"Kapan si kacamata akan masuk kembali? Aku lelah dan ingin libur James" keluh Erika yang harus lebih bekerja keras karena Rey masih belum bisa masuk.
"Jangan mengeluh, tuan Jiraiya hanya berkata padaku saat ini Rey masih dikampung ya karna ada masalah keluarga. Apa kau berani menentang tuan Jiraiya?"
Erika menggeleng cepat.
"Aku tidak mau berurusan dengan pria tua itu" ucap Erika sambil menyalakan kompor dan mulai memasak.
"Menu baru yang diusulkan nona Luna begitu enak dan Rey yang membuat resepnya, apakah kau tidak curiga sesuatu James?" Erika mencoba memprovokasi James atas kecurigaannya.
"Berhentilah untuk mencari tahu hal yang tidak mendatangkan uang" James berjalan menuju pintu keluar dan menyalakan rokoknya.
"Hhh, memang tidak enak bicara denganmu" gerutu Erika kesal.
♥️♥️♥️
Sudah tiga hari Rey dan Luna berada di rumah Bibi May. Luna terlihat betah disana, walaupun sikap judesnya kepada Rey belum berubah.
"Bagaimana bila besok kita kembali ke kota?" usul Rey kepada Luna.
"Aku belum ingin beraktivitas" jawab Luna sambil bermain dengan Syafa.
"Cepat bawa mereka keluar!!!" Suara berisik diluar membuat Luna dan Rey kaget.
Dua orang pria berbadan besar menarik Luna dengan kasar, Rey berusaha melindungi Luna namun salah satu pria menghempaskan badan Rey.
"Lepaskan akuu, lepaskan...Rey tolong aku!!!"
"Ada apa ini?" Bibi May keluar dari dapur dan melihat Rey yang sudah tergeletak di lantai, Luna dibawa dengan paksa.
Bibi May segera menggendong Syafa dan membantu Rey bangun.
"Lepaskan dia!!" teriak Rey, ia ikut keluar hendak mengambil Luna kembali. Pria besar itu memegangi tangan Rey.
Diluar ada mami Luna dan Samuel yang tersenyum menyeringai.
"Akhirnya aku bisa menemukan kalian" ujar mami sambil tertawa sinis.
"Mami lepaskan aku!!!" Luna berteriak.
"Kau harus segera menceraikannya, mami tidak mau kau menikah dengan pria miskin sepertinya!!! Dia hanya akan menggerogoti harta kita!" ujar mami.
"Tidak mami!!! Rey tidak seperti itu! Lepaskan aku lepaskan!!!" Luna memberontak, ia mulai merasa traumanya kembali karna dipegang begitu ketat.
Rey merasakan Luna ketakutan karna traumanya, berusaha melepaskan diri. Ia menginjak kaki pria besar itu dan mengeluarkan jurus bela dirinya.
Buk..Bukk...
Pria besar yang memeganginya tersungkur. Luna melihat usaha Rey, mengumpulkan keberaniannya. Ia menggigit lengan pria besar yang memeganginya dan melepaskan diri lalu berlari ke arah Rey. Mereka berdua berlari sekencang mungkin keluar dari rumah Bibi May.
"Kejar mereka!!!" teriak mami.
Bibi May keluar dari rumah melihat Rey dan Luna berlari, Mami melihat Bibi May dengan pandangan tak suka.
"Apa kau Bibinya?" Mami bertanya sinis, Bibi May mengangguk.
"Ajari dia untuk menjadi pria yang tahu diri, dia menikah dengan anakku tanpa ijinku dan sekarang membawanya kabur!!"
"Pergilah nyonya, jangan mengajariku bagaimana mendidik Rey. Karna kau sendiri tak punya sopan santun dengan membuat keributan di rumahku" balas Bibi May geram.
"Beraninya kau.."
"Sudah mi, kita tidak punya waktu untuk meladeni wanita ini. Lebih baik kita mengejar Luna" Samuel menahan mami untuk bertengkar dengan Bibi May, ia menatap Bibi May kesal.
"Mami juga tidak suka disini, sangat bau dan kumuh" Mami berbalik lalu masuk ke mobilnya, Samuel mengikuti mami masuk kedalam mobil.
Bibi May menatap mami dan Samuel dengan rasa kesal.
"Pantas saja nona Luna tidak mau menikah dengannya. Dia pria pengecut yang berlindung diketiak mami nona Luna" ujar Bibi May lalu masuk dan menutup pintu rumah.
"Apa kalian baik-baik saja?"
Luna dan Rey sudah kembali ke rumah Bibi May, mereka masuk dari pintu belakang. Rey sangat hafal daerah rumah Bibi May maka dengan mudab ia bisa mengecoh para pengawal bertubuh besar itu dan kembali ke rumah Bibi May.
"Ya kami baik-baik saja" jawab Rey, Luna masih mengatur napasnya.
"Nona kau baik-baik saja?" Luna mengangguk, ia memeluk Bibi May erat.
"Tenanglah, kau sudah aman sekarang"
"Maafkan aku Bi, sepertinya sudah saatnya aku dan Rey kembali ke kota. Aku harus menyelesaikan masalah ini dengan mami, karna tak mungkin aku terus berlari dari mami"
"Ya kau benar nona, kau harus menyelesaikannya" Bibi May mengelus punggung Luna, hal yang sudah lama tidak dirasakan oleh Luna semenjak ia dan maminya berselisih.
"Terima kasih banyak Bi. Aku akan menelpon Jiraiya untuk menjemputku" Rey mengangguk tanda setuju.
Malam hari Jiraiya dan seorang supir datang menjemput Luna dan Rey.
"Hati-hati Rey, jaga dirimu dengan baik" Bibi May menahan tangisnya, paman Ken memegangi istrinya.
"Iya Bi, aku akan pulang kembali ke sini bila sudah waktunya" Rey memegang tangan Bibinya.
"Kak princess jangan lupakan Sya dan Kak Lody ya" Syafa yang berada di gendongan Luna memegang pipi Luna, Luna menciumnya.
"Aku akan menemui mu lagi nanti, tapi kau harus menurut pada ibumu ya" nasihat dari Luna, Syafa mengangguk mantap. Lody hanya menatap Luna dari balik kaki ayahnya.
"Sampai jumpa lagi Lody" ujar Luna sambil melihat ke arah Lody, ia bersembunyi dibalik kaki ayahnya karna malu.
"Baiklah kami akan berangkat" ujar Rey ia memeluk Bibi dan pamannya.
Luna dan Rey masuk kedalam mobil, Bibi May dan keluarganya melambaikan tangan.
"Aku selalu berharap Rey bahagia" ucap Bibi May, air matanya menetes. Paman Ken mengajaknya masuk kedalam rumah saat mobil Luna sudah menghilang dalam kegelapan.
"Jiraiya, apa kau sudah menyiapkan segala hal yang aku butuhkan?" tanya Luna.
"Sudah nona, seperti yang nona katakan tadi siang. Saya sudah membuat jadwal pertemuan nona dengan nyonya besar dihotel. Nyonya besar terlihat marah saat bertemu dengan saya tadi"
"Aku akan segera mengakhiri ini semua, mami harus tahu siapa Samuel agar matanya terbuka" Luna menyeringai.
Rey tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan Luna dan Jiraiya. Ia melihat ke arah luar jendela, ia hanya ingin segera bekerja kembali.
"Tidak biasanya kau diam saja" sindir Luna, Rey menoleh ke arah Luna dan tersenyum.
"Apa nona merindukan celotehan ku?" goda Rey, Luna memalingkan wajahnya dari Rey.
"Oia aku sudah menentukan 1 hal yang aku inginkan" Luna melirik malas ke arah Rey.
"Apa itu? Mobil? Rumah? Atau apartemen?" tanya Luna dengan nada agak meledek.
"Aku tidak membutuhkan itu semua nona" jawab Rey sewot.
"Orang-orang sepertimu pasti bermimpi memiliki mobil mewah dan rumah yang bagus"
"Ya itu tidak salah, namun aku memiliki harga diri. Tidak mungkin aku memintanya kepada istriku" goda Rey. Luna sudah sangat biasa dengan gombalan-gombalan Rey yang murahan.
"Baiklah cepat katakan apa yang kau inginkan?" tanya Luna penasaran.
"Berikan aku nomor ponselmu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Michelle Avantica
sesederhana itu permintaan loe Rey ..mantap bro 👌👍
2021-01-31
2
Ali Ridho
so sweet aku padamu rey
2020-11-15
3
Shaila
😳😳
2020-11-11
2