Bab 5

Rubby sudah berada di dalam kamarnya. Dia menaruh bunga mawar putih pemberian Aileen di sebuah vas bunga dan dia letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya, kemudian Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur nya yang empuk.

“Hahhh..nyaman nya.” Gumamnya dan tanpa sengaja pandangannya mengarah ke sofa di ujung kamarnya.

Dia baru ingat bahwa kado pemberian Devan belum sempat di buka.

Setelah berpikir sejenak Rubby pun bangun dan melangkah menuju ke sofa tempat ia meletakkan kado itu. Ia duduk tepat di samping kado yang tergeletak itu.

Secara perlahan tangannya meraih box yang ukurannya lumayan besar itu.

Rubby mulai membuka pita besar berwarna gold yang melilit box tersebut.

Perlahan di bukanya kado tersebut. Setelah benar – benar terbuka sempurna Rubby melihat ada sebuah gaun indah berwarna navy dengan panjang selutut, berlengan pendek, bagian leher bentuk Sabrina dan bagian pinggang terdapat pita besar.

Tak hanya itu di dalam box tersebut juga ada sepatu dan tas branded dengan warna yang cocok dengan gaunnya.

Seketika mata Rubby membulat dan mulutnya menganga, dia begitu terpesona dengan isi dari box yang sudah ia biarkan tergeletak di sofa sejak semalam.

Rubby masih tak percaya dengan yang di lihat nya, bagaimana bisa Devan tahu seleranya.

Ya memang ini selera Rubby banget.

Dan aneh nya Devan sangat tahu betul sepertinya.

Spontan Rubby berpikir sudah tampan perhatian lagi.

Cuma satu sayangnya super dingin sedingin kutub utara.

“Ihh, apa sih By kok malah jadi mikirin dia.” Gumamnya sendiri sambil menepuk kepalanya pelan.

“Udah ah,,mending aku mandi biar seger.” Katanya kemudian dan berlalu menuju ke kamar mandi, namun sebelum nya ia terlebih dulu menyimpan barang – barang pemberian Devan ke walk in closet miliknya.

Sementara itu di kediaman Aditama beberapa orang pekerja tengah sibuk mengatur penataan ulang taman di balkon kamar milik Devan semacam Rooftop.

Mereka bekerja setelah sang empunya kamar alias Devan telah berangkat kerja.

Aileen ikut andil langsung dalam pengerjaan itu, Desainnya sesuai yang di kehendaki oleh Nyonya besarnya, siapa lagi kalo bukan Aileen.

“Saya ingin gazebo nya berada di tengah – tengah taman keseluruhan, trus kasih jalan berbatu dua cabang kesisi kanan dan kiri.

Dan sekelilingnya Full mawar putih, di setiap sudut kasih bunga lily, trus di sebelah kanan situ kasih kolam ikan dan air mancur buatan.” Minta Aileen kepada kepala pekerjanya sembari tangan nya menunjuk mengarah ke setiap lokasi yang di sebutnya.

“Baik Nyonya. Kami akan lakukan sesuai keinginan anda.” Jawab kepala pekerja dengan penuh keyakinan.

Aileen begitu semangat dalam penataan ulang taman yang ia siapkan untuk calon menantunya.

Bahkan Devan tidak tahu menahu akan hal tersebut, karena Aileen ingin memberi kejutan kepada Devan dan Rubby tentunya saat sudah resmi menjadi menantunya nanti.

Pengerjaan taman itu berlangsung sampai sore, Aileen sengaja mempekerjakan banyak pekerja supaya bisa selesai dalam sehari ini.

Dan benar saja menjelang magrib semuanya sudah selesai.

Aileen memperhatikan dengan seksama hasil penataan ulang berdasarkan desain darinya.

Dan dia sangat puas dengan hasilnya. Senyum bahagia mengembang di bibirnya.

Jam delapan malam Devan baru pulang dari kantornya.

Devan melangkah hendak ke kamar nya, tiba – tiba suara mami nya terdengar dan sontak membuat Devan menoleh kearah maminya.

“Baru pulang Dev? mami akan minta bibi Fan memanaskan makanannya.” Tanya Aileen.

“Dev udah makan di kantor mi. Udah mami istirahat saja.” Kata Devan.

“Baiklah kalo gitu. Kamu juga istirahat sana.” Kata Aileen sembali menatap wajah lelah putranya.

Devan hanya mengangguk dan lanjut berjalan kearah lift di sudut ruang tengah rumah itu.

Devan cukup lelah untuk menaiki tangga ke lantai tiga, ya karena Kamar Devan berada di lantai tiga, hampir seluruh ruang di lantai tiga adalah ruangan Devan.

Di lantai tiga tersebut ada kamar Devan, ruang kerja, perpustakaan, ruang fitness Devan dan mini bar yang biasa Devan gunakan untuk ngumpul bersama sahabat – sahabat nya.

Sampai juga Devan di kamar nya, Devan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket karena kesibukannya seharian ini.

Tiga puluh menit sudah Devan habiskan untuk berendam di bathup nya.

Dia segera keluar dengan handuk yang dililit di pinggangnya menuju walk in closet.

Dia memilih piaya berwarna hitam untuk pakaian tidur nya malam ini.

Seperti kebiasaan Devan setiap hari nya, sebelum tidur dia akan ke ruang kerja nya entah sekedar mengecek email atau membaca kembali berkas bakal rapat esok hari.

Ruang kerja Devan berada di samping tempat tidurnya, di situ terdapat pintu yang langsung terhubung ke ruang kerja nya.

ketika hendak melangkah menuju pintu ruang kerja nya.

Devan tanpa sengaja menoleh kearah pintu dan dinding kaca di sisi kanan kamarnya yang langsung mengarah ke balkon yang gordennya masih terbuka.

Devan masih melihat dan terus fokus melihat di rasa ada yang berbeda disana.

Devan mengurungkan niatnya menuju ruang kerja, kini dia lebih tertarik untuk melihat balkon yang biasanya jadi tempat favoritnya melepas penat.

Karena maminya mendesainkan sebuah taman minimalis untuknya.

Namun taman itu terasa berbeda sekarang.

Devan membuka pintu kaca tersebut, benar saja di taman balkonnya sekarang full dengan bunga mawar putih.

Taman sebelumnya di dominasi dengan bunga lily dan crysan sekarang jadi bunga mawar putih dan bunga lily hanya menepati setiap pojok taman saja.

Devan pikir pasti mami nya yang mengubah semuanya. Dan ada gazebo di tengah – tengah taman tersebut. Karena sebelumnya gazebo ada di sebelah pojok kanan taman.

“Gimana Dev, bagus kan tamannya?” Kata Aileen membuat Devan terkejut.

Dan seketika menoleh kearah maminya. Devan hanya mengangguk dan tersenyum.

“Bilang dong trimakasih ke mami” Aileen mensejajarkan dirinya di samping Devan dengan senyum yang terlihat puas melihat hasil karyanya mengubah taman di balkon putranya.

“Trimakasih mi.” ucap Devan dengan masih memandang mawar putih yang terhampar penuh di taman baru nya.

“Cuma gitu aja? Ga’ Tanya kenapa mami tata ulang taman nya?”

Devan hanya mengerutkan keningnya tanda tak mengerti dengan maksud sang mami.

“Dev, mami tata ulang taman nya untuk menyambut calon mantu mami. Cepetan dong Dev bawa calon mantu mami segera tinggal disini.” Rengek Aileen kepada Devan.

Devan menanggapi dengan senyum simpul. Tanpa menjawab perkataan mami nya.

Mami nya begitu antusias ingin segera ia menikah dengan Rubby.

“Dev, tadi mami ketemu Rubby di toko bunga. Dan Rubby sangat suka dengan mawar putih makanya mami ganti tuh semua dengan mawar putih.

Mawar putih bunga favorit Oma kamu juga Dev. Rubby punya selera bunga yang sama dengan Oma kamu, kebetulan yang indah bukan?” kata Aileen panjang lebar.

Devan menjadi pendengar setia mami nya, namun pikirannya kini justru melayang mengingat Rubby, dia juga sudah tidak sabar untuk memperistri Rubby.

Hal tersebut justru membuatnya kangen dengan Rubby.

Sekarang entah apa saja yang di bicarakan mami nya seakan ia sudah tidak mendengar karena pikirannya sibuk sendiri memikirkan Rubby.

“Dev, kok malah ngalamun sih? Mami sudah ngomong panjang lebar ga’ di gubris sama sekali sama kamu. Hahhh ,,kalo gitu mami balik ke kamar aja deh, papi pasti nungguin mami.” Kata mami Aileen kesal dengan putranya.

Kemudian melangkah meninggalkan Devan.

Devan menanggapi nya dengan senyum lebar. Dan mengucapkan Trimakasih sekali lagi kepada maminya sebelum maminya melangkah terlalu jauh darinya.

Aileen mengangguk dengan senyum yang mengembang.

Beberapa saat setelah kepergian maminya dari kamarnya, Devan melangkah meninggalkan taman menuju ruang kerjanya.

Dua jam dia habiskan di ruang kerjanya. Setelahnya dia tidur dengan berbekal pikiran tentang Rubby tentunya.

Di rumah Rubby

Pagi ini rutinitas di kediaman Admadja sedang berlangsung.

Sarapan yang di warnai dengan kebahagiaan.

Hari ini Rubby berangkat ke kampus agak siang, karena memang hari ini tidak ada kelas dan hanya akan bertemu dengan dosen pembimbing nya saja.

Ketika Edward dan papa nya sudah berangkat ke kantor, Rubby dan sang mama memilih mengobrol di gazebo taman belakang sambil menikmati jus dan camilan.

“By, apa rencanamu setelah lulus nanti? Tinggal tiga bulan lagi kan?” Tanya Elsa sambil memperhatikan tanaman bunga lily di depannya.

“Emmm..By sudah pikirkan sejak jauh – jauh hari mam, By pengen buka usaha sendiri. By pengen buka butik yang semua baju – baju nya By rancang sendiri.” Jawab Rubby mantap sambil memakan camilan di pangkuannya.

“Bagus juga By.” Elsa menanggapi dengan senyum kearah Rubby.

Mereka masih menikmati kebersamaan nya di taman yang di dominasi tanaman bunga lily tersebut. Sesekali terselip candaan dan tawa.

Di kantor Devan.

“Tuan nona Vanessa ingin bertemu dengan anda. Dia sudah menunggu di ruang tunggu.” Lapor Hans kepada Devan. Seketika mood Devan jadi berubah suram.

“Ada perlu apa dia ingin menemuiku?” Tanya Devan dengan nada dingin.

“Saya kurang tahu Tuan, nona Vanessa tidak mau menjelaskan perihal kedatangannya. Dan bersikeras supaya menemui Tuan terlebih dulu.” Jawab Hans menjelaskan.

“ Baiklah, biarkan dia menemui ku.” Ucap Devan masih dengan mood dinginnya.

Hans kemudian keluar dari ruangan Devan untuk menemui Vanessa yang masih menunggu di ruang tunggu kantor tersebut.

“Mari nona saya antar ke ruangan Tuan Devan.” Kata Hans sopan kemudian berjalan mendahului Vanessa dan Vanessa mengikuti di belakang nya.

“Silakan nona Vanessa Tuan sudah menunggu anda di dalam.” Ucap Hans mempersilakan Vanessa masuk ke Ruangan Devan sembari membukakan pintu untuk Vanessa.

Vanessa mengangguk angkuh dan masuk ke dalam ruangan Devan.

“Pagi Dev, lama tidak bertemu.” Ucap Vanessa lembut dengan senyum yang di buat semanis mungkin, membuka pembicaraan setelah masuk ke dalam ruangan orang nomor satu di perusahaan raksasa tersebut.

Devan hanya menanggapi dengan senyum yang terpaksa.

“silakan duduk Vanessa.” Ucap Devan sambil pandangan nya mengarah ke sofa yang berada di sebrang meja kerja nya.

Vanessa segera melangkah ke sofa mewah di dalam ruangan itu.

“Ada keperluan apa sehingga membuatmu repot – repot datang ke kantorku?” Tanya Devan setelah Vanessa berhasil mendaratkan diri di sofa miliknya.

Vanessa tersenyum sebelum menjawab pertanyaan dari Devan, dia benar – benar terpesona dengan pria yang sudah menjadi temannya sejak SMA itu.

Apalagi sekarang ini Devan terlihat lebih tampan, cool dan sudah pasti kaya raya. Karena Devan pewaris tunggal dari kekayaan keluarga Aditama yang sudah terkenal sebagai orang terkaya nomor dua di dunia.

Keinginannya untuk menjadi pasangan hidup seorang Devan semakin menggebu – gebu.

Disamping itu dia memang sudah menyukai Devan sejak masih sekolah dulu yang kebetulan mereka satu sekolah yang sama.

Beberapa kali dia menyatakan cinta nya kepada Devan namun beberapa kali itu pula Devan menolaknya, tapi dia tidak menyerah sama sekali.

Bahkan dia meminta bantuan papa nya untuk menjodohkan dia dengan Devan.

Papa nya sudah pasti setuju karena itu akan sangat menguntungkan bagi kelangsungan perusahaannya, apalagi Devan adalah pemilik saham sebesar 50% di perusahaan nya.

Devan tidak memperhatikan Vanessa sama sekali dia justru sibuk dengan berkas – berkas di depannya.

Tanpa dia sadari Vanessa telah duduk tepat di kursi depan meja nya.

“Dev, aku ingin mengundangmu nanti malam untuk makan malam di rumahku. Apakah kamu bisa?” Dengan suara yang di bikin selembut mungkin.

Sekilas Devan melihat kearah Vanessa kemudian menjawab tanpa melihat lagi kearah Vanessa.

“Aku tidak bisa, aku sibuk. Ada lembur sampai malam.”

“Oke Dev, kalo nanti malam tidak bisa, besok malam pasti bisa kan Dev? Papa ingin membahas tentang kerjasama nya dengan mu Dev.” Kata Vanessa mengandung nada bujukan supaya Devan mau datang makan malam di rumahnya.

Sambil terus memperhatikan Devan tanpa beralih pandang.

“Coba besok. Hans akan memberi kabar sebelumnya jika memang aku bisa datang.” Jawab Devan ketus. Tanpa melihat kearah Vanessa.

“Baiklah Dev, aku tunggu jawaban mu. Dan tolong usahakan untuk datang.” Kata Vanessa sambil tersenyum,menurutnya seperti ada harapan Devan akan bersedia datang.

Sedang Devan tak menanggapi dan tetap fokus pada pekerjaan nya.

“Oke Dev aku pamit dulu. Samapai jumpa besok Dev.” Kata Vanessa berdiri dari duduknya.

Devan hanya mengangguk tanpa melihat kearah nya.

Dan Vanessa segela beranjak dari tempatnya kemudian meninggalkan ruangan Devan.

Devan merasa lega karena Vanessa telah pergi dari ruangan nya.

Kedatangan Vanessa membuat mood nya berantakan.

Namun ia mencoba menetralkan dengan memikirkan Rubby, ia buka laci meja kerjanya diambil nya map berwarna coklat itu dan di buka nya.

Map itu berisi foto – foto Rubby ketika Rubby berumur 10 tahun.

Berbagai foto ekspresi Rubby ada di situ.

Dia mengambil foto – foto tersebut tanpa sepengetahuan Rubby tentu nya.

Di lihatnya foto – foto itu lembar demi lembar. Dan itu membuat nya merasa bahagia dan bisa mengembalikan mood nya yang sempat hilang karena kedatangan Vanessa beberapa menit yang lalu.

Selama ini seperti itulah yang di lakukan Devan tiap dia ada masalah pekerjaan atau suasana hati nya sedang buruk.

Dia akan berlama – lama memandang foto – foto Rubby.

Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan Devan yang tidak bisa dia hilangkan.

Terkesan Seperti orang yang begitu terobsesi memang. Tapi begitulah Devan yang seperti nya memang terobsesi terhadap seorang Rubby.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!