17. Naik Kereta Gantung

Pintu kereta gantung yang tertutup membuat Syahla merasa bersemangat. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk menikmati pemandangan indah TMII dari atas. Dia dan Ustadz Amar hanya duduk berdua saja di dalam situ, dengan posisi duduk berhadap-hadapan.

"MasyaAllah...." Syahla tak henti-hentinya merasa takjub saat kereta gantung mulai bergerak.

"Wah! Semuanya kelihatan dari sini! Orang-orang jadi kecil banget!" serunya antusias. "Om Suami, lihat deh, itu rumah adat apa ya?"

Tidak adanya jawaban dari lelaki itu membuat Syahla menoleh. "Om Suami?"

Syahla menatap Ustadz Amar dengan tatapan heran. Tampak lelaki itu duduk dengan tegak dan kedua tangannya menggenggam kuat pada pegangan di kereta gantung.

"Om Suami kenapa?"

Ustadz Amar tersenyum tipis. "Ti-tidak apa-apa kok, istri."

Alis Syahla terangkat. Kok, sepertinya ada yang mencurigakan?

Keringat yang menetes dari pelipis Ustadz Amar membuat Syahla membelalakkan mata. "Jangan-jangan, Om Suami takut ketinggian?"

Ustadz Amar hendak menyangkal. Tapi keringat dingin yang membasahi pakaiannya tidak bisa berbohong. Terpaksa, dengan menahan rasa malu, ia menganggukkan kepala.

"Ya ampun! Kok nggak bilang dari tadi, sih? Terus sekarang gimana dong? Kita sudah terlanjur di atas nih! Mana bisa turun di sini!"

Syahla panik. Ia kemudian mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan mengelap keringat Ustadz Amar yang mulai membanjir.

"Ma-maaf. Soalnya kamu kelihatan senang sekali, jadi saya nggak enak untuk nolak."

"Kebiasaan banget sih! Kemarin waktu makan udang juga begitu! Nggak semuanya harus menurut sama saya loh, Om Suami!" Meski sambil marah-marah, Syahla berpindah duduk di samping suaminya. Sementara Ustadz Amar yang masih merasa tegang tidak bisa membantah kata-kata istri kecilnya.

"Coba tarik napas," Syahla memberi instruksi. "Sekarang, buang perlahan."

Ustadz Amar menuruti perintah sang istri. Ia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan-pelan.

"Sudah lebih tenang?" Syahla mengusap-usap punggung suaminya.

Ustadz Amar mengangguk. Jantungnya masih berdebar cepat. Tapi ia jauh lebih rileks dari sebelumnya.

"Pegang tangan saya," Syahla mengulurkan tangannya.

Ustadz Amar tidak percaya dengan pendengarannya. "Maksud kamu?"

"Sudah! Pegang saja!" Syahla meraih tangan Ustadz Amar dan menahannya dalam genggaman. "Saya akan salurkan keberanian saya,"

Jantung Ustadz Amar semakin berdegup cepat. Kali ini bukan karena ia takut ketinggian, tapi karena dirinya bersentuhan dengan Syahla.

"Bagaimana? Masih takut?" Syahla tampaknya tidak merasakan apa-apa, karena raut wajahnya terlihat biasa saja. Meski agak kecewa, tapi Ustadz Amar merasa sedikit lega sekarang. Ia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Syahla.

"Nah, sekarang, coba pelan-pelan lihat ke bawah,"

"Nggak, nggak, saya nggak mau," tolak Ustadz Amar cepat.

"Ayolah," Syahla membujuk. "Pemandangan di bawah nggak semenakutkan itu kok,"

"Saya nggak mau Syahla, saya takut." Ustadz Amar menggelengkan kepalanya.

"Pelan-pelan, Oke? Kita nggak bakal jatuh. Nih, tangannya Om Suami kan masih saya pegang,"

Ustadz Amar mengambil napas dalam-dalam. Baiklah, lagipula kereta gantung ini sudah beroperasi begitu lama. Tidak mungkin kan, akan jatuh begitu saja?

Sambil memejamkan mata, Ustadz Amar mencondongkan wajahnya ke arah jendela sembari terus mengatur napasnya agar tidak gugup. Ia mengeratkan genggamannya pada Syahla.

"Saya hitung sampai tiga ya. Satu.. Dua.. Ti..ga!"

Ustadz Amar membuka mata. Rasa panik kembali menyergapnya. Ia berteriak histeris dan buru-buru mundur ke tempatnya semula.

"Nggak bisa Syahla! Saya nggak sanggup!" Ustadz Amar merapatkan badannya pada kursi kereta gantung.

Syahla menghela napas panjang. "Sedikiit lagi. Ayo lebih berani lagi. Coba lihat di sana, Om Suami. Pemandangannya indah banget. Rugi tau kalau sampai sini nggak lihat apa-apa!"

Ustadz Amar kembali menelan ludahnya gugup. Dengan ragu-ragu, ia melongokkan kepalanya ke bawah.

Danau Archipelago menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Miniatur pulau-pulau di Indonesia dari Sabang sampai Merauke itu membuatnya berdecak kagum. Ia sudah pernah melihatnya dari foto-foto yang tersebar di media sosial. Tapi ternyata lebih seru melihatnya secara langsung.

"Indah, kan?" Syahla tersenyum. Ustadz Amar menganggukkan kepalanya perlahan. Rasa takutnya perlahan dikalahkan dengan keindahan alam buatan di bawah sana.

Setelah turun dari kereta gantung, pasangan berbeda usia itu duduk-duduk sebentar di bangku taman. Syahla berpamitan sebentar untuk membeli sesuatu dan Ustadz Amar menunggu sambil berusaha menenangkan diri. Angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah membuatnya merasa damai.

"Nih," Syahla muncul dengan eskrim di kedua tangannya. "Om Suami yang cokelat, saya yang strawberry."

Ustadz Amar mengernyitkan dahi. "Es krim?"

"He eh," Syahla menjilati eskrimnya. "Waktu TK, saya pernah nangis ketakutan karena diajak naik bianglala. Setelah turun dari sana, saya dibelikan eskrim sama Abah. Dan alhasil, sampai sekarang saya nggak takut ketinggian lagi."

Ustadz Amar menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu menyamakan saya dengan diri kamu waktu TK?"

"Loh, siapa tahu kan?" Syahla mengangkat bahu. "Terlepas manjur atau tidak, eskrim kan tetap enak dimakan."

Ustadz Amar tidak berkata apa-apa lagi. Ia akhirnya memakan eskrim itu. Lagipula sudah terlanjur dibelikan.

Sedang asyik-asyiknya menikmati eskrim, Ustadz Amar mendengar suara orang cekikikan dari arah samping. Ia menolehkan kepala dan menangkap basah istrinya sedang berusaha menahan tawa.

"Apa yang lucu?"

"Buahahahaha!" Pertanyaan itu malah membuat tawa Syahla meledak. "Maaf! Maaf! Saya tiba-tiba teringat ekspresi Om Suami saat di atas tadi!"

Wajah Ustadz Amar merah padam. "Jangan ketawa!"

Syahla masih tidak bisa meredam tawanya, membuat Ustadz Amar memasang wajah kesal. Syahla menyadari kalau ia sudah berlebihan, buru-buru berdehem untuk menghentikan mulutnya sendiri.

"Maaf, Om Suami. Saya cuma merasa lucu saja. Soalnya, selama ini image seorang Ustadz Amar di mata saya itu adalah ustadz yang galak luar biasa. Jadi saya takjub melihat sampeyan bisa teriak ketakutan seperti tadi,"

Ustadz Amar sebenarnya hanya berpura-pura kesal saja, padahal sejatinya dia malu karena menunjukkan kelemahannya di depan istrinya sendiri. Tapi, ia tidak bisa mengakuinya begitu saja.

"Kalau kamu merasa bersalah, kasih saya hadiah,"

"Hadiah? Hadiah apa? Kan saya sudah belikan eskrim,"

"Nggak cukup," Ustadz Amar meraih tangan Syahla dan menyatukan jari jemari mereka. "Begini baru cukup."

Syahla terbelalak kaget. Ia buru-buru melepaskan tangan mereka dan mundur menjauh. "Apa-apaan sih? Kenapa pegang-pegang? Di perjanjian poin satu kan—"

"Yang tadi pegang tangan saya duluan siapa?" Ustadz Amar menjawab santai. "Padahal waktu di kereta gantung tadi kamu sendiri yang minta saya pegang tangan kamu."

"Itu kan karena—"

"Sebentar saja," Ustadz Amar meraih tangan sang istri. "Anggap saja impas."

Syahla tidak mampu menjawab karena jantungnya sudah berdebar tak karuan. Tunggu, kenapa jantungnya berdebar-debar?

"Sebentar," Ustadz Amar mengangkat tangannya yang lain ke wajah Syahla. "Muka kamu kotor,"

Seakan tidak membuang kesempatan, Ustadz Amar mengusap ujung bibir Syahla yang terkena noda eskrim. Selama itu, Syahla merasa dunianya berhenti berputar, menyisakan detak jantungnya yang berdebar semakin cepat mengikuti sentuhan Ustadz Amar.

"Sudah," Ustadz Amar tersenyum tanpa dosa. "Kalau begini kan sudah cantik lagi,"

Setelah berkata begitu, Ustadz Amar berjalan pergi begitu saja. Syahla yang masih membeku di tempatnya hanya bisa menatap kepergian suaminya dengan mulut terbuka, masih tidak percaya dengan yang barusan terjadi.

"Dasar Ustadz Gila!" teriak Syahla setelah kesadarannya kembali.

Terpopuler

Comments

Astri

Astri

syahla semoga hatimu cpt trbuka buat suamik

2024-01-30

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

manis banget pasangan ini

2023-09-05

1

Mika Saja

Mika Saja

masih PD gengsi

2023-08-14

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!