5. Pulang Ke Rumah

"Masih mau nangis lagi?" Ustadz Amar memberikan selembar tisu yang ke dua puluh kalinya pada Syahla. Gadis itu masih sesenggukan, menerima tisu untuk mengelap ingusnya.

Saat ini, mereka berdua sedang duduk di kursi depan rumah sakit. Dokter sudah meresepkan obat dan Ustadz Amar sudah diperbolehkan pulang, tapi tangisan Syahla yang tidak berhenti sejak tadi membuat mereka terjebak di sana lebih lama.

Satu kotak tisu yang diberikan oleh perawat sudah terpakai separuh. Semuanya untuk mengelap air mata Syahla yang mengalir seperti hujan.

"Lebih baik kamu pulang dulu ke rumah, keadaanmu sekarang sepertinya sulit untuk tetap kuliah,"

Syahla menggelengkan kepalanya. "Saya takut Umi sama Abah khawatir,"

"Terus, memangnya kamu yakin bisa bertahan lebih lama di sini? Polisi juga belum berhasil menangkap ketua geng itu. Kamu tidak takut mereka akan mengganggumu lagi?"

Syahla menggigit bibirnya. Dia jelas sangat takut. Tapi ia tidak tahu harus beralasan apa pada orangtuanya nanti saat tiba-tiba pulang ke rumah.

"Tenang saja, aku akan mengantarkanmu,"

Syahla serta merta menoleh ke arah Ustadz Amar. "Mengantarkan saya ke mana?"

"Tentu saja ke rumahmu,"

"Tapi, rumah saya kan jauh, Ustadz."

"Kalau begitu, mau pergi sendirian saja?"

Syahla menundukkan kepala. Kejadian tadi masih melekat di dalam ingatannya. Bajunya yang terkena noda darah Ustadz Amar juga belum kering. Bagaimana kalau kejadian serupa terulang lagi dan tidak ada siapa-siapa di sampingnya?

Pada akhirnya, Syahla menganggukkan kepalanya. "Saya minta tolong ya Ustadz,"

...----------------...

Syahla dan Ustadz Amar duduk di dalam bus menuju Darul Quran, itu adalah nama pesantren yang dikelola oleh ayahnya Syahla. Syahla duduk di bangku depan, sementara Ustadz Amar di belakangnya. Perjalanan mereka memakan waktu enam jam, dan selama itu tidak banyak topik yang bisa mereka obrolkan.

Beberapa kali, Syahla mengecek apakah keadaan Ustadz Amar baik-baik saja. Luka di lengan Ustadz Amar masih baru dijahit, dan ia khawatir jahitannya akan terbuka karena perjalanan jauh. Syahla merasa bertanggungjawab karena Ustadz Amar terluka karenanya, maka sebisa mungkin ia memastikan Ustadz Amar merasa nyaman dan sudah meminum obatnya dengan baik.

Setelah perjalanan panjang itu, akhirnya mereka sampai di depan gerbang Darul Quran dengan mengendarai ojek. Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, matahari sedang panas-panasnya membakar ubun-ubun mereka.

"Syahla!" Rupanya Umi, Abah, dan kakak-kakaknya sudah menunggu di teras rumah. Buru-buru membuka gerbang dan mempersilahkan mereka masuk.

Umi Zahra memeluk putrinya dengan erat. "Alhamdulillah kamu selamat! Bagaimana keadaan kamu Nak? Ada yang luka? Coba Umi lihat,"

"Tidak ada Mi," Syahla berusaha tersenyum untuk menenangkan uminya. "Syahla nggak papa, karena Syahla sudah ditolong oleh Ustadz Amar,"

Semua orang kini mengalihkan perhatian pada Ustadz Amar yang berdiri di belakangnya. Ustadz Amar tersenyum, menyalami Abah Baharuddin dan Gus Sahil, sementara mengatupkan kedua tangannya di depan dada pada Umi Zahra dan Hafsa.

"Terimakasih karena sudah mengantarkan Syahla sampai ke rumah. Ayo masuk, kami sudah siapkan makanan spesial," Abah Baharuddin mencoba merangkul Ustadz Amar untuk membimbingnya masuk. Tapi tidak sengaja tangannya malah menyenggol lengan Ustadz Amar yang terluka.

"Aduh!" Ustadz Amar mengeluh kesakitan.

"Abah!" Syahla buru-buru menarik abahnya menjauh. "Ustadz Amar sedang terluka karena menyelamatkan aku!"

"Ya Allah, beneran? Ayo cepat dibawa masuk, takutnya lukanya terbuka lagi." Gus Sahil dengan cekatan membawa barang-barang yang semula dibawa Ustadz Amar. "Cepat, cepat,"

Ustadz Amar pun segera diiring masuk ke dalam rumah.

...----------------...

Setelah membersihkan diri dan makan bersama, Syahla mulai menceritakan rentetan kejadian kemarin malam. Semua orang yang mendengarkannya menahan napas, tidak bisa membayangkan betapa menegangkannya kejadian malam itu.

"Sebenarnya kami semua sudah dengar ceritanya sekilas, tapi Abah nggak nyangka kalau kejadiannya bakal seseram itu," Abah Baharuddin kemudian beralih menatap Ustadz Amar. "Terimakasih karena sudah menyelamatkan anak kami Ustadz,"

"Sama-sama Abah," Ustadz Amar kembali tersenyum. Dia juga sudah bersih-bersih, perban di lengannya sudah diganti yang baru.

"Memangnya, Abah sudah dengar soal kejadian itu dari mana?" Syahla mengerutkan keningnya. "Syahla kan baru cerita sama kalian hari ini,"

"Ustadz Amar yang menelepon Mas," Gus Sahil menjawab. "Dia langsung menghubungi kami malam itu. Bilang untuk tidak perlu khawatir karena kamu baik-baik saja. Tapi Ustadz tidak cerita kalau dia terluka parah,"

"Lukanya memang tidak terlalu parah Gus," tukas Ustadz Amar. "Dan tolong jangan panggil saya Ustadz lagi, panggil saja Amar."

"Tidak bisa Ustadz. Kami ini sangat menghormati para guru dari anak-anak kami. Apalagi njenengan sudah menyelamatkan nyawa anak saya. Jadi biarlah kami panggil seperti itu, anggap saja gelar kehormatan,"

Ustadz Amar menganggukkan kepala mendengar penjelasan Abah Baharuddin.

"Sekarang, Umi harus bicara serius," Nada bicara Umi Zahra tiba-tiba berubah tegas. "Syahla, ayo ikut Umi ke ruang tengah,"

Syahla menoleh ke arah Hafsa yang duduk di sampingnya, mencoba bertanya apa yang mau dibicarakan oleh uminya itu. Tapi anggukan kepala Hafsa membuatnya tidak bertanya lagi dan mengikuti Umi Zahra ke ruang tengah.

...----------------...

"Nduk," Umi Zahra memulai percakapan serius mereka. "Mulai sekarang, kamu kuliah saja di sini. Jangan di Jakarta. Bahaya."

"Umi!" Syahla bangkit dari duduknya. "Nggak bisa! Syahla harus kuliah di sana! Itu sudah jadi impian Syahla selama ini!"

"Syahla, kuliah dimana saja itu sama. Yang penting kan ilmunya, bukan tempatnya!"

"Bukan masalah itu Umi!" Syahla menghentakkan kakinya. "Tapi jurusannya! Di kampus sini nggak ada jurusan sastra Indonesia!"

"Kalau begitu cari saja jurusan lain, tidak harus jurusan itu kan?"

"Umi," Syahla sudah hampir menangis. "Syahla itu sudah tahu apa minat dan bakat Syahla. Syahla hobi menulis, dan ingin melanjutkan karir di bidang kepenulisan juga. Syahla nggak mau jurusan lain, karena Syahla nggak berminat masuk ke sana!"

"Tapi Nduk, keadaannya kan darurat. Umi khawatir kalau kejadian kemarin terjadi lagi sama kamu!"

"Tapi Syahla tetep pengen di sana Mi," Air mata Syahla sudah mengalir. "Apapun yang terjadi, Syahla harus tetap kuliah di Jakarta!"

Setelah berkata demikian, gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar dan menutup pintu sampai meninggalkan suara berdebam.

"Syahla!" Umi Zahra sudah mau mengomel, tapi Hafsa mencegahnya. "Biarkan dulu Umi. Biarkan Dek Syahla tenang dulu,"

Umi Zahra mengelus-elus dadanya. "Gimana ini Nduk? Susah sekali membujuk anak itu,"

"Tidak berhasil ya Mi?" Gus Sahil dan Abah Baharuddin rupanya mendengarkan dari ruang makan, berjalan menghampiri mereka. "Syahla memang anak yang berpendirian kuat. Kalau sudah memutuskan melakukan sesuatu, dia bakal melakukan itu walau dihalangi bagaimana pun juga."

Semua orang menghela napas berat.

"Kalau begitu, bagaimana kalau dia cuti kuliah dulu? Setidaknya sampai kerusuhan di Jakarta mereda dan bisa dipastikan keadaannya aman,"

Hafsa menggelengkan kepala mendengar pendapat sang suami. "Tidak mungkin Mas Gus. Saya lihat sendiri bagaimana perjuangan Dek Syahla untuk masuk ke kampus itu. Dia belajar setiap hari, mengerjakan latihan soal sampai lupa makan, dan akhirnya diterima di jurusan yang dia impikan. Kalau tiba-tiba disuruh cuti saat sedang semangat-semangatnya begini, saya juga merasa kasihan."

"Terus bagaimana?" Umi Zahra memijit-mijit kepalanya yang terasa pusing. "Memangnya ada solusi lain?"

Semua orang terdiam, sibuk memikirkan solusi yang tepat.

"Kalau boleh berpendapat.." Suara Ustadz Amar memecah keheningan di dalam ruangan itu. "Sebenarnya saya punya satu solusi,"

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

iyaa solusinya gus Amar menikahi Syahla.. itu kan modus aslinya...

2025-02-24

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

ustadz amar ngelamar santrinya sendri

2025-03-03

0

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

modus Gus

2025-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kena Hukuman
2 2. Partner Of Crime
3 3. Munafik!
4 4. Penyelamat
5 5. Pulang Ke Rumah
6 6. Menikah?
7 7. Ayo Menikah!
8 8. Sah!
9 9. Pindah ke Apartemen
10 10. Om Suami
11 11. Masuk Organisasi
12 12. Alergi
13 13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14 14. Dia Om Saya!
15 15. Kedatangan Keluarga Syahla
16 16. Istri Yang Sempurna
17 17. Naik Kereta Gantung
18 18. Gosip
19 19. Diantar Kak Rama
20 20. Kamus Bahasa Wanita
21 21. Toxic
22 22. Ngelabrak!
23 23. Sakit Tipes
24 24. Saya Kan Pasien!
25 25. Kak Anne Hamil
26 26. Adegan Romantis
27 27. Ready! Action!
28 28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29 29. Malu Banget!
30 30. Bertemu Kak Anne
31 31. Saya Nggak Akan Cemburu
32 32. Om Suami Selingkuh?
33 33. Mama Mertua
34 34. Saya Cemburu!
35 35. Seratus Hari Pernikahan
36 36. Sakit?
37 37. Masakan Syahla
38 38. Saya Suaminya Syahla
39 39. Kak Rama Menyerah
40 40. Pulang Ke Rumah Mertua
41 41. Bulek
42 42. Masa Lalu Bulek
43 43. Pergi Ke Al-Raudhah
44 44. Apa Istimewanya Suamimu?
45 45. Penyelesaian Yang Sederhana
46 46. Rumah Ternyaman
47 47. Kembali ke Jakarta
48 48. Mas Sayang
49 49. Badai (1)
50 50. Badai (2)
51 51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52 52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53 53. Maafkan Saya
54 54. Tidak Ada Bukti
55 55. Konferensi Pers
56 56. Pengakuan Kak Rama
57 57. Cucu yang Dibanggakan
58 58. Pengakuan Kak Anne
59 59. Diculik?
60 60. Kabur!
61 61. Tertangkap
62 62. Damai
63 63. Bersiap Untuk Berpisah
64 64. Ustadz Amar Pergi
65 65. Harapan
66 66. Selamat Ulang Tahun
67 Pengumuman-Pengumuman
68 67. Orang-orang baru
69 68. Kunci Sebuah Hubungan
70 69. Sayang Jangan Marah-Marah
71 70. Intropeksi
72 71. Aku Sudah Menikah
73 72. Rencana Naik Gunung
74 73. Naik Gunung
75 74. Puncak
76 75. Turun Gunung
77 76. Mas Suami Pulang
78 77. Tamu Tak Diundang
79 78. Aku Bapaknya!
80 79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81 80. Kedatangan Dasha
82 81. Menjemput Suami
83 82. Kita Cerai
84 83. Pulang
85 84. Jaga Jarak
86 85. Hamil?
87 86. Boleh Duduk Di Sini?
88 87. Keputusan Besar
89 88. Anything For You
90 89. Aku Gendut!
91 90. Tanda-tanda Melahirkan
92 91. Lahir!
93 92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94 93. Keluarga Bahagia
95 94. Happy Ending
96 Novel baru
97 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Kena Hukuman
2
2. Partner Of Crime
3
3. Munafik!
4
4. Penyelamat
5
5. Pulang Ke Rumah
6
6. Menikah?
7
7. Ayo Menikah!
8
8. Sah!
9
9. Pindah ke Apartemen
10
10. Om Suami
11
11. Masuk Organisasi
12
12. Alergi
13
13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'
14
14. Dia Om Saya!
15
15. Kedatangan Keluarga Syahla
16
16. Istri Yang Sempurna
17
17. Naik Kereta Gantung
18
18. Gosip
19
19. Diantar Kak Rama
20
20. Kamus Bahasa Wanita
21
21. Toxic
22
22. Ngelabrak!
23
23. Sakit Tipes
24
24. Saya Kan Pasien!
25
25. Kak Anne Hamil
26
26. Adegan Romantis
27
27. Ready! Action!
28
28. Kalau Saya Suka Kamu, Gimana?
29
29. Malu Banget!
30
30. Bertemu Kak Anne
31
31. Saya Nggak Akan Cemburu
32
32. Om Suami Selingkuh?
33
33. Mama Mertua
34
34. Saya Cemburu!
35
35. Seratus Hari Pernikahan
36
36. Sakit?
37
37. Masakan Syahla
38
38. Saya Suaminya Syahla
39
39. Kak Rama Menyerah
40
40. Pulang Ke Rumah Mertua
41
41. Bulek
42
42. Masa Lalu Bulek
43
43. Pergi Ke Al-Raudhah
44
44. Apa Istimewanya Suamimu?
45
45. Penyelesaian Yang Sederhana
46
46. Rumah Ternyaman
47
47. Kembali ke Jakarta
48
48. Mas Sayang
49
49. Badai (1)
50
50. Badai (2)
51
51. Istri Anda yang Menggoda Saya
52
52. Hari Esok Akan Lebih Baik
53
53. Maafkan Saya
54
54. Tidak Ada Bukti
55
55. Konferensi Pers
56
56. Pengakuan Kak Rama
57
57. Cucu yang Dibanggakan
58
58. Pengakuan Kak Anne
59
59. Diculik?
60
60. Kabur!
61
61. Tertangkap
62
62. Damai
63
63. Bersiap Untuk Berpisah
64
64. Ustadz Amar Pergi
65
65. Harapan
66
66. Selamat Ulang Tahun
67
Pengumuman-Pengumuman
68
67. Orang-orang baru
69
68. Kunci Sebuah Hubungan
70
69. Sayang Jangan Marah-Marah
71
70. Intropeksi
72
71. Aku Sudah Menikah
73
72. Rencana Naik Gunung
74
73. Naik Gunung
75
74. Puncak
76
75. Turun Gunung
77
76. Mas Suami Pulang
78
77. Tamu Tak Diundang
79
78. Aku Bapaknya!
80
79. Semoga Selamat Sampai Tujuan
81
80. Kedatangan Dasha
82
81. Menjemput Suami
83
82. Kita Cerai
84
83. Pulang
85
84. Jaga Jarak
86
85. Hamil?
87
86. Boleh Duduk Di Sini?
88
87. Keputusan Besar
89
88. Anything For You
90
89. Aku Gendut!
91
90. Tanda-tanda Melahirkan
92
91. Lahir!
93
92. Muhammad Khalid Ibnu Ammar
94
93. Keluarga Bahagia
95
94. Happy Ending
96
Novel baru
97
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!