Jiraiya kembali ke kota, ia akan menyelesaikan kasus tuan George. Rey ingin kasus ini ditutup rapat-rapat dari pihak manapun terutama media agar Luna tidak memiliki tekanan dari pihak lain.
Luna dan Rey diajak masuk oleh paman Ken, Bibi May yang melihat kehadiran Rey langsung memeluknya penuh haru.
"Bibi sangat merindukanmu"
"Aku juga merindukan mu Bibi" Bibi May melihat ke arah Luna.
"Siapa wanita cantik ini?"
"Istri katanya" paman Ken menjawab dengan nada agak marah.
"Istri?" Bibi May melihat ke arah Rey dengan serius.
"Aku akan menjelaskannya Bi, namun biarkan aku membawa Luna ke kamar ku. Dia butuh istirahat" Bibi May mengangguk lalu mengantarkan Rey kekamarnya.
Bibi May tinggal dirumah peninggalan orang tuanya yang merupakan kakek Rey, Bibi May adalah adik bungsu ibu Rey yang telah meninggal saat melahirkan Rey. Ayah Rey sudah menikah lagi dan tidak tahu dimana keberadaannya. Rey tinggal bersama Bibi May dari kecil, usianya hanya terpaut 10 tahun dari bibinya itu.
Setahun yang lalu Rey terlibat pertengkaran dengan Bibinya itu lalu ia kabur dari rumah dan baru kembali dengan membawa seorang istri, tentu saja hal itu membuat kaget paman dan bibinya.
"Rebahkan dia ditempat tidurmu, Bibi setiap hari membersihkan kamarmu ini. Khawatir kau pulang tiba-tiba, ternyata benar" ujar Bibi May sambil tersenyum, Rey juga tersenyum pada Bibinya.
"Kau tidurlah disini, aku akan menemanimu" Rey membaringkan tubuh Luna ditempat tidur.
"Rey, aku takut" Luna menggenggam erat jemari Rey.
"Aku ada disini, tak ada yang perlu kau takuti"
Bibi May keluar dan menutup pintu kamar, ia bermaksud memberikan privasi kepada keponakan dan istrinya.
"Aku takut orang itu akan menculik ku lagi" air mata Luna mengalir. Rey menghapus air mata Luna.
"Aku ada disini, aku akan selalu melindungimu" Rey memegang jemari Luna dengan kedua tangannya.
"Terima kasih Rey, kau sudah dua kali menyelamatkan ku" Luna terlihat sangat lelah menangis, Rey mengelus kepala Luna perlahan. Lama-lama Luna merasa nyaman dan tertidur pulas.
Pelan-pelan Rey melepaskan genggamannya dari tangan Luna, ia mengendap-endap keluar dari kamar dan menemui paman bibinya.
"Duduklah Rey, jelaskan pada kami apa yang terjadi" Bibi May meminta Rey duduk disebelahnya. Paman Ken terlihat marah.
Rey menjelaskan mengenai pernikahannya dengan Luna dengan jujur, ia juga menjelaskan mengenai syarat dan hal lain yang berhubungan dengan pernikahannya dengan Luna. Berangsur-angsur paman Ken dan Bibi May paham situasinya. Rey juga menceritakan kejadian yang baru menimpa Luna.
"Baiklah Bibi paham situasinya, kau ingin menolong gadis itu kan?" Rey mengangguk tegas.
"Jangan kau sentuh dia sebelum ia yang menyerahkan dirinya padamu, jangan juga kau paksa dia untuk menuruti keinginanmu dan jangan mengambil kesempatan dalam kondisinya saat ini" Bibi May mengelus kepala Rey dengan sayang.
"Iya Bi, percayalah padaku"
"Kau mencintainya ya?" goda Bibi May membuat Rey bingung menjawabnya.
"Tidak Bi" Rey tersipu malu, ia menggaruk kepalanya dengan tangan kiri dan pandangannya tak berani menatap Bibinya.
Bibi May sangat mengenal keponakannya tersebut, ia masih tersenyum usil kepada Rey. Namun Bibi May paham posisi keponakannya tersebut.
"Ya sudah kau temani istrimu itu, paman takut dia terbangun dan ketakutan bila kau tak ada disampingnya" Rey mengangguk, ia menggenggam tangan Bibinya dan mencium tangannya. Bibi May mengusap lengan Rey.
Rey berjalan masuk kedalam kamar, ia menutup pintunya pelan. Luna masih terlelap, namun ia terlihat resah. Rey mengusap kepala Luna, seketika wajah Luna berubah menjadi tenang.
"Aku akan selalu melindungimu dengan segenap jiwaku" Rey terbawa suasana, ia mengecup kening Luna.
Ia pun ikut tertidur sambil duduk dilantai samping tempat tidur dimana Luna sedang terlelap.
Pukul 7 pagi Luna terjaga, ada suara berisik diluar kamar. Ia melihat Rey tertidur disampingnya sambil memegang jemari Luna. Luna menyentuh hidung Rey pelan.
"Aku baru pernah melihat mu dalam keadaan tertidur sedekat ini" Tiba-tiba semua perasaan takut dan trauma itu hilang saat melihat Rey yang tertidur seperti bayi.
"Sadarlah Luna, jangan terjebak dengan permainan yang kau buat" Luna menyadarkan dirinya dari tatapannya kepada Rey.
"Kau sudah bangun?" Rey terbangun, Luna pura-pura tidak melihat Rey.
"Ya aku sudah bangun, dan aku lapar" Luna menjawab singkat.
"Sepertinya kau sudah mulai baikkan" Rey tersenyum, Luna mulai terbiasa dengan senyuman tulus itu.
"Masakkan sesuatu untukku"
"Baik nona, aku akan memasak untukmu" Rey beranjak dari duduknya, namun kakinya kesemutan.
"Aduuuuhh..." Luna terkejut dan langsung turun dari tempat tidur, tak sengaja ia menginjak kaki Rey yang kesemutan.
"Awwwwww sakit nona"
"Maaf maaf aku tidak sengaja" Luna panik, ia menjatuhkan dirinya keatas Rey.
Ceklek..
Pintu dibuka, Bibi May yang hendak melihat kegaduhan apa yang terjadi tersipu malu.
"Maaf Bibi tak sengaja" Ia menutup kembali pintunya.
"Biii.... ini tidak seperti yang kau pikirkan" Rey mematung, begitupun Luna. Posisi mereka masih sama.
"Maaf nona, aku sangat senang berdekatan denganmu tapi ini terasa berat" Luna langsung bangun dari posisinya, wajahnya merah padam karna malu.
"Apa maksudmu aku gemuk begitu!" Luna berbisik dan mengatakannya dengan nada kesal.
"Bukan nona, bukan begitu. Hanya saja kondisi kaki ku sedang kesemutan"
Rey memijat kakinya sebentar, ia mencoba menggerakkannya. Luna hanya memperhatikan Rey.
"Baiklah, kaki ku sudah membaik. Aku akan memasak untukmu" Rey berdiri, Luna masih terduduk dihadapannya. Luna memegang jemari Rey namun wajahnya tidak melihat ke arah Rey.
"Aku ikut keluar denganmu" kata Luna pelan, Rey tersenyum dan menarik tangan Luna untuk berdiri.
"Ayo, aku kenalkan pada dua sepupuku yang lucu-lucu" Rey menggenggam tangan Luna mengajaknya keluar kamar.
Dimeja makan ada Lody dan Syafa, sepupu Rey sedang sarapan pagi. Lody berusia 7 tahun dan Syafa berusia 4 tahun. Keduanya tampak takjub melihat Luna yang cantik dengan masih dibalut blazer berwarna coklat muda.
"Apakah princess itu kekasih Kak Rey, Ibu?" tanya Syafa yang sudah lancar berbicara itu.
"Princess?"Bibi May bertanya heran, ia melihat Rey dan Luna sedang berjalan ke arahnya. Bibi May tersenyum.
"Princess itu istri Kak Rey. Ayo sapa Kak Luna"
"Apakah Kak Rey sudah menjadi pangeran saat ini ibu?" pertanyaan polos Lody membuat Bibi May senyumnya bertambah lebar.
"Ya tentu saja, lihat itu sang pangeran dan putri raja sedang berjalan ke arah kita" Bibi menggoda Rey dan Luna.
"Ada-ada saja kau Bi" Rey menuntun Luna untuk duduk disebelah Syafa yang masih tak dapat melepaskan pandangannya ke arah Luna yang cantik.
"Princess... apakah aku boleh menyentuhmu?" tanya Syafa polos.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Ali Ridho
jgn di sentuh Shafa nanti Nina muda marah
2020-11-15
2
Yurida Mega Pangestu
ah teringat msa2 saat dg suamiku dlu. smua keluarga ny pun senang menyambutku hhe
2020-09-05
4
Fera yui
hhmm keluarga babang menerima dgn tgn terbuka...smoga aja ga cm nikah kontrak ya...ada cinta yg tulus...
2020-08-11
6