8. Sah!

Esoknya, keluarga Ustadz Amar benar-benar datang melamar. Prosesnya terjadi begitu cepat, karena seminggu setelah lamaran, Syahla dan Ustadz Amar menikah. Selama proses itu, Syahla sudah tidak ingat lagi apakah dia makan lewat mulut atau hidung, masih merasa tidak percaya.

"Serius nih aku bakalan menikah sama Ustadz Amar?" Kesadaran Syahla baru kembali saat ia mematut dirinya di depan cermin tepat di hari pernikahannya. Acara pernikahan mereka memang tidak diselenggarakan dengan mewah, lantaran waktunya yang terlalu mendadak. Namun karena kolega Abahnya yang banyak, tamu yang datang cukup ramai juga.

"Syahla!" Tak disangka, Laksmi datang. Syahla membelalakkan mata dan langsung memeluk sahabatnya itu.

"Laksmi! Aku kangen banget! Kok bisa kamu ada di sini?"

"Bisa lah, kan Abah Ridwan mengajak aku!"

Abah Ridwan adalah nama pengasuh dari Ponpes Al-Raudhah. Beliau turut hadir karena Ustadz Amar adalah santri kesayangannya. Sebenarnya, Abah Ridwan sangat ingin menjadikan Ustadz Amar sebagai menantu, sayangnya beliau tidak punya anak perempuan.

"Kamu sih, nggak kabar-kabar kalau mau nikah! Waktu dikasih tahu sama Abah Ridwan, aku kaget setengah mati tahu!"

Syahla meringis. Bagaimana ia bisa memberikan kabar kepada Laksmi, kalau dirinya sendiri saja tidak bisa membedakan apakah ini mimpi atau nyata?

"Tunggu deh. Kalau Abah Ridwan tahu, Jangan-jangan para santri juga—"

"Semua orang sudah tahu La! Soalnya Abah Ridwan secara khusus minta doa buat kalian saat semua santri berkumpul. Sekarang kalian berdua sedang jadi trending topik di sana!"

"Astaga.." Syahla memijit-mijit kepalanya. Untunglah dirinya sudah keluar dari pondok, jadi tidak terlalu malu berpapasan dengan orang-orang yang ia kenal.

"Berarti bisa dibilang kamu itu jilat air ludah sendiri ya La?" ucap Laksmi dengan nada mencibir. "Dulu aja bilangnya Ustadz Amar itu rese, Sok ganteng, sok keren! Eh tidak tahunya sekarang jadi calon suami!"

Syahla tersenyum kikuk. Duh, bagaimana cara menjelaskannya pada Laksmi?

"Jadi, Laksmi, sebenarnya—"

"Dek," Hafsa membuka pintu kamar Syahla. "Sudah siap belum? Aduh, cantiknya adeknya Mbak,"

Syahla langsung membungkam mulutnya.

"Siap-siap yuk, sudah mau dimulai."

Syahla sontak menggenggam erat tangan Laksmi di sebelahnya. Jantungnya berdegup cepat dan telapak tangannya berkeringat dingin.

...----------------...

"Saya terima nikah dan kawinnya Syahla Nafisa Binti Baharuddin Ahmad dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?" Pak Penghulu bertanya pada Abah Ridwan dan Abah Ali yang bertugas menjadi saksi.

"Sah!"

"Alhamdulillah.."

Perlahan, Hafsa dan Laksmi menuntun Syahla keluar dari dalam rumah menuju tempat resepsi. Syahla berjalan dengan hati-hati, ia masih tidak percaya saat ini sudah menjadi istri seseorang.

Syahla duduk di kursi yang sudah disiapkan. Menandatangani beberapa dokumen dan berfoto bersama. Setelah selesai, fotografer mengarahkan agar Ustadz Amar mencium kening Syahla.

Syahla melotot, memberi kode pada Ustadz Amar.

"Ingat perjanjian kita kan, Ustadz?" bisik Syahla memperingatkan.

Ustadz Amar menganggukkan kepala. "Tenang saja,"

Syahla memejamkan mata saat Ustadz Amar mendekatkan wajahnya. Dia sudah bersiap kalau-kalau lelaki itu benar-benar menciumnya. Namun dugaannya salah. Ustadz Amar mencium puncak kepala Syahla yang tertutup jilbab, otomatis mereka tidak bersentuhan secara langsung.

"Ini tidak melanggar janji kan?" Ustadz Amar tersenyum lebar. Syahla mendengus kesal melihat senyuman lelaki itu, tapi sekaligus juga merasa lega.

"Selanjutnya, kita akan memasuki acara sungkeman. Kepada orangtua kedua mempelai agar menempati tempat yang telah disediakan,"

Umi Zahra, Abah Baharuddin, dan orangtua Ustadz Amar duduk di kursi yang disediakan panitia.

"Terimakasih karena sudah merawat Syahla selama ini Mi," Syahla bersimpuh di kaki Umi Zahra.

Umi Zahra menangis tersedu-sedu, memeluk putrinya erat-erat. "Maafkan Umi yang sering memarahi kamu ya Nduk. Umi melakukan itu karena sayang sekali sama kamu,"

Mereka berpelukan lama sekali. Suasana bahagia itu dalam sekejap berubah menjadi haru. Selanjutnya Syahla bersimpuh di hadapan Abah dan kedua mertuanya.

Selesai sungkeman, Syahla dan Ustadz Amar disandingkan di kursi pelaminan. Semua tamu yang hadir menyalami mereka satu persatu.

...----------------...

Pukul 22:00, Syahla baru bisa merebahkan badannya di atas kasur. Tulangnya terasa copot saking lelahnya.

"Duh, capeknya.." Syahla merentangkan kedua tangannya. "Kasur, aku kangen banget sama kamu.."

Saat matanya mulai terpejam, Syahla mendengar pintu kamarnya terbuka. Ia kira itu adalah Umi Zahra atau Hafsa, jadi ia memilih diam saja.

"Ehem," terdengar suara deheman seorang laki-laki.

"Mas Sahil ngapain sih masuk-masuk kamar Syahla? Sana pergi! Nggak usah ganggu! Syahla capek!" sentaknya tanpa membuka mata.

Ruangan terasa hening sejenak.

"Ini saya,"

Syahla terbelalak. Ia langsung terlonjak dari tidurnya. Ustadz Amar berdiri di samping ranjang dengan wajah kikuk.

Syahla menyadari kalau Ustadz Amar memalingkan pandangan darinya. Ia buru-buru mengecek keadaannya sendiri dan mendapati bagian bawah gaunnya sudah tersingkap sampai lutut.

Syahla langsung bangkit dan berusaha merapikan pakaiannya.

"Ustadz, ngapain sih masuk-masuk kamar saya segala?" tukas Syahla kesal. "Nggak sopan tahu masuk ke kamar cewek malam-malam!"

"Hm.. tapi kan.. Kita ini sudah suami istri.."

Syahla terdiam. Iya juga ya, bukannya mereka sekarang sudah sah?

"Ya tapi kan, setidaknya bisa ketuk pintu dulu!"

"Sudah, tapi mungkin kamu nggak dengar,"

Syahla bersungut-sungut. "Memangnya Ustadz mau tidur di sini?"

"Tentu saja. Menurut kamu saya harus tidur dimana, Syahla? Di dapur?"

Syahla berpikir sejenak. "Yaudah deh, boleh! Tapi, Ustadz tidur di lantai! Saya yang di kasur!"

"Oke!" Ustadz Amar menganggukkan kepalanya. "Tapi, nggak ada bantal.."

Syahla meraih satu bantal dari atas kasur. "Tuh!"

"Tapi, selimutnya bagaimana? Kamu tega membiarkan saya tidur di lantai tanpa selimut?"

Syahla melirik ke arah selimutnya. Iya sih, hawa malam di Darul Quran memang cukup dingin dibandingkan saat di Al-Raudhah. Tapi ia cuma punya satu selimut, dan dia juga tidak terlalu tahan dingin. Tapi, kalau meminta selimut lagi, pasti akan terlihat aneh kan?

"Kalau begitu.." Syahla berkata ragu-ragu. "Ustadz boleh deh tidur di kasur! Tapi!"

Syahla meletakkan bantal guling di tengah-tengah ranjang. "Ini adalah batas tidur kita berdua, jangan sampai ada yang melewati batas ini!"

"Baiklah," jawab Ustadz Amar kalem. "Saya cenderung jarang bergerak saat tidur,"

Syahla memicingkan mata. Memastikan Ustadz Amar berkata dengan jujur. Oke, karena lelaki itu sepertinya tidak bisa bohong, jadi dia akan percaya saja.

"Kalau begitu, siapa yang mau mandi duluan? Saya apa kamu? Atau..kita mandi bersama?" Ustadz Amar sengaja menggoda Syahla untuk memancing reaksinya.

"Ustadz!" Muka Syahla merah padam. "Saya akan mandi di kamar mandi luar, Ustadz di kamar mandi dalam saja!"

Setelah berucap begitu, Syahla buru-buru keluar dari kamar.

Sesaat setelah pintu kamar tertutup, Ustadz Amar sudah tidak bisa menahannya lagi, ia tertawa terbahak-bahak.

"Gemes banget," ucapnya pada diri sendiri.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

cie yg seneng udah bisa dapetin sang pujaan hati

2024-12-24

1

Putra Tambe

Putra Tambe

awww

2025-03-14

0

Samih Nurmala

Samih Nurmala

kiraiin qobiltu nikaha hahahahaha

2024-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!