Mami Luna gusar, anaknya tak dapat ditemukan dimana pun.
"Panggil Jiraiya kesini!" perintahnya.
Tak lama Jiraiya masuk ke ruangan Luna, dimana nyonya besarnya sudah berada didalam mencari Luna.
"Dimana Luna?" Mami bertanya dengan nada interogasi.
"Nona muda ada ditempat yang aman nona"
"Tak usah bertele-tele, segera beritahukan padaku dimana putriku!" teriak mami.
"Saya tidak dapat memberitahukan pada anda nyonya, maafkan saya" Jiraiya membungkukkan badannya.
"Kau ini!!! Hhh baiklah, aku akan mencarinya sendiri dan akan menyeretnya pulang. Sepertinya pria miskin itu sudah banyak mempengaruhinya" Mami berkata sambil melirik sinis ke arah Jiraiya, Jiraiya tidak heran nyonya besarnya sudah mengetahui latar belakang Rey yang sebenarnya.
"Aku akan segera membuat Luna menceraikan pria itu dan menikah dengan Sam!" Mami berkata dengan lantang lalu meninggalkan Jiraiya sendiri diruangan Luna. Jiraiya hanya bisa menghela napasnya.
Ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang untuk mengalihkan pencarian orang suruhan mami.
♥️♥️♥️
Sementara itu dikampung halaman Rey.
Siang itu Luna dan Syafa duduk di beranda depan rumah. Syafa duduk dipangkuan Luna, Luna tidak merasa risih karna Syafa anak yang manis dan lucu. Sedangkan Lody sudah berangkat sekolah bersama ayahnya.
"Apakah nona Princess kekasih Kak Rey?" tanya Syafa polos.
"Mengapa bertanya begitu?" Luna menatap Syafa.
"Kak Rey adalah pangeran Sya sewaktu kecil, dan Kak Rey selaku menjadikan Sya putri dengan mahkota yang cantik" katanya sambil memainkan jari Luna.
"Oowh ya?" Luna ingin lebih mengetahui sisi lain Rey.
"Ya, Kak Rey juga selalu membantu ibu memasak dan membereskan rumah. Tapi dia juga selalu menemani Sya bermain. Apakah Kakak Princess yang membuat Kak Rey tidak pulang lama sekali?" Luna mengernyitkan keningnya, ia tidak paham maksud Syafa.
"Apa Rey sudah lama tidak pulang kesini?" tanya Luna penuh rasa penasaran, Syafa mengangguk lucu.
"Kak Rey pergi dan tidak kembali lagi, lalu pagi ini dia pulang membawa Kak Princess" ucap Syafa polos.
Luna mulai berpikir, banyak hal yang ia tak ketahui tentang Rey. Bahkan ia tak pernah bertanya dimana keluarganya dan tempat tinggalnya saat memutuskan menikah kontrak dengan Rey.
"Apa kau sedih waktu Kak Rey tidak pulang?" Syafa mengangguk lagi.
"Aku menangis setiap hari dan mencarinya di seluruh rumah.Tapi ibu bilang padaku, aku harus menjadi anak yang baik agar Kak Rey segera pulang dan membawakan ku baju princess yang cantik" matanya berbinar saat mengatakannya.
"Syafa, nona Luna. Sudah waktunya makan siang" panggil Bi May.
"Iya bu" Syafa turun dari pangkuan Luna dan berlari kecil menghampiri ibunya.
Luna masih betah duduk di beranda, ia menikmati udara segar di tempat itu.
"Nona, apakah kau tak ingin makan siang?" Rey mengagetkan Luna. Luna menggeleng.
"Disini udaranya segar, walaupun sudah siang masih terasa sejuk" ucap Luna sambil menatap sekelilingnya. Rey duduk disebelah Luna, ia menyenderkan kepalanya dipundak Luna.
"Kau mulai berani ya" Suara Luna seperti mengancam Rey.
"Izinkan aku sebentar saja begini nona, aku ingin merasakan bahwa kau sudah baik-baik saja" Rey menutup matanya, Luna terdiam. Ia membiarkan Rey menyenderkan kepalanya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" kata Luna.
"Apa itu? Katakan lah nona" Rey masih enggan mengangkat kepalanya.
"Aku sudah menolongku dua kali, tapi aku belum memberikan apa-apa padamu" Rey terkejut dan mengangkat kepalanya, melihat ke arah Luna.
"Sebutkan dua keinginanmu, aku akan memberikan apa saja untukmu" Luna mengatakannya dengan cepat.
"Apa saja?"
Luna menutup dadanya sambil menatap sinis kepada Rey.
"Kau tidak boleh meminta hal yang melanggar norma" ucap Luna lalu memalingkan wajahnya dari Rey. Rey tertawa kecil.
"Aku tidak akan memintanya, kecuali nona yang memintanya duluan" bisik Rey, Luna memukul pundak Rey agak kencang karna malu.
"Awww itu sakit nona" Rey meringis.
"Aku akan memikirkan apa yang aku inginkan, aku tidak ingin dirugikan karna meminta sesuatu yang tidak aku butuhkan" ucap Rey sambil melirik usil ke arah Luna, Luna melihat Rey dengan malas.
"Terserah kau saja dan berharaplah aku tidak berubah pikiran" Luna bangun dari duduknya dan masuk kedalam rumah.
Rey tersenyum sambil memandang ke depan rumah.
"Rumah ini selalu memberikan aku keberuntungan yang menyenangkan. Kira-kira apa yang bisa aku minta kepada nona Luna" Rey mulai melambungkan angannya jauh sambil berpikir.
"Kak Rey sedang apa?" Lody yang baru pulang dari sekolah melihat aneh ke arah Rey.
"Eeeh, tidak hehehe. Kau sudah pulang?" Rey mengalihkan pembicaraan.
"Iya Kak"
Lody langsung masuk kedalam, Rey mengikutinya dari belakang.
"Aku pulang Bu" ujar Lody saat melihat Bibi May.
"Siang sayang, cepat ganti pakaianmu dan makan siang bersama Syafa dan Kak Luna"
"Aku juga mau makan Bi" gerutu Rey.
Bibi May tertawa kecil mendengar kata-kata Rey.
"Ibu ini aku diberikan oleh temanku, kebunnya berbuah banyak" ucap Lody sambil memberikan sebuah kantong plastik berwarna hitam.
"Ibu taruh dimangkok buah ya" Bibi May berjalan ke dapur.
Lody melihat Syafa sangat akrab dengan Luna, ia juga ingin duduk disebelah Luna tetapi ada Rey yang sudah duduk duluan. Lody terlalu malu untuk memintanya pada Rey.
"Ada apa jagoan?" Rey bisa membaca apa keinginan Lody namun ia ingin tahu apakah sepupu kecilnya itu berani meminta kursi yang dudukinya.
"Tidak ada apa-apa Kak" Lody menunduk.
"Apa kau ingin duduk disebelah Kak Luna?" goda Rey, Luna yang mendengar namanya disebut menoleh karna dari tadi ia meladeni ocehan lucu Syafa.
"Ada apa Rey?"
"Lody ingin duduk disebelah mu" ujar Rey sambil meledek Lody, Lody tidak berani melihat Luna ia masih menunduk.
"Kak Luna tidak akan menggigit mu kok" goda Rey, Luna melotot ke arah Rey.
Rey menarik tangan Lody dan membiarkannya duduk disebelah Luna. Lody hanya menatap Syafa yang masih saja mengoceh dan ditanggapi oleh Luna.
"Ini buah dari kebun teman Lody, silahkan dicoba" Bibi Rey membawakan buah-buahan seperti pisang, rambutan dan salak.
"Waaah kangennya" ujar Rey mengambil sebuah rambutan.
"Makan nasi dulu, baru makan buah Rey" tegur Bibi May.
"Kak Rey dimarahi ibu, seperti dulu" ucap Syafa polos, Bibi May dan Rey terdiam. Masih ada sisa penyesalan dihati mereka saat bertengkar dulu yang membuat Rey akhirnya pergi.
Luna melihat situasi yang ada menjadi canggung, ia mengambil buah salak. Salah satu buah yang asing untuknya. Rey melihat Luna hanya memutar-mutar buah itu, sesekali jarinya memegang ujung salak lalu ia memutar kembali buah itu.
"Apa yang kau lakukan nona?" tanya Rey heran.
"Bagaimana cara membuka buah ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Santi Simbage
🤣🤣🤣🤣kaya Nia ramadani,gak tahu caranya buka buah salak.
2021-11-20
1
Junaedi
terbaik
2021-04-01
0
Liena Armand
Hahaha kaya nia ramadani
2020-11-14
4