10. Om Suami

Di dalam kamar, Syahla sibuk merenung tentang hal-hal yang ia lalui selama beberapa hari ini. Diganggu oleh geng Samurai, dilarang kuliah di jakarta, hingga akhirnya menikah dengan ustadz paling ia benci di pondok dulu. Dia jadi berpikir, apa ada kisah hidup yang lebih rumit dari ini?

Lama berpikir, Syahla mulai khawatir kalau suatu saat Ustadz Amar akan melanggar batas di antara mereka. Dia tahu sebagai pasangan suami istri sebenarnya boleh-boleh saja saling bersentuhan, namun sebagai seorang gadis berumur 19 tahun, dia merasa masih terlalu dini untuk melakukan hal-hal seperti itu.

Maka, untuk mengatasi kekhawatirannya, Syahla mengeluarkan segulung lakban hitam. Tanpa persetujuan sang suami, ia mulai membagi rumah itu menjadi dua dengan lakban hitam sebagai tanda batasnya.

"Ini apa?" Ustadz Amar muncul saat Syahla sedang sibuk dengan kegiatannya. "Kenapa lantainya kamu lakban?"

"Ustadz tuh nggak ngerti, ya?" Syahla berdiri dan memandangi hasil karyanya sambil tersenyum puas. "Ini tuh batas ruangan kita, saya di sisi kanan dan Ustadz di sisi kiri. Lakban ini sebagai pembatas wilayah masing-masing. Setiap orang tidak boleh masuk ke wilayah yang lain,"

Ustadz Amar menebarkan pandangan ke seluruh ruangan. Kamar mereka berdua memang saling berhadap-hadapan, dengan bentuk rumah yang kotak, membuat Syahla menempel lakban tepat di tengah-tengah.

"Kalau misalnya melanggar batas bagaimana?"

"Didenda! Sekali melanggar lima puluh ribu rupiah!"

"Hm.." Ustadz Amar tampak berpikir. "Terus, kalau misalnya saya mau cuci piring, bagaimana? Wastafelnya kan ada di wilayah kamu, jadi semua piring kotor kamu yang cuci ya?"

Syahla terhenyak. Ia memperhatikan kembali dapur yang sudah ia bagi menjadi dua. Benar saja, di wilayah Ustadz Amar ada kompor dan kulkas. Sementara di tempatnya sendiri hanya ada wastafel dan kotak sampah.

Berarti, nanti aku nggak bisa ambil snack di kulkas dong? Batin Syahla galau.

"Yaudah deh, kalau dapur itu area bebas, jadi siapapun boleh!" Putusnya kemudian.

"Tapi, kok rasanya nggak adil ya?" ustadz Amar mengusap-usap dagunya yang bebas jenggot.

"Maksudnya?"

"Rumah ini kan saya yang beli. Terus saya malah dikasih batas untuk masuk ke rumah saya sendiri. Itu kan nggak adil namanya,"

"Ck, perhitungan banget sih Ustadz! Kita kan suami istri!"

"Hm.." Ustadz Amar tampak berpikir lagi. "Tapi saya pikir, kita berdua masih belum jadi suami istri sesungguhnya,"

"Loh, loh, loh, kok bisa begitu? Kan Ustadz sendiri yang sudah melafalkan ijab kabul di depan pak penghulu!"

"Belum cukup Syahla," Ustadz Amar menggelengkan kepalanya. "Coba kamu pikir lagi. Umumnya, pasangan suami istri akan punya panggilan kesayangan untuk masing-masing. Kalau kamu manggil saya 'ustadz', memangnya masih bisa disebut pasangan suami istri sungguhan?"

"Hah?" Syahla terheran-heran. "Ustadz panggilannya ya 'ustadz' lah! Memang apa lagi? Ustadz mau dipanggil 'sayang'?"

"Kalau kamu nggak keberatan nggak papa.." Ustadz Amar menjeda kalimatnya agak lama. ".. Sayang,"

Syahla langsung merasa merinding mendengar panggilan itu. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Cukup! Jangan pernah panggil saya begitu lagi! Oke, biar terasa seperti suami istri sungguhan, mulai sekarang, sampeyan saya panggil 'Om suami'."

"Kenapa harus ada kata 'om' nya?" Ustadz Amar menautkan alisnya.

"Kan Ustadz umurnya sudah tua, sudah 28 tahun. Sedangkan saya masih 19 tahun. Ibaratnya kita itu seperti om dan keponakan. Betul kan? Kalau begitu, sudah ya.." Syahla mendekati Ustadz Amar sebelum melanjutkan. "Om Suami?"

Ustadz Amar tertawa kecil. "Terserah istri saja deh,"

...----------------...

Setelah perdebatan tentang panggilan suami-istri itu, sebenarnya tidak ada kejadian lain yang istimewa. Syahla yang memang sudah kecapekan setelah perjalanan panjang segera mengurung diri di dalam kamar, tidur. Sementara Ustadz Amar menyiapkan bahan-bahan untuk pekerjaannya besok.

Barulah esoknya, Syahla kalang kabut. Dia bangun kesiangan, padahal hari ini dia ada kelas pagi.

"Sarapan dulu," Tegur Ustadz Amar saat melihat Syahla menutup pintu kamarnya dengan terburu-buru, dan langsung mengambil sepatu dari rak.

"Nggak sempet, sudah telat!" Syahla menjawab sambil menyimpulkan tali sepatunya.

Ustadz Amar yang sedang enak-enaknya sarapan segera berdiri, kemudian mengambil dua iris roti dan mengoleskan selai cokelat pada salah satu roti. Setelah itu, ia menempelkan dua lembar roti itu dengan selai cokelat sebagai perekat.

"Setidaknya isi perut dengan ini," Ustadz Amar memberikan rotinya kepada Syahla. Ia kemudian mengambil sepatu dari rak. "Makan saat di mobil saja. Saya antar,"

Syahla terkejut menerima roti itu. Ia ingin menolak tawaran suaminya, tapi setelah melihat jam tangannya sudah hampir menunjukkan pukul 07:30, ia akhirnya menurut saja.

Di perjalanan, Syahla hanya bisa terdiam sambil memakan rotinya. Beberapa kali ia tampak mengecek handphone, memastikan teman sekelasnya membalas apakah dosen mereka sudah masuk apa belum. Dia sudah izin selama tiga kali pertemuan, dan dosen killer ini pasti tidak akan memberi izin selanjutnya. Kalau Syahla tidak masuk hari ini, sudah pasti nilai C akan ia kantongi.

"Ayo dong cepetan bales," keluh Syahla dengan mulut tersumpal roti dan tangannya mengetik pesan.

"Ditaruh dulu handphonenya Istri," tegur Ustadz Amar. "Habiskan dulu makanannya,"

"Sebentar!" Syahla masih sibuk mengetik pesan. "Takutnya dosennya sudah datang!"

Ustadz Amar menghela napas panjang. Sepertinya sudah saatnya ia mengeluarkan jurus andalannya.

"Satu.."

Syahla langsung menoleh kaget. "Apa-apaan sih, kenapa pakai hitungan segala? Memangnya ini di pondok?"

"Dua.."

Ustadz Amar tampak tidak memperdulikan seruan protes Syahla.

"Ti—"

"Iya, iya, sudah nih," Syahla dengan dongkol menaruh handphonenya. "Sudah jadi suami masih saja galak,"

Ustadz Amar tersenyum mendengarkan omelan Syahla. Meskipun selalu protes, Syahla masih tetap takut pada metode hitungannya itu.

Sampai di kampus, Syahla langsung berlari keluar dari mobil. Ia ingin segera masuk ke ruang kelas, tapi langkahnya terhenti melihat Ustadz Amar mengikuti di belakangnya.

"Om Suami, ngapain ngikutin saya?"

Ustadz Amar mengangkat bahu. "Siapa yang ngikutin kamu?"

"Ya ini? Ngapain ikut-ikut kesini? Memangnya Om nggak kerja? Udahlah, nggak usah jagain saya sampai segitunya. Kalau siang-siang begini masih aman kok,"

"Nggak usah geer. Saya kesini memang mau kerja," Ustadz Amar menunjukkan tas ranselnya. Syahla masih tidak mengerti. Kalau bekerja, ngapain ke kampus?

Ustadz Amar kemudian melangkahkan kakinya mendahului Syahla. Syahla yang terlanjur penasaran akhirnya mengikuti di belakang. Dia sama sekali lupa dengan kelas pagi bersama dosen killer yang mengancam nilainya.

Rupanya, Ustadz Amar pergi ke gedung Fakultas MIPA, yang bersebelahan dengan Fakultas Sastra tempatnya belajar.

"Om, jujur deh, Om ngapain sih kesini segala? Mau kuliah lagi?" Syahla masih terus bertanya sambil mengikuti suaminya dari belakang.

Ustadz Amar sebenarnya sangat risih dengan panggilan 'om' itu. Tapi ia memilih diam saja dan tidak menanggapi celotehan istrinya. Ia kemudian menghentikan langkahnya di depan ruangan dosen.

"Eh, Pak Amar sudah masuk. Apa kabar Pak?" Sapa seorang cleaning service yang baru keluar dari ruangan sambil membawa sapu pel. "Saya kira bapak minggu ini masih cuti. Ternyata sudah masuk ya,"

"Sudah Mas Anton. Alhamdulillah urusan saya sudah beres," Ustadz Amar tampak menyalami cleaning service itu dengan akrab.

"Aduh pak, jangan salaman. Tangan saya kotor, nanti kalau bapak ketemu mahasiswa jadi malu,"

"Yaampun mas, biasa saja. Saya kalau di rumah juga sering ngepel kok," jawab Ustadz Amar sambil tersenyum.

Selama itu, Syahla hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya dengan cepat sambil terbengong-bengong. Karena sudah terbiasa melihat Ustadz Amar di pesantren, Syahla sampai lupa kalau suaminya adalah lulusan magister Ilmu Kimia.

"Ngapain masih di sini? Mau ikut masuk? Katanya tadi ada kelas pagi," Ustadz Amar mengalihkan pandangan pada Syahla yang masih berdiri di belakangnya.

Perkataan Ustadz Amar segera membawa kesadaran Syahla kembali. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia segera berlari terbirit-birit menuju kelasnya sendiri.

Dosen killer, I am coming!!!

Terpopuler

Comments

LiMa

LiMa

sptnya dosen killernya ada di samping Syahla ya?

2023-10-15

0

mudah hartatik

mudah hartatik

dosen killer mah pasti ustadz Amar....

2023-10-03

3

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

panggilan nya gitu amat

2023-09-03

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!