut di atas meja dekat sofa. Elsa segera menghampiri pintu kamar mandi dan mengetuk nya.
Tok tok tok.
“By,, masih lama mandi nya?” seru Elsa dari balik pintu.
“Bentar lagi ma.” Sahut Rubby dari dalam kamar mandi.
“Oke cepetan ya By, mama tunggu.” Seru Elsa kembali.
“Iya ma.” Jawab Rubby.
Rubby segera menyelesaikan mandi nya dan segera keluar menuju walk in closet nya.
Rubby memakai pakaian santai kaos berwarna putih dan celana pendek warna biru di atas lutut.
Elsa sudah menunggu dan duduk di sofa. Kemudian Elsa menepuk sofa di samping nya meminta Rubby duduk di samping nya.
“Makan dulu ya By abis itu minum obat nya.” kata Elsa sembari meraih piring di depan nya dan menyendokkan makanan untuk Rubby.
Rubby hanya mengangguk dan membuka mulut nya menerima suapan dari sang mama.
“Ma apa yang terjadi dengan Rubby kemarin? Rubby lupa.” Tanya Rubby sambil mengunyah makanan di dalam mulut nya.
“Kemarin kamu pingsan By. Dan Dev yang mengantar kamu ke rumah. Dev juga memanggil dokter untuk mu.” Kata Elsa menjelaskan sambil menyuapkan makanan kembali ke mulut Rubby.
Rubby mengunyah makanan nya sembari mengingat kejadian terakhir yang masih di ingat nya.
Seingat nya kemarin sosok Devan menghampiri nya dan tiba tiba semua menggelap. Dan ia sudah tidak mengingat apapun setelah nya.
“By,,ngelamun aja. Dev juga nungguin kamu semalam By.” Kata Elsa membuyarkan pikiran Rubbby.
Dan hanya di tanggapi cengiran oleh Rubby. Beberapa saat kemudian makanan di piring telah habis di makan Rubby.
“minum obat nya dulu By, biat cepat fit lagi.” Kata Elsa menyodor kan minum dan obat ke tangan Rubby. Rubby segera menerima nya dan meminum nya.
Tok tok tok.
“Masuk.” Seru Elsa dari dalam kamar Rubby.
Dari balik pintu muncul pelayan kemudian menunduk hormat ke arah Elsa dan Rubby.
“Nyonya ada Tuan Devan hendak menjenguk nona Rubby.” Kata pelayan tersebut.
Rubby seketika membelalakkan mata nya. terkejut dan tidak percaya.
“Baik. Lansung suruh masuk saja bi.” Kata Elsa. Pelayan tersebut langsung undur diri untuk menyampaikan nya kepada Devan.
“Baik Nyonya, akan saya sampaikan kepada Tuan Devan.”
“Ma,,mama temani By ya jangan pergi dulu.” Pinta Rubby memohon.
“By mama mau menyimpan piring kotor ini ke dapur. Ga’ enak kalo Dev lihat ruangan kamu berantakan.” Kata Elsa beralasan, karena sebenar nya Elsa ingin memberi waktu berdua untuk Devan dan Rubby.
“Ihhh,,ga’ papa ma, kak Dev juga ga’ bakal keberatan.” Kata Rubby dengan nada membujuk.
Belum sempat menjawab perkataan Rubby, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Elsa melangkah membukakan pintu, Elsa pikir itu pasti Devan. dan benar saja Devan sudah berdiri di depan pintu dengan membawa sebuket besar bunga mawar putih di tangan nya.
Devan sengaja mampir ke rumah Rubby sebelum dia berangkat ke kantor nya. dan tak lupa dia ke toko bunga terlebih dulu untuk membeli mawar putih bunga kesukaan Rubby.
Tadi nya Aileen ingin sekalian ikut ketika Devan bilang kalau akan menjenguk Rubby sebelum ke kantor, namun Aileen urungkan karena dia harus menemui saudara nya yang baru saja datang dari jepang dan Aileen ingin menjemput nya di bandara.
“Dev ayo masuk Rubby baru saja selesai makan dan minum obat.” Kata Elsa mempersilakan Devan masuk ke kamar Rubby.
Rubby tercengang melihat Devan membawa bunga mawar putih kesukaan nya, bagaiman kak Dev bisa tahu bunga kesukaan ku? Pikir Rubby dengan pandangan mengarah ke pada bunga yang di bawa Devan.
Elsa tersenyum dan bahagia melihat Devan begitu perhatian dengan Rubby.
Devan melangkah ke arah Rubby, setelah sampai di depan Rubby dia segera menyerahkan Bunga yang di pegang nya kepada Rubby. Dan dengan senang hati Rubby menerima nya.
“Bagaimana keadaan mu sekarang By?” Tanya Devan serius memperhatikan wajah Rubby.
Rubby tidak berani menatap kearah Devan dia hanya menunduk sambil melihat bunga yang di berikan Devan kepada nya. Ni orang mau Tanya kabar atau mau interogasi sih, serius amat wajah nya. kata Rubby dalam hati.
“Sudah lebih baik kak..” ucapan Rubby lirih
“Emmm,,terimakasih kemarin kakak udah nolongin By.” Lanjut Rubby kemudian dengan nada canggung.
Devan hanya mengangguk dan tersenyum.
“Kalian ngobrol dulu ya tante mau bawa piring bekas makan By ke dapur dulu.” Kata Elsa menyela membuat suasana yang terlihat canggung tersebut sedikit mencair.
“Iya tante silakan. Dev juga tidak lama lama di sini kok tante. Karena harus ke kantor juga ada meeting pagi ini.” Jawab Devan membuat sedikit rasa lega di hati Rubby, setidak nya ia tidak akan terjebak berdua di dalam kamar hanya bersama Devan.
Bisa mati gaya dan salah tingkah karena kecanggungan nya menghadapi devan lagian Devan juga sudah punya calon istri, Rubby sibuk dengan pikiran nya sendiri.
Rubby memang mengira bahwa Devan sudah punya calon istri info itu ia dapat dari Edward ketika diri nya Tanya tanya seputar Devan beberapa waktu yang lalu.
Hanya saja Rubby tidak tahu jika Edward mengerjai dia, namun perkataan Edward tidak sepenuh nya salah karena Devan memang sudah punya calon istri dan calon istri nya adalah Rubby sendiri.
“Baik lah Dev kalo gitu, Oya Dev apa kamu sudah bertemu Ed tadi?” kata Elsa kemudian.
“Tadi sempat ketemu sebentar tante, Ed buru buru ke kantor. Jadi hanya ngobrol sebentar.”
Elsa hanya mengangguk. Entah akhir akhir ini suami dan putra nya begitu sibuk sehingga sering berangkat begitu pagi dan pulang malam.
Elsa belum mengetahui perihal masalah perusahaan yang saat ini sedang di alami suami dan putra nya. dan Tuan Admadja sengaja tidak memberitahu Elsa karena tidak mau membuat Elsa khawatir.
Saat ini Rubby hanya menjadi pendengar obrolan Devan dan mama nya. tangan nya sesekali membelai lembut bunga di dalam dekapan nya.
“Tante, kalo begitu Dev pamit dulu. Dev harus ke kantor sekarang.” Kata Devan berpamitan kepada Elsa. Kemudian pandangan mengarah ke Rubby “By istirahat lah semoga cepat sembuh.” Ucap Devan memperhatikan wajah Rubby yang sudah tidak pucat seperti kemarin ketika dia membawa nya dari kampus.
“Iya kak trimakasih sudah jenguk By, dan trimakasih untuk mawar putih nya By suka.” Ucap Rubby yang seketika membuat hati Devan bahagia, karena Rubby merespon baik kedatangan nya, dan yang pasti Rubby mengatakan suka pada bunga pemberian nya.
Devan tersenyum dan mengangguk kan kepala nya. kemudian dia undur diri dari kamar Rubby dan melangkah keluar. Dia akan langsung berangkat ke kantor nya.
Devan segera masuk ke dalam mobil nya tentu saja dengan senyum yang sedari tadi mengembang di bibir nya.
Aura kebahagiaan yang terpancar dari wajah Devan membuat Hans mengerti bahwa Devan begitu mencintai Rubby.
Hans berharap semoga bos nya itu selalu bahagia dan pada akhir nya nanti bisa bersanding dengan cinta sejati nya, tentu saja Rubby.
“Hans, kirimlah kabar ke Vanessa aku menerima undangan nya malam ini makan malam di rumah nya.” kata Devan memecah keheningan di dalam mobil tersebut.
“Baiklah Tuan saya akan segera memberi kabar kepada nona Vanessa.” Jawab Hans sedikit bingung kenapa Devan mau menerima undangan makan malam Vanessa, padahal selama ini Devan selalu menolak nya.
Namun Hans tidak berani menanyakan nya. Bos nya lebih tahu apa yang seharus nya dia lakukan. Tapi Hans berjanji jika keluarga Vanessa berbuat yang macam macam terhadap bos nya Hans akan bertindak tegas meskipun tanpa ijin dari bos nya.
Di kediaman Vanessa.
“Yes. Aklhir nya Dev bersedia datang.” Ucap Vanessa girang. Setelah mendapat kabar dari Hans asisten pribadi Devan.
Vanessa begitu bahagia karena undangan nya kemarin di terima oleh Devan. dia merasa masih ada kesempatan untuk dekat dengan Devan.
Namun lain hal nya dengan cara pikir Devan, Devan bersedia datang karena kepentingan bisnis. Karena kemarin Vanessa menyertakan kepentingan bisnis dalam undangan nya. Dan sudah pasti seharian ini kebahagiaan begitu terpancar di wajah Vanessa.
Dia sibuk ke salon dan berbelanja pakaian untuk menyambut kedatangan Devan. Dia ingin tampil sesempurna mungkin di hadapan Devan, karena jarang jarang Devan mau menerima undangan nya. Di moment spesial ini akan dia manfaatkan dengan sebaik mungkin.
Di kantor Edward.
Edward dan Tuan Admadja hari ini ada janji bertemu dengan Tuan Max di kantor nya.
Tuan Max bersedia membahas ulang perihal penarikan investasi nya di perusahaan milik keluarga Admadja.
Ini merupakan kesempatan yang harus di manfaatkan sebaik mungkin oleh Edward dan Tuan Admadja, masih ada secerca harapan bagi meraka.
Tuan Max menjanjikan pertemuan jam 9 pagi ini. Dan sekarang mereka berdebar debar menanti kedatangan Tuan Max.
“Ed, kita harus bisa meyakinkan Tuan Max kali ini. Ini kesempatan kita jangan sampai gagal meyakinkan nya.” kata Tuan Admadja kepada Edward di dalam ruangan Edward.
“Iya pa, semoga Tuan Max mau merubah keputusan nya.”
Tuan Admadja hanya menganggukkan kepala nya pelan, dengan wajah yang terlihat frustasi.
Tidak bisa di pungkiri rasa khawatir yang melanda hati dan pikiran nya sedang menguasai nya bahkan sejak kemarin.
Tok tok tok.
Terdengar suara pintu kantor ruangan mereka di ketuk.
“Masuk.” Kata Edward.
“Tuan,,Tuan Max sudah datang dan sekarang sudah menunggu di ruang meeting.” Kata sekretaris Edward kepada mereka.
“Baik kami segera kesana.” Kata Edward kemudian.
Mereka pun beranjak dari duduk nya dan melangkah menuju ruang meeting. Benar saja Tuan Max sudah menunggu di ruang meeting bersama asisten pribadi nya.
“Selamat pagi Tuan Max, mohon maaf membuat anda menunggu.” Sapa Tuan Admadja. Melangkah mendekati Tuan Max dan mengulurkan tangan untuk menjabat Tuan Max.
Dengan senyum mengembang di bibir nya Mencoba tetap tenang di hadapan Tuan Max.
Tuan Max kemudian bangkit dari duduk nya dengan senyum menjabat tangan Tuan Admadja. Begitu pun dengan Edward yang juga mendekat kearah Tuan Max dan menjabat tangan nya dengan senyum hormat.
“Mari silakan duduk Tuan.” Ucap Tuan Admadja. Dan di angguki oleh Tuan Max dan kemudian mereka duduk di tempat nya masing - masing.
“Tuan Max saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Tuan untuk datang ke kantor kami guna membahas perihal penarikan investasi yang anda ajukan kepada perusahaan kami.
Mohon maaf Tuan mungkin kah masih ada kesempatan bagi kami supaya Tuan Max membatalkan pengajuan penarikan investasi dari perusahaan kami? Terus terang kami sangat berharap Tuan tetap menjadi investor tetap di perusahaan kami ini.” Kata Tuan Admadja serius.
“Terus terang Tuan saya sangat tergiur dengan penawaran perusahaan lain yang jauh lebih menguntungkan.” Jawab Tuan Max.
“Tuan kami bisa memperbaiki semua nya. kami juga akan meningkatkan loyalitas kerja kami supaya perusahaan bisa lebih berkembang dan tentu nya bisa memberikan keuntungan juga untuk anda.” Kata Edward meyakinkan Tuan Max.
“Benar yang di kata kan Edward Tuan. Kami benar benar berharap anda tidak menarik investasi anda di perusahaan ini. Di samping itu kita juga sudah lama menjalin kerja sama.” Kata Tuan Admadja kemudian dengan tatapan memohon.
“Hemmm..baiklah mungkin saya bisa membatalkan nya tapi ada syarat yang kalian harus pikir kan, setuju atau tidak nya terserah pada kalian.” Ucap Tuan Max seakan penuh dengan teka teki.
Seketika Edward dan Tuan Admadja saling melempar pandang antara senang seperti nya masih ada kesempatan namun ada raut tidak mengerti dengan syarat yang Tuan Max maksudkan.
“Syarat Tuan? Apa syarat yang Tuan minta?” Tanya Tuan Admadja langsung menjawab.
Tuan Max tidak langsung menjawab nya namun tersenyum kecil dan menghela nafas nya pelan.
“Syarat nya biarkan putri anda menikah dengan putra saya.” Jawab Tuan Max membuat Edward dan Tuan Admadja saling membulatkan mata.
Benar - benar syarat yang tidak bisa di cerna oleh akal sehat mereka.
Edward dan Tuan Admadja sontak terdiam seribu bahasa, mulut mereka seakan tidak bisa di gerakkan.
Bagaimana mungkin mereka memberikan Rubby kepada Tuan Max untuk di nikah kan dengan putra Tuan Max.
Sedangkan Rubby adalah calon istri dari Devan.
“Tuan. Apakah tidak ada syarat yang lain?” Tanya Edward kepada Tuan Max.
Tuan Max hanya tersenyum dan menggelengkan kepala nya.
“Itu syarat nya dan kalian tidak harus menjawab nya sekarang, kalian bisa pikir kan terlebih dahulu.” Kata Tuan Max.
Sungguh dilema di rasa kan oleh Edward dan Tuan Admadja saat ini.
Sepanjang hari mereka memikirkan syarat konyol dari Tuan Max Wijaya. Apa sebenar nya tujuan Tuan Max kenapa harus Rubby yang di jadikan syarat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments