9. Pindah ke Apartemen

Syahla mengendap-endap masuk ke dalam kamar dan bernapas lega saat mendapati Ustadz Amar sudah tertidur lelap. Ustadz Amar berada di sisi kanan ranjang, dengan posisi memunggungi dirinya.

Syahla lantas mengatur napas dan bergerak menaiki kasur perlahan-lahan. Ia sebisa mungkin meminimalisir suara yang ia buat.

Pokoknya, aku nggak akan tidur malam ini! Tekadnya di dalam hati. Awas aja kalau Ustadz Amar sampai macam-macam!

Mulanya sih begitu. Sayangnya, saat membuka mata, Syahla melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul lima seperempat pagi. Syahla terhenyak. Sejak kapan dia tidur? Ia menoleh ke sisi sebelahnya dan sudah tidak ada Ustadz Amar di sana.

Syahla kemudian melihat ke seluruh bagian ranjang dan tercengang saat melihat bantal guling yang semula berada di tengah-tengah sudah terlempar jauh ke lantai.

"Hah!" Syahla buru-buru mengecek pakaiannya, apakah masih utuh atau tidak. Tapi rupanya semuanya masih sama seperti sebelumnya. Jilbab di kepalanya juga masih terpasang, meski anak rambutnya sudah mencuat kemana-mana.

Buru-buru, Syahla bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat subuh.

...----------------...

Di aula pesantren, Abah Baharuddin tengah mengobrol bersama Gus Sahil dan Ustadz Amar. Setelah melaksanakan sholat subuh yang diimami Ustadz Amar, mereka mulai membicarakan tentang program mengaji para santri.

"Loh, Nduk Syahla mana Le? Kok nggak ikut jamaah?" Umi Zahra muncul bersama Hafsa, baru selesai mendarus Al-Quran.

"Oh, tadi sih bilang pada saya kalau sedang capek, Mi. Jadi saya bilang tidak usah ikut jamaah saja," jawab Ustadz Amar.

"Duh, anak itu masih manja saja sih. Harus Umi kasih pelajaran!"

"Jangan Mi!" cegah Hafsa. "Biarkan saja dulu. Acaranya kan juga baru selesai malam hari. Kasian Dek Syahla,"

Ustadz Amar tersenyum kikuk mendengarkan percakapan mereka. Sebenarnya, jawaban Ustadz Amar kepada Umi Zahra barusan bohong belaka. Sebenarnya Ustadz Amar tidak pernah membangunkan Syahla pagi itu. Alasannya? Itu karena dirinya bingung!

Bagaimana tidak bingung coba, kalau saat membuka mata di pagi hari, tiba-tiba ada seorang wanita yang memeluknya? Ustadz Amar sempat shock sejenak saat itu, lalu saat melihat yang memeluknya adalah Syahla, dia lebih shock lagi.

Masalahnya, kemana perginya bantal guling yang menjadi pembatas mereka? Rasa-rasanya Ustadz Amar masih tidur di posisi yang sama, berada di sisi kanan ranjang, berdempetan dengan tembok. Lantas, kenapa bisa jadi seperti ini?

Pelukan istrinya terasa erat sekali, seolah-olah dirinya adalah sebuah guling yang enak dipeluk. Ustadz Amar ingin sekali mengabadikan momen itu, kemudian menunjukkan kepada Syahla saat ia bangun. Tapi segera ia urungkan niat itu karena tidak ingin semakin bermusuhan dengan istrinya sendiri. Maka, dengan hati-hati, Ustadz Amar berusaha melepaskan diri dari delapan gadis itu.

Setelah melihat dengan jelas bagaimana posisi tidur Syahla yang malang melintang, Ustadz Amar jadi mengerti. Syahla pasti tidak sengaja menendang guling itu ke bawah dan menganggap dirinya sebagai guling.

"Bahaya," desis Ustadz Amar saat melihat kaki Syahla terlentang di atas ranjang. Membuat springbed dengan ukuran king itu penuh. Dengan gerakan halus, Ustadz Amar menyelimuti istri kecilnya sampai menutup leher. Setelah itu, ia buru-buru keluar untuk berwudhu dan melaksanakan sholat subuh. Mencoba menghilangkan bayangan-bayangan indah saat dirinya dipeluk oleh Syahla.

Kembali ke saat ini, saat Ustadz Amar mengobrol dengan ayah mertua dan kakak iparnya. Obrolan mereka bertiga sudah sangat nyambung meski Ustadz Amar baru menjadi menantu satu hari, lantaran sejak Syahla masih mondok di Al-Raudhah dulu, Ustadz Amar sudah sering mengobrol dengan Gus Sahil via telepon.

"Beruntung sekali ya, menantu kita itu Ustadz Amar. Sudah pintar, sholeh, berpendidikan,"

"Tidak Bah," Ustadz Amar menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan sang mertua. "Saya yang beruntung karena sudah diterima di keluarga yang hebat ini,"

"Jangan merendah Mar, saya itu sudah mendengar seberapa hebatnya kamu. Kemarin Abah Ridwan tidak henti-hentinya membanggakan kamu," balas Gus Sahil.

Ustadz Amar tersenyum. Selain Papa dan ibunya di kampung, Ustadz Amar juga punya Abah Ridwan yang sudah ia anggap ayahnya sendiri. Meskipun kadang-kadang Abah Ridwan terlalu berlebihan saat memujinya. Tapi diam-diam ia bersyukur karena pujian itu bisa menambah nilai plus di mata mertuanya.

Saat kembali ke kamar, Ustadz Amar kaget karena Syahla sudah duduk manis menunggu. Sepertinya ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Melihat Syahla, Ustadz Amar jadi teringat kejadian tadi. Ia memalingkan muka, merasa malu sendiri.

"Ustadz," panggil Syahla membuka percakapan. "Besok, kita harus sudah di Jakarta. Saya ada tugas dari dosen yang belum selesai. Takutnya nanti dapat nilai D,"

Ustadz Amar menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Kita berangkat besok. Lagipula jatah cuti saya sudah habis. Kita akan pamit pada Abah dan Umi nanti,"

Mata Syahla berbinar mendengar pernyataan Ustadz Amar. "Serius kita besok langsung berangkat?"

"Iya," Ustadz Amar kembali menganggukkan kepalanya.

"Yes!" Tanpa sadar, Syahla melompat-lompat kegirangan. Namun, setelah menyadari ada Ustadz Amar di depannya, ia segera bersikap kalem lagi, kemudian cepat-cepat keluar dari kamar.

...----------------...

"Hati-hati ya Nduk, jangan jauh-jauh dari suamimu. Biar suamimu yang mengantarkan kamu kemana-mana,"

"Siap Umi," Syahla menjawab wejangan sang ibu sambil tersenyum lebar. Saking khawatirnya, nasehat itu terus diulang-ulang sampai Syahla bosan sendiri mendengarnya. Tapi Syahla tidak masalah asalkan tidak dilarang untuk kuliah di Jakarta.

Selesai berpamitan, Syahla dan Ustadz Amar pergi ke bandara dengan diantarkan Gus Sahil. Mereka memilih jalur udara karena ingin sampai lebih cepat.

Sesampainya di Jakarta, Syahla kaget karena Ustadz Amar tidak mengajaknya kembali ke kos-kosannya dulu, tapi malah ke sebuah gedung apartemen.

"Ini kamarmu," Ustadz Amar membukakan pintu sebuah ruangan. "Barang-barang yang dari kos sudah dipindahkan semua kesini. Tapi mungkin penataannya tidak sesuai selera kamu. Jadi kamu bisa merapikannya sendiri,"

Syahla memasuki calon kamarnya dengan mata memandang ke sekeliling ruangan. "Ini serius kita tinggal di sini?"

"Kenapa?" Ustadz Amar mengernyit heran. "Kamu tidak suka?"

"Eh, bukan begitu," Syahla melambaikan tangannya. "Cuma sepertinya apartemen ini besar sekali. Memangnya sewa perbulannya tidak mahal?"

Ustadz Amar tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan polos sang istri. "Untuk apa membayar sewa kalau sudah dibeli?"

"Beli?" Syahla menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Ustadz Amar yang beli apartemen ini?"

"Iya," Ustadz Amar berjalan mendekati Syahla. "Kenapa? Kamu pikir saya nggak mampu? Kalau kamu mau, saya juga masih bisa membayar kamar hotel untuk kita bulan madu,"

Bulan madu? Syahla terbelalak. Ia lalu menggunakan kedua telapak tangannya untuk mendorong Ustadz Amar keluar. "Ustadz! Jangan macam-macam ya! Ingat poin pertama!"

Setelah Ustadz Amar berada di luar kamar, Syahla menutup pintunya rapat-rapat.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

dia selain ngajar dipondok keknya juga punya usaha dech 🤔🤔

2023-10-23

4

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

ustadz Amar itu pria kaya,

2023-09-03

3

Ngatpiah

Ngatpiah

lanjut Thor,kira2 siapa yang bucin duluan ya??? ustadz Amar atau Syahla

2023-08-09

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!