Rey dan Jiraiya sedang berada dalam perjalanan menuju tempat Luna disekap, mereka mengikuti arahan pengawal bermotor yang sudah terlebih dahulu ada dilokasi, namun tidak berani masuk sendirian karna penjagaan disana cukup ketat.
"Lepaskan aku" Luna memberontak, tangannya tidak diikat namun dipegang sangat kencang oleh penculik itu.
Mereka membawa Luna ke sebuah motel murahan dipinggir kota, hotel yang terlihat sangat buruk dan kotor. Ia dibawa ke sebuah kamar yang cukup besar. Ada seorang pria duduk ditempat duduk kamar itu dengan memegang cerutu.
"Hahaha Luna, aku sudah lama menunggumu" Suara pria yang berada didalam kamar itu mengejutkan Luna.
"Tuan George??!!" pekik Luna.
"Lepaskan dia, aku tidak mau tubuhnya yang mulus itu terluka karna kalian memegangnya terlalu keras" ujar pria gemuk itu, para penculik melepaskan Luna.
Luna memandang tuan George dengan penuh tanya.
"Apa yang tuan lakukan disini?" Tuan George memberikan kode kepada para penculik untuk meninggalkan ia berdua dikamar dengan Luna.
Luna memundurkan langkahnya perlahan.
"Jangan takut nona cantik, aku tidak akan berbuat kasar kepadamu" Tuan George menyeringai.
"Apa yang kau inginkan?!!" tubuh Luna sudah menempel di pintu.
"Kau tak perlu takut Luna, aku sudah lama memperhatikan mu dan membayangkan betapa indahnya tubuhmu itu" pria itu mematikan cerutu dan bangun dari duduknya menghampiri Luna.
Luna segera menjauh, ia berlari menuju sisi lain.
"Apa kau ingin bermain-main dulu denganku?" ucap tuan George sambil memainkan lidahnya, Luna melihatnya jijik.
Luna terus menerus menghindari pria gemuk itu, pria itu terengah-engah karna tubuhnya yang gempal ikut berlari-lari mengikuti gerakan Luna. Ia membuka pintu dan memanggil beberapa pengawalnya.
"Tangkap dan ikat dia ditempat tidur!!"
Para pengawal mendekati Luna, Luna menggeleng ketakutan. Ia diikat oleh kedua pengawal itu, mulutnya tidak ditutup. Lalu para pengawal itu keluar kembali.
"Kau sudah membuatku kelelahan sebelum malam pertama kita" tuan George tersenyum licik, ia berjalan menghampiri Luna. Luna menjerit sekuatnya, membuat telinga tuan George sakit.
Tuan George memanggil lagi pengawalnya untuk menutup mulut Luna lalu pengawal itu keluar lagi dari kamar.
"Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa kau lakukan" ujar tuan George sambil naik ke atas tempat tidur.
Luna menutup matanya karna takut, ia tak bisa membayangkan hal yang buruk terjadi pada dirinya.
"Buka matamu yang indah itu nona, aku sangat suka melihatnya" tuan George mulai mencium rambut Luna, Luna sangat ingin menjerit kencang air matanya tak henti menetes.
Tuan George hendak membuka blazer yang dikenakan oleh Luna, namun tangan Luna diikat ia menjadi sulit untuk membukanya, sekali lagi ia meminta kepada pengawalnya untuk membuka ikatan Luna lalu membuka blazer Luna dan meminta pengawal itu mengikatnya kembali dan keluar.
"Aku merasa sangat lelah sebelum menyentuhmu" Tuan George terlihat terengah-engah dan mengatur napasnya.
Tuan George kesal, karna para pengawalnya mengikat Luna dengan tangan didepan dadanya. Dengan wajah kesal tuan George membuka pintu lagi dan menyuruh pengawalnya mengikat Luna ditempat tidur dengan ikatan tangan disambungkan ke sisi kanan dan kiri.
"Sekarang posisimu sudah sangat siap, kau tahu aku sangat ingin menikmati malam berdua denganmu semenjak pertama aku melihat kecantikkanmu" Luna melihat tuan George dengan tatapan memohon, ia sangat amat ketakutan apalagi tuan George mulai naik ke atas tubuhnya.
"Ckckck Jangan takut, aku akan melakukannya dengan lembut agar kau merasakan kenikmatannya" tuan George tersenyum penuh hasrat, tangannya menyentuh bibir Luna.
Luna menangis dan memberontak sekuat tenaga untuk melepaskan ikatannya. Tuan George mulai menelusur menciumi Luna dari kepala, pipi, dagu, leher dan..
Braaaak..
"Apa itu??" Tuan George berteriak, ada suara gaduh dari luar.
"Ada saja pengganggu!! Heii jangan berisik, kalian menggangguku!!" teriaknya, seketika suasana hening. Tuan George kembali melancarkan aksinya, ia mulai membuka kancing kemeja Luna. Luna semakin ingin menjerit.
Tok tok tok..
Pintu diketuk dengan keras, Tuan George mendengus kesal. Ia tidak memperdulikannya dan tetap melanjutkan aksinya.
Dok dok dok...
Kali ini pintu digedor dengan keras, Tuan George mendengus kembali. Ia membuka pintu dengan sangat kesal. Ia berjalan dengan perutnya yang besar.
"Mengapa kalian sangat menggangguku??!!!!"
Bukkkk...
Sebuah tinju yang sangat keras mendarat diwajahnya, ia langsung tersungkur dan pingsan.
"Nona!!!"
Rey segera masuk, ia melihat Luna dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Terikat ditempat tidur sambil menangis. Rey membuka ikatan tangan Luna lalu memeluknya seerat mungkin, tangis Luna semakin pecah.
"Tenanglah nona ada aku disini" Rey memeluk Luna, ia ingin menyerap segala ketakutan yang Luna rasakan.
Rey sangat geram melihat tuan George yang tersungkur didepan pintu. Ia melepaskan pelukannya, lalu mengambil kursi yang ada dikamar itu dan hendak memukul tuan George lagi.
"Tuan, kendalikan dirimu!!!" Jiraiya datang dan mencegah Rey, ia memegang tangan Rey dan menggeleng.
"Aaaaaarghhhhhhh!!!!!" Rey menghempaskan kekesalannya dengan berteriak.
Rey melemparkan kursi yang dipegangnya ke arah lain, ia mengambilkan selimut dan menutupi tubuh Luna lalu menggendongnya. Luna membenamkan wajahnya didada Rey.
Rey memasukan Luna kedalam mobil, Luna masih terlihat gemetar ketakutan. Rey tidak tahan melihat kondisi Luna seperti itu.
"Jiraiya, aku akan membawa Luna keluar kota. Dia harus menenangkan dirinya sebelum kembali beraktivitas" ujar Rey sambil terus memeluk Luna, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Luna hanya air matanya yang terus mengalir.
"Baik Tuan" Jiraiya mengangguk paham.
Rey menunjukkan jalan kemana ia akan membawa Luna untuk menenangkan diri. Saat menjelang pagi mereka sampai disebuah rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas dengan pagar pendek. Itu adalah rumah paman dan bibi Rey.
"Bik..." panggil Rey.
Agak lama tidak ada jawaban, karna masih pukul 4 pagi.
"Bibi May, Paman Ken..." panggilnya lagi.
Lampu dinyalakan, seseorang melihat keluar dari balik jendela. Ia sepertinya terkejut Rey datang dan segera membuka pintu.
"Rey kenapa tidak menelpon sebelum datang?" tanya Paman Ken sambil membuka gembok pagar rumahnya.
"Maaf paman, Rey tidak sempat menelpon. Situasinya sangat mendesak" Rey menjelaskan, pamannya memeluk Rey karena rasa rindu pada keponakannya. Rey pun membalas pelukan pamannya.
"Ya sudah tidak apa-apa, bibimu pasti senang kau datang" ujar paman Ken sambil merangkul Rey untuk masuk ke rumah. Rey melepaskan pelan rangkulan pamannya.
"Paman, Rey tidak datang sendiri" Paman Ken terlihat heran.
Rey berlari ke mobil yang diparkir tak jauh dari rumah pamannya, membawa Luna keluar. Wajah Luna masih dalam keadaan trauma.
"Rey datang bersamanya" Luna memegang lengan Rey erat, sambil membenamkan wajahnya ke pundak Rey.
"Siapa dia?" Paman Ken makin heran.
"Ini Luna paman, istriku" Paman Ken melotot ke arah Rey.
"Istri katamu!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Michelle Avantica
kek nya bakalan jadi awal hubungan mereka yang serius nih ..
2021-01-31
2
Juniarti
Rey mantap
2020-09-25
6
Rin's
bucciinn mannaa bucciinn
2020-09-22
3