"Lepaskan aku bre******k" Samuel berusaha melepaskan diri dari ketiak Bobby, Bobby menguatkan pitingannya sambil tertawa.
"Sudahlah lepaskan dia, kita tak perlu berurusan dengannya" ujar Rey melihat malas ke arah Samuel. Bobby mengangkat tangannya melepaskan Samuel, dengan cepat Samuel berlari seperti pengecut.
"Tunggu balasanku!!!" teriaknya sembari berlari.
"Ya akan ku tunggu" jawab Bobby santai, lalu mereka melakukan 'toss'.
"Apa yang dilihat nona muda dari pria cecunguk dan pengecut seperti dia" Bobby menyeringai, Rey hanya menatap kepergian Samuel dengan perasaan yang tak menentu lalu mengajak Bobby pergi dari tempat itu.
"Kemana kita akan pergi?"
"Minum" ujar Rey enteng.
"Benarkah?? Hahaha baru sehari kita bersama dan kau mau memperlihatkan sisi nakalmu" ujar Bobby sambil merangkul Rey.
♥️♥️♥️
Luna sampai di apartemen dalam keadaan mabuk, Yasmin sudah pulang dengan keadaan yang sama. Luna melempar sepatunya asal dan berteriak-teriak memanggil Rey, namun Rey belum kembali.
"Heiii pria bodoooh, kemana kau?? Cepat ambilkan aku minuman rasa jeruk!!" ujarnya dengan suara mabuknya.
Luna melihat ke sekelilingnya, tidak ada siapa pun disana.
"Heiiii!!! Apa kau tuli??!! Aku memanggilmu!!" Teriaknya lagi.
Luna masuk kekamarnya, lalu kembali keluar hanya menggunakan bra, kamisol dan celana dalam saja. Ia berjalan ke dapur, mengambil minum dengan sempoyongan.
"Kemana dia? Beraninya dia pergi tanpa memberitahuku" ucap Luna masih dalam keadaan mabuk.
Luna duduk disofa, ia mengoceh sendirian. Memaki Rey habis-habisan lalu tertidur disana.
Tak lama pintu apartemen Luna terbuka, Rey yang setengah mabuk diantar oleh Bobby ke apartemen sampai pintu masuk. Lalu Bobby segera pulang, Bobby tidak mabuk karna ia dilarang oleh Jiraiya untuk terlalu banyak minum.
Ceklek...
Rey membuka pintu apartemen, ia membuka sepatunya namun ia tak sadar ada Luna sedang berbaring disofa. Kepalanya terasa sangat pusing dan ia ingin muntah. Rey segera berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya.
"Apa yang aku lakukan? Mengapa aku malah minum dan hampir saja kehilangan kesadaran" Rey menepuk kedua pipinya agak kencang dan mencuci mukanya.
Rey keluar dari kamar mandi, ia minum air hangat yang selalu ia siapkan didalam termos. Rey menengok ke arah sofa, ia melihat kaki seorang wanita terjulur disana.
"Apa aku tidak salah lihat? Apa aku benar-benar mabuk?" pikirnya, ia mengucek matanya sekali lagi.
Rey berjalan menuju sofa, ia melihat Luna sudah tak sadarkan diri dalam keadaan pakaian yang sangat terbuka. Rey menutup matanya, ia berjalan ke arah lemarinya mencari selimut.
Dengan mata tertutup Rey menutup tubuh Luna. Ia duduk disebelah Luna yang tertidur pulas di sofa, tempat biasa Rey tidur.
"Apa yang membuatmu mabuk nona?" tanyanya, sambil mengelus kepala Luna.
Luna sedikit bergerak. Rey panik, namun Luna hanya membalik badannya saja lalu tertidur pulas kembali.
"Aku harus memindahkan nona kekamarnya" pikir Rey.
Rey memegang tengkuk leher Luna bermaksud untuk menggendongnya, dilihatnya wajah Luna sangat cantik. Bibirnya berwarna pink sangat indah, membuat Rey ingin menciumnya.
"Tidak Rey, kau tak boleh melakukannya!"
"Lakukan saja Rey, dia tidak akan menyadarinya"
Hati Rey berkecamuk sangat kencang. Ia takut dikendalikan oleh nafsunya. Rey meletakan kembali kepala Luna di sofa, ia menutup rapat tubuh Luna agar selimutnya tak tersingkap.
"Ini lebih aman untukku" gumam Rey dalam hati.
Malam itu sudah cukup larut, Rey mulai mengantuk. Ia tertidur dengan kepalanya diletakan disamping kepala Luna, ia terduduk dilantai.
Pagi itu Luna terbangun duluan, ia melihat Rey disebelahnya.
Kring...
Alarm ponsel Rey berbunyi, Luna menutup matanya lagi saat melihat Rey terbangun.
"Auuu kakiku sakit" Rey merasa kakinya kesemutan, ia meraih ponselnya dan mematikan alarmnya. Rey melihat ke arah Luna.
"Nona masih tidur, aku harus mandi dan menyiapkan sarapan untuk nona" ujarnya, Luna mendengar semua ucapan Rey.
Luna menjadi salah tingkah, ia bingung harus tetap pura-pura tidur atau bangun lalu berlari ke kamar.
Aku tunggu sampai dia masuk kamar mandi saja.
Gumam Luna dalam hati.
Klep..
Terdengar pintu kamar mandi ditutup. Luna berdiri, ia melihat pakaian yang ia pakai. Ia sangat malu dan menutup tubuhnya dengan selimut dan hendak berlari masuk ke kamarnya.
Ceklek..
Pintu kamar mandi terbuka lagi, Luna segera berlari kembali ke sofa. Ia pura-pura tidur di sofa.
Kenapa dia keluar lagi?
Pikir Luna.
Saat suara pintu kamar mandi terdengar tertutup kembali Luna segera berlari ke arah kamarnya.
"Kau sudah bangun nona?" tanya Rey yang ternyata ada didapur yang langsung terlihat dari ruang tamu.
Luna mematung, ia segera mengambil selimut yang ditinggalkan di sofa dan menutupi tubuhnya.
"Ya, aku sudah bangun! Aku lapar, cepat buatkan aku sarapan" perintahnya tanpa menoleh ke arah Rey dan berlari masuk ke kamarnya.
"Baik nona"
Kebodohan macam apa inii!!!
Luna mengutuk dirinya sendiri lalu menutup pintu kamarnya. Rey hanya memandang heran Luna yang terlihat salah tingkah pagi itu. Rey mengambil pasta gigi yang ada disalah satu laci dapur dan kembali masuk ke kamar mandi.
Rey sudah menyiapkan sarapan. Tak lama Luna keluar dari kamar, ia menggunakan pakaian santai terlihat Luna tidak akan pergi ke hotel.
"Apakah nona tidak kemana-mana hari ini?" tanya Rey heran.
"Aku akan ke hotel nanti siang" jawab Luna santai sambil menyuap roti isi selai strawberry ke mulutnya.
"Baiklah, aku akan berangkat bekerja" ujar Rey sambil melepas apronnya dan mengambil tasnya.
"Aku ingatkan kau untuk tidak melakukan hal yang membuatku kesal" Luna memberi peringatan saat Rey akan keluar dari apartemen, Rey mengacungkan jempolnya dan berlalu.
"Kau sudah siap?"
Rey terkejut melihat Bobby sudah berada didepan pintu apartemen Luna.
"Apa kau itu hantu yang akan selalu mengikutiku?" ledek Rey, Bobby menyeringai iseng.
"Aku ini supir dan pengawalmu tuan Rey, kemana saja kau pergi dan apapun yang kau lakukan harus aku laporkan kepada tuan Jiraiya" ucap Bobby sambil tersenyum usil.
"Kau melaporkan kejadian semalam?" tanya Rey khawatir.
"Tidak" Bobby menjawab enteng.
"Bagus" Rey memberikan jempolnya kepada Bobby.
"Namun sayangnya tuan Jiraiya sudah mengetahui semuanya sebelum aku memberi tahukannya" ucap Bobby tanpa bersalah sedikitpun.
Rey meraup wajahnya sendiri tanda kekesalan yang tak dapat ia ungkapkan.
"Apakah ada cara agar aku bisa bersembunyi darinya?" tanya Rey serius.
Bobby tersenyum.
"Sepertinya tidak, kau akan selalu di awasi bahkan sampai ke kamar kecil" ucap Bobby santai lalu merangkul Rey.
Rey menoleh ke arah Bobby dengan rasa kesal. Bobby yang merasa terintimidasi oleh tatapan Rey melanjutkan kata-katanya.
"Kau tak perlu risau boskuu, aku yakin tuan Jiraiya tidak akan menyebarkan video mandimu ke akun media sosialnya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Ali Ridho
duh Boby kau menyebalkan
2020-11-15
3
Nafisah Hasna
ceritanya baguss bgt
2020-08-04
4
Doni Saputra
lanjut thor
2020-08-03
1