16. Istri Yang Sempurna

"Eh, Gus!" Ustadz Amar bersuara agak keras untuk menghentikan Gus Sahil yang hendak mengelupas lakban itu. "Di sebelah situ ubinnya memang agak geser, jadi saya kasih lakban untuk sementara."

"Oh ya?" Gus Sahil memperhatikan lagi lakban hitam itu. "Sepanjang ini geser semua? Wah, nggak beres ini. Sudah coba panggil tukang?"

"Niatnya sih begitu Gus. Cuma belum sempat saja karena masih banyak kerjaan,"

"Harus segera diperbaiki Ustadz, takutnya malah semakin parah." Gus Sahil mengingatkan.

"Iya Gus, weekend ini akan saya panggil langsung tukangnya."

"Heh..Sudah, sudah, nanti lagi membahas ubinnya. Makan dulu yuk, keburu dingin makanannya."

Ustadz Amar bersyukur karena Umi Zahra berbicara diwaktu yang tepat. Kalau tidak, entah sampai kapan ia akan berbohong. Pada akhirnya mereka menikmati makan malam mereka dalam damai.

Setelah makan malam, Umi Zahra langsung berpamitan untuk tidur. Sementara Gus Sahil dan Ustadz Amar menonton televisi di ruang tengah. Syahla dan Hafsa mencuci piring.

"Mbak Hafsa numpang tidur di kamarmu ya dek, soalnya Aisha akhir-akhir ini sering rewel, takutnya mengganggu tidurnya Umi."

Syahla mengangguk, ia tidak keberatan sama sekali.

Selesai mencuci piring, Syahla dan Hafsa masuk ke kamar untuk tidur. Sedangkan dua lelaki yang masih asyik mengobrol itu digelarkan karpet untuk tidur di ruang tengah.

Syahla berbaring di sisi kanan ranjang, di tengah-tengah ada Aisha, dan Hafsa di sisi kiri. Syahla memperhatikan kakak iparnya yang sedang menepuk-nepuk lembut Aisha. Sejak dulu, dia sangat kagum dengan istri kakaknya itu. Sudahlah cantik, pintar, baik hati lagi.

"Mbak, gimana sih caranya jadi istri sempurna seperti Mbak Hafsa?"

Hafsa mengalihkan pandangannya dari sang putri ke adik iparnya. "Hm? Memangnya kamu pikir Mbak Hafsa itu sudah sempurna?"

"Yaampun mbak, kalau Mbak Hafsa itu bukan istri yang sempurna, terus siapa? Nih ya, Mbak Hafsa itu cewek tercantik yang pernah Syahla lihat seumur hidup. Ngajinya pinter, tutur katanya lembut, nggak pernah marah. Pokoknya, Mbak Hafsa itu segala-galanya deh! Mas Sahil terlalu beruntung bisa punya istri seperti Mbak Hafsa!"

Hafsa terkekeh. Ia tidak bisa tertawa lebih keras karena takut Aisha terbangun.

"Mana ada manusia yang sempurna La? Kamu itu terlalu lebay. Mbak Hafsa pun masih punya banyak kekurangan kok,"

"Masa sih Mbak? Tapi kok, sepertinya rumah tangga Mbak Hafsa nggak pernah ada masalah sih?"

Hafsa terkekeh lagi. "Bukannya tidak ada La. Kamu cuma tidak tahu saja. Masalah rumah tangga itu ya disimpan saja di dalam rumah, jangan dibawa keluar-keluar."

"Tapi kan, itu berarti Mbak Hafsa bisa menyelesaikan masalahnya dengan sempurna, makanya sudah nggak ada masalah lagi."

"Bukan begitu," Hafsa kali ini beranjak dari tidurnya dan duduk dengan bersandar di kepala ranjang. "Justru ketidaksempurnaan lah yang menyelesaikan masalah kita,"

"Hah? Maksudnya?" Syahla mulai tertarik, dia kini ikut beranjak dari tidurnya.

"Begini loh Dek," Hafsa menjelaskan dengan setengah berbisik. "Pasangan suami istri itu memang sudah sepatutnya tidak sempurna, karena mereka memang ditugaskan untuk saling menyempurnakan satu sama lain.

Jika istri punya kekurangan, suami harus mengerti dan membantu menutupi kekurangan itu. Begitu juga sebaliknya, seorang istri harus mengerti dan memahami kekurangan suaminya."

"Oh.." Syahla menganggukkan kepalanya. "Tapi, gimana caranya suami dan istri bisa saling mengerti?"

"Makanya," Hafsa mengelus punggung tangan adik iparnya lembut. "Dalam waktu pernikahan yang sangat lama itu, ada beberapa tahap yang harus dilewati. Tahap salah paham, kemudian marah, berbaikan, dan akhirnya mengerti tentang satu sama lain. Prosesnya tidak singkat, dan kita harus bisa melewati semuanya untuk mencapai akhir yang bahagia."

"Jadi, apa Mbak Hafsa dan Mas Sahil sekarang sudah mencapai akhir yang bahagia?"

"Tentu saja belum," Hafsa menggelengkan kepalanya. "Kami berdua juga masih perlu melewati tahap-tahap itu. Kadang kami juga masih sering selisih paham, tidak mengerti keinginan satu sama lain. Tapi, kami berusaha berjalan bersama untuk menuju kebahagiaan itu."

"Berarti, bisa jadi prosesnya nggak akan selesai dong mbak? Karena kan setiap manusia itu nggak bisa lepas dari masalah. Terus, kapan bahagianya?"

"Pertanyaan kamu menarik. Jawabannya, bisa jadi kebahagiaan itu hadir bukan di akhir, tapi justru di dalam proses perjalanannya."

"Hah?" Syahla menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia bingung antara bahasa Hafsa yang terlalu tinggi atau dirinya yang terlalu bebal untuk mengerti. "Maksudnya gimana mbak?"

"Ibaratnya, meskipun badai topan menghadang, asalkan bersama orang yang dicintai, pasti akan melewatinya dengan gembira."

"Nah, itu masalahnya! Kalau melewatinya tidak bersama orang yang dicintai, bagaimana?"

"Cinta itu ada karena terbiasa, Syahla. Mbak tahu kok, mungkin sekarang kamu belum merasakan hal-hal seperti itu dengan Ustadz Amar. Tapi Mbak yakin, saat waktunya tiba, kamu pasti bisa merasakan ketulusan suamimu."

"Apaan sih, Mbak?" Syahla cemberut. "Kita kan nggak lagi bahas rumah tangga ku sama Ustadz Amar,"

"Loh, ini namanya pelajaran. Memangnya kamu mau tidur terpisah sama suamimu terus?"

"Hah? Maksud Mbak?"

Hafsa tersenyum simpul. "Kamu pikir, Mbak nggak tahu kalau kalian pisah ranjang?"

Syahla menutup mulut karena shock mendengar ucapan kakak iparnya. "Kok, Mbak bisa tahu?"

"Nah, ini juga harus kamu pelajari Dek," Hafsa mendekatkan wajahnya pada Syahla. "Ini namanya insting wanita."

Syahla masih menganga takjub. Sepertinya penyamaran mereka sudah sempurna, deh? Kenapa masih bisa ketahuan?

"Mbak, tapi mbak nggak bakal bilang siapa-siapa kan?" Syahla berkata takut-takut. Mau menyangkal juga tidak mungkin karena sudah terlanjur ketahuan. "Jangan sampai Umi tahu ya, Mbak?"

"Nggak akan, sayang.." Hafsa mengelus pundak adik iparnya menenangkan. "Mbak mengerti karena ini semua juga bagian dari proses. Tapi, kalau bisa prosesnya jangan lama-lama ya, biar Aisha cepet punya teman main."

Syahla membelalakkan matanya mendengar ucapan jail dari sang kakak ipar.

"Tahu ah, Mbak Hafsa! Syahla ngantuk, mau tidur!"

Hafsa terkekeh. Menggoda Syahla ternyata memang se-menyenangkan itu, pantas saja Gus Sahil sering melakukannya.

...----------------...

Esoknya, Syahla dan Ustadz Amar menjadi pemandu wisata dadakan untuk menemani keluarganya berkeliling Jakarta. Tujuan mereka yang utama tentu saja di tempat wisata paling ikonik di Jakarta, yakni Taman Mini Indonesia Indah. Sesampainya di sana, mereka mulai menjelajahi satu persatu wahana yang berada di sana.

Sebagai seorang ibu, Hafsa langsung menuju wahana istana anak-anak. Umi Zahra ikut mendampingi cucunya bermain di sana. Sementara Gus Sahil asyik memotret kelucuan putrinya.

"Kalian pergi saja sana, jalan-jalan berdua." usir Gus Sahil.

Syahla memanyunkan bibirnya. "Apaan sih, Mas? Kok ngusir-ngusir?"

"Nduk, Masmu ngomong begitu karena pengertian sama kamu. Kalian kan pengantin baru, jadi harus sering menghabiskan waktu berdua sebelum punya anak nanti. Sudah sana, kita berempat bisa kok jalan sendiri,"

"Kok Umi ikut-ikutan ngusir Syahla, sih?"

"Sayang.." Ustadz Amar meraih bahu Syahla sehingga posisi badan mereka semakin dekat. "Pergi aja yuk,"

Syahla masih terkaget-kaget mendengar panggilan mesra dari suaminya. Meskipun tahu itu hanya pura-pura, tetap saja jantungnya berdebar tak karuan.

Keluar dari lokasi istana anak-anak, mereka berdua menyusuri TMII dengan canggung. Baik Syahla maupun Ustadz Amar bukanlah seseorang yang suka liburan di luar, sehingga mereka tidak tahu harus melakukan apa sekarang.

"Ee.. Om Suami, mau coba naik itu nggak?" Syahla menunjuk kereta gantung yang berjalan di atas mereka. Dia memang sudah beberapa kali datang kesini saat studytour sekolah, tapi belum pernah naik ke wahana tersebut.

Ustadz Amar menelan ludah gugup sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. "Ayo,"

Terpopuler

Comments

Astri

Astri

semoga syahla cpt jatuh cinta ama suamikk

2024-01-30

1

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

keknya fobia ketinggian ya 😁😁😁

2023-10-23

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

nyali ustadz Amar langsung ciut

2023-09-05

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!