Luna mendengar kabar maminya akan ke restauran, ia segera menyuruh Jiraiya menjemput Rey karena ia masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Silakan masuk tuan, tuan akan segera diantar oleh supir ke apartemen" Jiraiya menutup pintu mobil, Rey hanya menurut.
Sementara didapur,
"Mana si kacamata?" tanya Erika yang baru saja kembali dari kamar mandi.
"Tuan Jiraiya membawanya pergi" jawab James cuek, Erika celingak celinguk mencari Rey.
"Kemana dia membawanya?" James hanya mengangkat kedua pundaknya.
"Sudah jangan pikirkan dia, nyonya besar akan datang untuk makan malam disini. Kita harus menyiapkan makanan kesukaannya" Erika mengurungkan niatnya keluar dapur dari pintu belakang dan membantu James memasak.
Tepat pukul 19.30 mami Luna datang ke restauran. Ia beserta sahabat-sahabatnya ibu-ibu sosialita. Mereka memesan makanan lalu berfoto ke kanan dan ke kiri. Tidak lupa bergosip mengenai perhiasan dan kunjungan mereka ke luar negeri.
"Silahkan dinikmati nyonya, ini adalah sajian terbaik direstauran kami" Erika membantu pelayan menghidangkan makanan untuk mami dan teman-temannya.
"Erika, bisakah kau ambilkan beberapa minuman beralkohol untuk kami?" ucap mami sambil tersenyum kepada teman-temannya.
"Baik nyonya" Erika dan beberapa pelayan membungkukkan badan lalu menyiapkan apa yang mami minta.
Setelah mengantarkan wine ke meja mami, Erika mengeluh kepada James.
"Lihat para wanita itu, mereka bergosip dan berfoto tanpa memikirkan hal lainnya. Aku kesal melihatnya"
"Kau tak perlu melihatnya jika kesal" James cuek saja sambil memainkan games diponselnya.
"Apa mereka tidak mengurus suami dan anak-anaknya sehingga bisa tertawa sepanjang malam sambil minum wine seperti itu?" Erika mengeluh lagi.
"Kau seharusnya senang mereka kesini, kau dan teman-teman yang lain mendapatkan tips yang besar dari mereka karna pelayanan yang ramah bukan? Sudahlah jangan mengeluh" Erika cemberut, apa yang dikatakan James benar.
Rey sudah sampai di apartemen, ia segera mandi karna keringat yang membanjiri badannya seharian bekerja. Setelah mandi, Rey dengan cueknya akan keluar kamar mandi tanpa handuk karna lemari pakaiannya ada di dekat kamar mandi.
"Astaga!!" Luna yang baru saja masuk kedalam apartemen berteriak. Rey panik dan berlari masuk kembali ke kamar mandi.
"Maafkan aku nona" Rey keluar kembali dengan memakai baju handuk. Luna masih tak mau melihat ke arah Rey, ia berjalan sambil memalingkan wajahnya dan masuk ke kamarnya.
Rey bersiap memasak makan malam, ia membuat tempura udang dan sapo tahu dengan daging sapi juga pokcoi sebagai sayurnya.
Setelah selesai masak, Rey mengetuk kamar Luna.
"Nona, apa kau ingin makan malam?" tanyanya.
"Apakah kau sudah memakai baju?"
"Tentu saja nona, apakah nona tidak ingin aku memakai baju?" Luna keluar dari kamarnya, ia menatap kesal kepada Rey lalu menuju meja makan.
Luna melihat kearah Rey lalu bergidik. Rey hanya tersenyum melihat Luna.
"Saya dengar mami nona datang ke restauran malam ini"
"Ya begitulah, ia sebulan sekali akan ke sana bersama teman-temannya" jawab Luna dengan mulut penuh dengan makanan.
Rey diam, tidak melanjutkan pembicaraan karna ia senang menatap Luna yang sedang makan. Rutinitas yang beberapa hari ini menjadi favoritnya.
"Setelah makan aku harus bicara serius padamu" ujar Luna yang masih lahap memakan makanannya. Rey hanya mengangguk.
Luna sudah selesai makan, Rey membereskan meja dan menghampiri Luna yang sudah duduk di ruang depan dengan menyilangkan kakinya.
"Kau pasti sudah tahu apa yang akan aku katakan! Ini adalah kali kedua aku memperingatkanmu! Bekerjalah sewajarnya di restauran itu dan tidak perlu menghiraukan ku!"
"Mana mungkin aku menghiraukan wanita secantik nona" Rey mengatakannya dengan cepat, Luna melotot.
"Jangan mencoba merayuku saat aku sedang marah!"
"Apakah itu artinya aku boleh merayumu saat kau tak marah?" Luna mempertajam matanya kepada Rey.
"Apa kau sudah mulai bosan bernapas di bumi?"
"Tidak nona, bila aku sudah tidak bernapas di bumi maka aku tak bisa melihat wajah anda lagi" Rey panik mendengar ancaman Luna.
"Bila kau masih ingin melihatku maka ikuti perintahku! Satu hal lagi, jangan pernah berkeliaran di apartemenku tanpa mengenakan pakaian sama sekali!" Luna langsung masuk ke kamarnya. Rey tersenyum dan sudah dapat bernapas lega.
Pagi itu Rey bangun lebih awal, ia menyiapkan sarapan dan makan siang untuk bekal Luna. Luna keluar dari kamarnya, ia merentangkan tangannya tanda masih mengantuk, Rey menikmati pemandangan pagi yang menyegarkan matanya.
"Apa ini untukku?" tanya Luna yang masih setengah mengantuk, Rey mengangguk. Luna langsung memasukan sandwich buatan Rey ke mulutnya dengan mata terpejam.
"Ini bekal makan siang untuk nona" Rey menyerahkan kotak makan untuk Luna. Luna hanya melihatnya sebentar lalu memejamkan matanya kembali sambil mengangguk-angguk.
"Aku akan berangkat sekarang, sampai jumpa nona"
Rey keluar dari apartemen, tak lupa ia mengenakan topi, masker dan kacamata.
"Kemana kau kemarin?" Rey yang baru masuk ke dapur dikagetkan dengan suara Erika.
"Aku kurang sehat dan ijin untuk pulang nona" jawabnya.
"James berkata padaku Jiraiya yang membawamu pergi" ujar Erika heran. Rey hanya diam saja lalu tersenyum dan memakai apronnya.
"Apa kita akan mencoba resep baru?" tanya Rey saat melihat ada catatan di tergantung didekat pintu masuk.
"Ya sepertinya begitu, itu permintaan langsung dari nona Luna semalam aku mendengarnya menelpon James. Tidak biasanya nona Luna memint secara langsung penambahan resep baru" jawab Erika. Rey berpikir sejenak, ini seperti makanan buatannya semalam.
"Ayo kita mencoba membuatnya" ajak Erika, Rey masih terdiam sambil berpikir.
"Heii kacamata, kau tak dengar ucapanku?" panggil Erika, Rey menengok.
"Iya nona" Rey menghampiri Erika.
"Panggil saja aku Erika, telingaku gatal dipanggil nona" serunya, Rey mengangguk setuju.
Rey menyiapkan bahan-bahan makanan untuk mencoba resep baru, Erika memperhatikan Rey dengan seksama.
"Kau sepertinya sudah paham betul resep yang diminta nona Luna" Erika memicingkan matanya curiga. Rey langsung gugup.
"Aku pernah melihat seorang chef membuatnya" jawab Rey sekenanya sambil menggaruk kepala dengan tangan kirinya, matanya melihat ke atas. Ciri khas Rey saat berbohong. Erika masih menatap curiga.
"Ayok kita mulai memasak" Rey memaksakan senyumannya dan mulai menyalakan kompor untuk menggoreng tahu.
Minyaknya memercik hampir mengenai Erika, dengan sigap Rey memakai punggung tangannya untuk menahan minyak yang panas itu.
"Kau baik-baik saja kacamata?" tanya Erika khawatir saat melihat tangan Rey yang sedikit melepuh.
"Hihihi aku tak apa, tolong lanjutkan menggorengnya. Aku akan menaruh tanganku dibawah air mengalir" Rey berjalan menuju wastafel cuci piring. Erika melihat Rey dengan tatapan iba.
♥️♥️♥️
Tak terasa sudah seminggu Rey bekerja di restauran itu. Siang itu para pelayan wanita heboh karena kedatangan tamu seorang aktor terkenal.
Erika melihat tidak suka kepada para pelayan wanita yang berbisik-bisik itu.
"Apa yang kalian lakukan? Piring-piring ini tidak dapat berjalan sendiri ke meja para tamu!" teriaknya.
Para pelayan itu melihat tidak suka kepada Erika, namun mereka mengikuti perintahnya. Seorang pelayan salah tingkah saat melewati meja sang aktor, ia tak sengaja menjatuhkan piring kotor yang dibawanya.
"Apa kau tak apa-apa?" Rey yang mendengar suara gaduh segera keluar membantu pelayan itu.
"Apakah itu kau suami Luna? Ada apa dengan apron yang kau kenakan itu? Hahaha jadi kau adalah koki disini? Aku sudah mengira kau hanya orang rendahan yang dibayar olehnya" Rey mengenal suara itu.
"Samuel?" pekik Rey dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Michelle Avantica
hadeeeww kasihan amat Rey hidup loe kena masalah terus..kalo Samuel macem2 simpel aja tuh pake sendok 😂😂
2021-01-31
1
agussajiwo
waduh,masalah terus ni
2020-12-28
1
Ali Ridho
aduh mati Ketahun nih
2020-11-15
3