11. Masuk Organisasi

"Untung Pak Wahyu datangnya telat," ujar Anggika, teman sekelas Syahla.

"Makasih udah ngabarin," Syahla duduk sambil mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Iya sama-sama. Oh iya, Gue denger Lo waktu itu diganggu sama Geng Samurai ya? Lo nggak papa?"

Syahla menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Nggak papa kok, buktinya sekarang bisa masuk kuliah dengan selamat."

"Yaampun, syukur deh. Lo beruntung banget. Gue denger ada beberapa cewek yang diculik sama geng itu dan belum ketemu sampe sekarang. Gila banget emang, mana polisi belum bisa nangkep lagi,"

Syahla menganggukkan kepalanya. Pengalaman mengerikan dengan Geng Samurai masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Ngomong-ngomong, sekarang Lo tinggal dimana? Maksud Gue, jaga-jaga biar Lo nggak ketemu sama geng sialan itu lagi, gimana kalo Lo tinggal di rumah Gue aja?"

"Eh, nggak usah!" Syahla cepat-cepat mengibaskan tangannya. "Sekarang aku tinggal bareng keluarga kok,"

"Oh? Emangnya Lo punya keluarga di Jakarta?"

"Emm....ada sih," Syahla menjawab ragu-ragu. Suami itu, termasuk keluarga kan?

"Yaudah, kalo ada apa-apa Lo bisa telepon Gue. Kenalan bokap Gue ada yang polisi. Kalo Lo ketemu geng itu lagi, Lo harus cepet-cepet kabarin Gue."

"Siap. Makasih banyak ya Nggi,"

Anggika menganggukkan kepala sambil tersenyum. Anggika adalah teman dekat Syahla selama kuliah di Jakarta. Meskipun orang Jakarta asli dan berbeda agama, Anggika adalah orang yang supel. Saat pertama kali masuk kuliah, Anggika adalah orang yang pertama kali menyapa Syahla duluan.

Tidak berselang lama, Pak Wahyu, dosen killer yang mereka tunggu-tunggu datang juga. Beberapa mahasiswa kemudian segera maju untuk presentasi makalah kelompok mereka, yang dilanjutkan dengan sesi diskusi.

"Untuk pekan depan kelompok lima ya," ucap Pak Wahyu sebelum keluar dari kelas. "Ingat, kirim materinya maksimal satu hari sebelum presentasi."

Syahla menelan ludahnya gugup. Kelompok lima adalah kelompoknya. Sialnya, penelitiannya waktu itu baru setengah jalan. Hanya ada waktu enam hari untuk menyelesaikan sisanya, lalu astaga, Syahla lupa kalau laptopnya rusak.

"Mati aku," Syahla menepuk jidatnya sendiri. "Bisa nggak ya selesai tepat waktu?"

"Kenapa?" Anggika yang melihat gerak-geriknya merasa heran.

"Laptop ku rusak, dan materiku ada di sana semua. Otomatis nyari dari awal lagi deh,"

"Yaampun, terus gimana? Udah bilang sama anggota kelompok Lo belum?"

Syahla menggelengkan kepalanya. "Anggota kelompokku nggak ada yang berguna,"

Anggika menepuk-nepuk pundak Syahla prihatin. "Sorry banget. Sebenarnya gue pengen bantu, tapi Gue juga masih ada tugas buat matkul lain,"

"Nggak papa kok Nggi!" Ucap Syahla merasa tidak enak. "Aku pasti bisa nyelesain tepat waktu kok."

"Gue yakin Lo pasti bisa. Eh, habis ini Lo nggak ada matkul lagi kan? Mau ke kantin dulu, nggak? Gue laper nih, belum sarapan."

"Hm...." Syahla terlebih dulu melihat jam tangannya sebelum menjawab. "Aku masih harus ke Persma dulu. Sebenarnya sudah disuruh kesana minggu lalu, tapi belum jadi karena aku pulang kampung."

(Persma: Pers Mahasiswa)

"Oh? Lo jadi masuk ke organisasi itu? Kenapa? Mau denger gosip terbaru di kampus ya?" goda Anggika.

Syahla tertawa. "Mana ada. Aku suka karena Persma kita menerbitkan majalah mingguan yang ada cerbungnya. Yah, siapa tahu bisa menambah skill dan pengalaman kan?"

"Oke, Oke, sukses deh ya. Gue cabut dulu, Bye!" Anggika melambaikan tangannya.

"Bye!" Syahla balas melambaikan tangan. Ia membereskan buku-bukunya dan bergegas keluar.

Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa atau yang biasanya disebut UKM berada terpisah dari gedung fakultas. Berada di area belakang kampus, bersanding dengan perpustakaan. Sambil berjalan, Syahla mencoba menghitung waktu, apakah ia masih sempat mencari materi makalah hari ini. Ia juga kembali mengingat-ingat dimana kiranya buku-buku referensi itu berada.

Sesampainya di depan ruangan Persma, Syahla mengetuk pintu. Tapi tidak ada yang menyahut sama sekali. Karena tidak ada jawaban, Syahla memutuskan untuk pergi saja, sampai ia mendengar pintu itu berderit terkena angin.

"Loh, nggak dikunci toh?" Syahla kemudian bermaksud menutup kembali pintu itu, tapi pandangannya yang tidak sengaja melihat ke dalam ruangan malah membuatnya penasaran. Pada akhirnya, Syahla masuk ke dalam ruangan itu tanpa menutup pintunya kembali.

"Halo? Assalamu'alaikum," ucap Syahla lirih. Ia tahu tidak akan ada jawaban karena ruangan itu kosong, tapi mengucap salam setiap kali masuk ke dalam rumah sudah menjadi kebiasaannya.

Syahla kemudian beralih melihat dua papan tulis besar yang menempel di dinding ruangan. Sepertinya baru ada rapat, melihat tinta spidolnya masih terlihat jelas. Di ruangan itu juga ada sebuah meja bundar yang dikelilingi beberapa kursi kecil, mungkin itu adalah tempat rapatnya.

Beberapa buku tersusun rapi di sebuah rak. Syahla tertarik membaca judul sebuah buku. Ia mengambilnya dan mencoba membaca halaman pertama.

"Iya, Gue tahu nyet. Ntar Gue nyusul kalau udah beres," Suara seorang laki-laki membuat Syahla kaget, buru-buru ia masukkan kembali buku itu di dalam rak.

"Iya, anjing! Paham Gue! Paham!"

Syahla tersentak mendengar bentakan laki-laki itu. Meskipun sepertinya orang itu bicara bukan pada dirinya, tetap saja Syahla merasa kaget.

Pintu terbuka. Seorang lelaki muda masuk. Perawakannya tinggi kurus. Ia menggunakan celana jeans yang sobek dibagian lutut dan sebuah kaos hitam yang dilapisi jaket kulit.

Saat melihat ada orang lain di dalam ruangan, lelaki itu tampak terkejut.

"Eh, sorry? Siapa ya? Apa Gua salah ruangan? Ini beneran Persma kan?"

"Be—betul kok Kak," Syahla berkata terbata-bata. Menjadi mahasiswa baru selama satu semester membuatnya belajar kalau memanggil mahasiswa lain yang tidak ia kenal adalah dengan panggilan 'kak'.

"Oh, kirain Gua yang salah. Btw, Lo siapa ya?"

"Oh, kenalin kak, saya Syahla, mahasiswa baru di kampus ini. Waktu itu sudah mendaftar untuk gabung ke Persma, tapi belum bisa datang waktu acara perkenalan. Jadinya saya datang sekarang,"

"Oh.." Mahasiswa itu hanya bisa membulatkan mulut mendengar penjelasan Syahla. "Pantesan Gua nggak pernah lihat Lo. But, it's okey. Kenalin, Gue Rama, semester 5."

Rama mengulurkan tangannya, dan Syahla membalasnya dengan mengatupkan telapak tangan di depan dada. "Iya, salam kenal Kak. Saya Syahla."

Rama sepertinya cukup pengertian, karena setelah melihat gelagat Syahla, Ia langsung melakukan hal yang sama.

"Sorry, bukan muhrim ya?"

Syahla menganggukkan kepala. Ia ingin membetulkan kata 'muhrim' menjadi 'mahrom', tapi tidak jadi. Takut akan menyinggung Rama nanti.

"Untuk jobdesk-nya entar Gua share aja ya, Lo udah masuk grup belum?"

Syahla menganggukkan kepala menjawab kalimat pertama, kemudian menggelengkan kepalanya untuk menjawab kalimat kedua.

"Yaudah sini, Gua scan WhatsApp Lo,"

Syahla segera mengeluarkan handphone dan membiarkan Rama menyimpan nomornya.

P!

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk.

"Itu WA Gua, entar Gua share kalau ada kegiatan dan lain-lain. Nomor Lo, Gua masukin grup juga ya."

Syahla menganggukkan kepalanya lagi. Ia kemudian menyimpan nomor kontak Rama.

"Oke, kalau udah, Lo boleh pergi. Anggota yang lain juga lagi ada kelas masing-masing. Lo udah makan belum? Mau ikut Gua makan nggak? Kebetulan Gua lagi laper,"

"Oh.." Belum sempat Syahla menjawab, handphonenya berdering. Nama Ustadz Amar yang terpampang di layar handphone membuatnya terhenyak.

"Oh, pacar ya? Angkat aja gih nggak papa, mungkin dia mau ngajak makan,"

"Iya kak, saya permisi dulu ya kak." Syahla terburu-buru keluar dari ruangan Persma dan mengangkat telepon Ustadz Amar saat sudah di luar.

"Lama banget. Kamu butuh 29 detik hanya untuk angkat telepon saya, Istri." protes Ustadz Amar di seberang telepon.

Syahla menghela napas kesal. "Ngapain sih nelpon-nelpon segala, Om Suami? Saya kan lagi ada kegiatan kampus."

"Saya sudah lihat jadwal kamu dan hari ini cuma ada satu kuliah. Berarti sekarang kamu kosong kan?"

Syahla mengernyitkan dahi. "Kok, Om Suami bisa tahu jadwal saya?"

"Itu nggak penting. Sekarang cepat keluar karena saya sudah menunggu kamu di depan fakultas. Kalau kamu nggak muncul-muncul, terpaksa saya akan tanya ke dosen kamu."

"Hah?" Mata Syahla terbelalak. Susah payah, istri Ustadz Amar itu berlari menuju gedung fakultasnya.

"Dasar om-om rese!" umpatnya sambil berlari.

Terpopuler

Comments

mang tri

mang tri

nggak termasuk la hahaaaa

2024-05-15

0

Astri

Astri

semoga kelak syahla yg trgila gila sm om suamik

2024-01-30

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

Om rese yang akan membuat kamu teramar-amar

2023-09-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!