19. Diantar Kak Rama

Ustadz Amar melangkahkan kaki keluar dari kelas. Ia merogoh sakunya mencari ponsel yang memang tidak pernah ia aktifkan selama di dalam kelas. Hal itu dikarenakan dirinya tidak suka pelajarannya terganggu oleh suara apapun. Maka, para mahasiswa juga terkena imbasnya. Karena mereka juga dilarang untuk mengaktifkan ponsel selama kelas berlangsung. Jika ketahuan tidak patuh, sudah pasti langsung ditendang keluar.

"Mari Pak," sapa para mahasiswi yang melewatinya.

"Mari," Ustadz Amar mengangguk datar, tidak peduli melihat para mahasiswi yang sok cantik cari perhatian padanya. Ia justru lebih fokus membaca pesan teks dari istrinya.

Istri Kecil: 'Saya izin pulang telat ya Om Suami,'

Tanpa menunggu lama, Ustadz Amar langsung menekan tombol panggilan suara. Beberapa saat kemudian, telepon diangkat.

"Halo?"

"Mau kemana?" tanya Ustadz Amar tanpa basa-basi.

"Ada acara organisasi,"

"Sama siapa?"

"Ada Kak Anne, sama Kak Rama.."

"Rama lagi?"

"Iya. Tapi kan nggak cuma berdua, ada Kak Anne juga."

Ustadz Amar menghela napas panjang. "Pulang jam berapa?"

"Katanya sih nggak sampe malem,"

"Nanti saya jemput. Beri kabar setiap 30 menit sekali,"

"Iya, iya...."

Telepon ditutup. Ustadz Amar lagi-lagi menghela napas panjang. Entah kenapa, firasatnya selalu tidak tenang setiap kali mendengar nama Rama yang akhir-akhir ini selalu berada di sekitar istrinya.

Sementara itu, Syahla pergi bertiga bersama Kak Rama dan Kak Anne menggunakan mobil milik Kak Rama. Syahla duduk di belakang, dan kedua kakak tingkatnya itu duduk berdua di bangku depan.

Sesampainya di rumah yang dituju, Syahla memperhatikan kedua seniornya itu bekerja. Ia kagum karena Kak Rama maupun Kak Anne terlihat sangat profesional.

"Akhirnya selesai juga," Kak Anne menghembuskan napas lega. Mereka keluar dari rumah itu sekitar pukul setengah enam sore. "Masih ada waktu nih. Makan dulu, yuk?"

Syahla hanya menganggukkan kepala sambil sibuk mengirim pesan pada Ustadz Amar. Memberitahukan kalau urusannya sudah selesai dan minta dijemput pulang.

"Dek Lala?"

Syahla mendongakkan kepala mendengar Kak Rama memanggil namanya.

"Mau makan apa?" Tanya Kak Rama kemudian.

"Saya ikut saja kak,"

"Kita makan di tempat biasanya aja yuk," ajak Kak Anne. "Jam segini warungnya pasti masih buka."

"Oke," Kak Rama menoleh lagi ke arah Syahla yang masih sibuk dengan ponselnya. "Yuk, Dek Lala."

Syahla menurut. Ia kembali membuka pintu belakang mobil sebelum Kak Rama mencegah. "Dek Lala duduk depan aja,"

Syahla terkejut. Ia langsung bertatapan mata dengan Kak Anne yang sudah terlanjur membuka pintu mobil depan.

"Eh, nggak usah Kak. Saya lebih suka di belakang."

"Lo di depan aja," Kak Anne langsung menutup pintu depan dan membuka pintu belakang. Syahla merasa tidak enak hati. Tapi karena Kak Anne sudah bilang begitu, dia menurut.

...----------------...

"Lu kenapa pengen masuk sastra, Dek Lala?" tanya Kak Rama saat mobil sudah mulai berjalan.

"Oh, itu karena saya suka nulis novel, Kak."

"Oh ya? Lu nulis dimana? Udah ada yang terbit belum? Gua juga pengen baca karya Lu,"

"Ah, baru ada di aplikasi novel online sih Kak. Belum ada yang terbit," Syahla menjawab malu-malu.

"Ntar Lu share link ke Gua ya, begini-begini Gua juga suka baca novel,"

"Oke Kak," ucap Syahla sumringah.

"Kalau gitu, gimana kalau Lo coba bikin narasi buat artikel kali ini?"

"Hah?" Kak Anne yang sedari tadi hanya mendengarkan angkat bicara. "Maksud Lo gimana sih, Ram?"

"Santai An, kita kan juga butuh regenerasi. Dek Lala kan suka bikin novel, jadi dia udah punya dasarnya. Lu tinggal bimbing dia sedikit buat bikin naskah,"

"Ya tapi nggak bisa gitu juga dong Ram. Waktunya kan udah mepet, tinggal seminggu lagi!" Protes Kak Anne.

Syahla panik. Kenapa dua orang ini malah bertengkar? Ia lalu buru-buru menyahut.

"Iya Kak. Bener kata Kak Anne. Waktunya udah mepet, dan saya nggak yakin bisa selesai tepat waktu."

"Gua percaya kok sama kemampuan Dek Lala. Anne juga bakalan bantu kok. Iya kan An?"

Kak Anne tidak menjawab dan malah memalingkan muka ke arah jendela di sampingnya.

...----------------...

"Kalau buat video, Lu pencet yang ini," Kak Rama tampak menunjukkan beberapa tombol di kamera digitalnya saat mereka sudah duduk di warung bakso. "Gimana? Bisa kan?"

Syahla mengikuti petunjuk Kak Rama dan mulai merekam video. Kamera digital adalah hal yang baru untuknya. Dia berseru takjub setelah berhasil mengambil video.

"Terus, untuk nyimpennya gini,"

"Oh.." Syahla menganggukkan kepalanya senang.

"Ekhem!" Kak Anne yang duduk di depan mereka berdehem keras. "Baksonya keburu dingin tuh,"

Syahla buru-buru mengembalikan kamera ke tempatnya. Kemudian segera melahap makanannya sambil berbincang-bincang ringan bersama Kak Rama. Sementara Kak Anne terlihat lebih banyak diam.

Selesai makan, Syahla mencoba menelepon Ustadz Amar kembali. Belum ada balasan sejak terakhir kali ia mengirim pesan.

"Ck, katanya mau jemput," Syahla mengeluh.

"Kenapa Dek Lala?" Tanya Kak Rama penasaran.

"Oh, ini Kak, saya nelepon oom saya,"

"Kenapa? Oom Lu mau jemput?"

Syahla menganggukkan kepalanya.

"Gua pikir-pikir, oom Lu tuh posesif banget, ya?"

Syahla hanya bisa meringis. Tidak mau menjawab karena takut semakin banyak berbohong.

"Udah, biar Gua aja yang anter sampe rumah," Kak Rama menawarkan.

"Eh, nggak usah Kak," tolak Syahla panik. "Bentar lagi bakal dijemput kok,"

"Bentar lagi itu kapan, Dek Lala?" Kak Rama melihat jam di layar handphonenya. "Lihat nih, sudah hampir jam enam. Kamu pasti nggak mau telat sholat maghrib kan? Lagian nggak baik anak gadis di luar malam-malam,"

Syahla menggigit bibir. Disisi lain, dia takut Ustadz Amar akan marah melihat dirinya diantar pulang oleh Kak Rama, tapi, kenapa suaminya itu susah sekali dihubungi sih?

Akhirnya, dengan terpaksa, Syahla menganggukkan kepalanya.

Kak Rama mengendarai mobil sedan itu menuju kos Kak Anne terlebih dulu, baru setelah itu mengantarkan Syahla. Syahla melambaikan tangan pada Kak Anne yang tampak cuek dan langsung masuk ke dalam kos begitu saja.

Meski cuma berdua di dalam kendaraan roda empat itu, Syahla tidak merasa canggung sama sekali karena Kak Rama sangat seru diajak ngobrol. Perjalanannya juga tidak begitu terasa karena tahu-tahu mereka sudah sampai di depan gedung apartemen.

Mobil Ustadz Amar tampak baru akan keluar dari area gedung saat Syahla keluar dari mobil Kak Rama. Melihat kedatangan istrinya, Ustadz Amar langsung membuka pintu mobil dan menghampiri mereka.

"Selamat malam Pak," Kak Rama menyapa Ustadz Amar dengan sopan. Ustadz Amar melipat tangannya di depan dada sambil melihat mereka dengan tatapan tidak bersahabat.

"Kok bisa kalian pulang bareng?" tanya Ustadz Amar menginterogasi.

"Tadi saya sudah telepon, tapi Om Su—Oom nggak angkat-angkat,"

Ustadz Amar masih melihat mereka dengan tatapan tajam. "Kenapa nggak tunggu saya disana?"

"Maaf Pak, bukannya saya ikut campur. Tapi, kasihan Dek Lala kalau harus nunggu sendirian di sana. Lagipula sudah malam, saya tidak mungkin meninggalkan Dek Lala begitu saja." Kak Rama berusaha memberi penjelasan.

"Dek Lala, Dek Lala," ucap Ustadz Amar sinis.

Syahla menyadari kalau suasana di antara mereka sudah tidak enak, lantas ia buru-buru berkata pada Kak Rama.

"Kak, makasih ya sudah nganterin saya. Sekarang Kak Rama bisa pulang, takutnya kemaleman."

Kak Rama menganggukkan kepala dan tersenyum pada Syahla. "Gua pulang dulu ya, Dek Lala."

Syahla tersenyum. "Iya Kak, hati-hati."

Sepeninggal Kak Rama, Syahla melirik suaminya takut-takut. Ustadz Amar tidak berkata apa-apa, tapi kedua tangannya masih terlipat di depan dada.

"Om Suami, tadi saya sudah telepon sampean, tapi nggak diangkat-angkat. Jadi saya terpaksa deh pulang sama Kak Rama,"

"Oh," jawab Ustadz Amar singkat.

"Om Suami marah lagi? Kenapa sih marah-marah terus? Om Suami tuh maunya gimana? Mau saya nunggu sendirian di luar malam-malam begini? Kan Om Suami sendiri yang nggak bisa dihubungi!" Syahla menghentakkan kakinya kesal dan segera pergi meninggalkan Ustadz Amar.

Ustadz Amar tersentak kaget mendengar omelan Syahla. Dia hendak menyusul, tapi ingat mobilnya masih berada di luar. Ustadz Amar akhirnya hanya bisa melihat kepergian Syahla sambil mengacak rambutnya frustasi.

Terpopuler

Comments

Ririndiyani

Ririndiyani

kenapa pake dek Lala dek Lala segala jd baca kurang enak

2024-09-20

1

Astri

Astri

aku kurang suka sm cara syahla kau kan anak pndok apa lg latar belakang kluargamu jga org pahan agama.. knp kau sprtix gak jaga batasan sbg seorang istri.

2024-01-30

6

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

hm bersitegang lagi

2023-09-07

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!