"Bisa nggak Lo jauhin Ivan?" Andre menarik paksa tangan Agatha yang terus meronta.
"Lepas Ndre!" ujar Agatha mencoba menarik tangannya. Namun cengkeraman Andre begitu kuat. Dan dengan nekadnya Andre menggendong tubuh mungil Agatha dan memasukkannya paksa ke dalam mobil.
"Andre kamu ini apa-apaan sih! Mau kamu apa?" tanya Agatha merasa kesal dengan sikap keterlaluan Andre hari ini.
Andre tak menyahut, dengan sigap memasang safety belt di tubuh Agatha. Lalu beralih ke sisi lain mobil.
"Bisa nggak jawab dulu pertanyaanku!" Agatha meninggikan suaranya.
Namun Andre memilih diam dan melajukan mobilnya perlahan. Mobil merah itu membelah jalanan yang ramai lancar. Sepanjang perjalanan, Agatha hanya membuang muka ke arah lain. Kesal rasanya dengan perlakuan Andre hari ini. Berniat mendiamkannya selama perjalanan, meski hatinya merasa tak tenang. Pikirannya berkecamuk, kemana Andre akan membawanya. Mungkinkah Andre akan melakukan hal yang sama padanya. Atau bahkan Andre akan berbuat hal yang lebih jauh, seperti menyekapnya di suatu tempat. Agatha bergidik ngeri membayangkan, jika dia adalah korban penculikan yang diperlakukan buruk. Dan bagaimana jika kedua orang tuanya khawatir, mencari anak semata wayangnya yang hilang tanpa berbekas.
Tiba-tiba ponsel Agatha berbunyi, terlihat nama Ivan di layarnya.
"Jangan diangkat!" titah Andre
"Apa urusannya sama kamu?" balas Agatha sewot
Jarinya berniat menekan tombol hijau di layar. Dengan cepat, Andre merebut paksa ponsel Agatha dan melemparkannya ke arah dasboard yang sulit dijangkau oleh Agatha.
"Balikin Ndre!" teriak Agatha
Andre terdiam, sama sekali tak merespon dan fokus kembali ke jalan. Agatha pun melepas safety beltnya dan berinisiatif meraih ponselnya dengan berbagai cara. Tanpa sadar dada Agatha sudah menempel di tangan Andre. Dengan kedua tangan menjulur hendak mengambil apa yang memang miliknya. Posisi Agatha tidak menguntungkan bagi Andre. Setengah tubuhnya menutupi pandangan Andre sehingga Andre terpaksa mendorongnya ke samping. Tubuh Agatha terhempas kasar ke tempat duduknya.
Tepat di hadapannya, seorang pengendara motor menyeberang dengan tiba-tiba.
"Awas Ndree!" pekik Agatha
Mobil Andre terhenti. Tubuh Agatha terantuk ke depan. Pun halnya Andre. Nyaris saja Andre kembali menghilangkan nyawa orang lain. Napas Agatha memburu, kilasan kejadian beberapa bulan lali kembali muncul di ingatannya. Kedua mata Agatha mengerjab kebingungan. Disertai keningnya yang mulai berkeringat. Agatha memegangi kepalanya yang berdenyut. Tampak di depan matanya sosok Ricky yang terkapar berlumuran darah.
"Nggak, kamu nggak boleh pergi Ric! Nggak!" Agatha berteriak histeris sambil menatap ksosong ke arah depan
Kepalanya tampak menggeleng, dengan air mata bercucuran. Andre menyadari, ada sesuatu yang tidak biasa dari gadis di sebelahnya.
"Jangan.. Jangan pergi Ric. Jangan tinggalin aku. Bangun Ric!" tangisnya semakin menjadi hingga Andre pun panik karenanya.
Tubuh Agatha terguncang, dengan isakan yang semakin jelas terdengar. Muka Agatha merah padam, kedua matanya menutup hanya tangisannya belum juga mereda.
ANDRE POV
Ku lepaskan sabuk pengaman yang menempel padaku. Setelah berhasil ku tepikan mobilnya agar tidak menghalangi para pengguna jalan yang lain. Aku mendekatkan tubuhku, dengan sedikit gemetar ku tarik gadis itu ke dalam pelukanku. Hangat, itulah yang ku rasakan. Lama sudah aku tidak memeluk atau dipeluk seseorang. Kali ini, aku merasakannya dengan sedikit berbeda. Masih ku lihat air mata Agatha yang tidak kunjung berhenti. Tubuhnya bergetar menahan kesedihan dari luka masa lalu yang tidak bisa dia bendung. Sejenak aku merasa iba, akulah yang menyebabkannya begini. Karena aku dia harus menanggung beban ini sendirian. Aku mengeratkan pelukanku sambil sesekali mengusap rambut hitamnya yang terikat. Ku rasakan tangisannya mereda, hanya sesenggukan pelan disertai wajahnya yang terus diusapkan pada kemejaku. Biarlah pikirku, tidak tega rasanya melihat gadis ini menangis. Jika diijinkan aku ingin menjadi sandaran ternyamannya dalam segala keadaan. Tunggu! Omong kosong apa aku ini.
Aku mengurai pelukanku, kedua mata bulat itu sembab, dengan pipi yang basah. Ku usap lembut dengan kedua jariku. Ku lihat dia masih menatap kosong ke arahku. Mungkin masih shock.
"Sorry, gue nggak hati-hati tadi. Dan.. Udah buat Lo keinget sama kejadian di masa lalu." ujarku tulus.
Gadis itu menunjuk ke arah ponselnya yang terus berdering.
"Biar Gue yang angkat." ujarku menekan tombol hijau di layar
"Tha, kamu dimana sih? Di kelas kosong, di parkiran nggak ada. Sampai capek ngelilingi kampus buat nyariin kamu, eh malah ditelpon juga nggak bisa!" suara khas Ivan terdengar panik
"Dia ada sama Gue. Lo tenang aja, Gue bakal jagain Agatha." ujarku sukses membuat Ivan terdiam.
"Van, Lo balik aja langsung. Gue nanti yang anterin Agatha pulang." lanjutku
"Jangan macam-macam Ndre. Atau Gue bakal kasih perhitungan sama Lo!" ancam Ivan
"Pikirkan lagi Van! Berapa banyak yang harus Lo perhitungkan untuk macam- macam sama Gue! Dan Lo lihat, apa yang nyokab Lo bakal lakuin kalau sampai tahu hal ini." aku tidak takut. Secara teknis keluarga Ivan berhutang banyak pada keluargaku. Jika dia sadar akan posisinya sebagai inang, harusnya dia tidak berniat membunuh pohon yang ditumpanginya kan?
Segera aku mematikan teleponku.
"Sini biar Gue pasangin." tawarku hendak memasang kembali sabuk pengaman Agatha
"Aku bisa sendiri." ketus. Gadis ini bersikap dingin sekali. Entah apa yang dia pikirkan tentangku. Dari responnya saja jelas terlihat dia tidak menyukaiku. Apa alasannya aku tidak tahu.
Ku bawa saja gadis ini ke cafe langgananku. Cafe tertutup dengan minuman terbaik yang dijual di dalamnya.
"Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanya Agatha
"Ngopi. Kalau Lo nggak mau, Gue bisa ajak Lo ke tempat lain. Mau ke Colors lagi?" tanyaku
Agatha mengernyit. Aku lupa mana mungkin dia mau kembali ke tempat laknat itu setelah tragedi berdarah yang Ivan alami.
"Gue pesenin. Lo tunggu di mobil aja. Nanti kita minum di.." belum selesai bicara Agatha menyahut
"Kita ke Colors. Tempat kalian minum waktu itu. Ada hal yang harus aku lakuin disana." tukas Agatha tanpa menoleh sedikit pun.
"Lo yakin?" Kali ini dahiku yang berkerut heran. Dia gadis baik-baik kan? Kenapa malah mengajakku ke tempat yang tidak baik. Tapi okelah daripada banyak berpikir, aku ikuti saja alurnya.
Dia lebih banyak diam. Tidak lagi berusaha meraih ponselnya meski sudah di depan mata. Bahkan ku lihat dia tak berminat memainkannya. Aku hanya penasaran, apa yang akan dia lakukan disana. Namun daripada banyak bertanya aku ingin tahu secara langsung rencana gadis ini.
Ku lihat dia turun tanpa ragu. Memesan beberapa minuman dan snack untuk di bawa ke room lantai 2. Tunggu! Kenapa dengannya? Aku mengekor di belakangnya tatkala dia masuk kembali ke ruangan no. 03 itu. Sunyi. Lampu remang-remang yang sengaja dinyalakan membuatku semakin was-was saja. Takut salah mengambil tindakan yang membuat gadis ini menggila lagi.
"Duduk Ndre." ajaknya sambil menyalakan smart tv di hadapan kami
"Lo mau ngapain?" tanyaku tidak lagi bisa menahan rasa penasaranku.
"Nyanyi, lagu yang sama yang cewek itu bawain pas duduk dipangkuanmu!" ujar Agatha
"Untuk apa?" tanyaku
Gadis itu terdiam, membiarkan dirinya larut dalam alunan musik.
"Selama aku mencari.. Selama aku menanti.. Bayang bayangmu di batas senja.."
Suara lembut itu, membuat hatiku berdesir. Agatha Catalina, bisa bernyanyi dengan indahnya. Seketika aku hanyut dalam suasana yang menenangkan batinku. Seolah segala gundah yang ku pendam selama ini, menguap hilang entah kemana.
"Dan kau bisikkan kata-kata.. Aku cinta kepadamu.."
Seorang waitress mengetuk pintu, segera ku bawa senampan penuh pesanan kami. Dan menyodorkan Cocktail yang Agatha pesan.
"Minum dulu! Pasti Lo haus kan habis nyanyi?" ujarku membuka bungkus sedotan dan memasangkannya di gelas Agatha
"Kenapa Ndre? Kenapa kamu lakuin itu?" tanya Agatha
Aku terdiam. Belum sempat menenggak sebotol bir yang sudah ku buka. Fokusku kembali teralih.
"Malam itu, apa yang kamu lakuin setelah nganter Ivan ke rumah sakit?" tanya Agatha
"Owh itu.. Gue.." belum sempat menjawab lagi-lagi Agatha menyela
"Kamu tidur sama Audrey?" tanya Agatha tanpa berbasa basi
Aku terdiam. Memang benar aku tidur dengannya. Darimana dia bisa tahu, dan apa hubungannya dengan Agatha. Kenapa dia merasa aku harus menjawab pertanyaannya?
"Nggak perlu dijawab, Audrey sendiri yang cerita. Dia udah melewati malam yang indah bersama dengan pria gagah." sindirian itu seolah menamparku. Gadis ini berbahaya, di sisi lain dia seperti seekor kucing. Namun pada saat tertentu bisa jadi harimau.
"Kenapa itu penting buat Lo!" tanyaku sengit
"Karena aku nggak bisa terima. Cowok yang suka perlakuin cewek seenaknya Ndre. Buatku kamu udah keterlaluan kamu manfaatin rasa suka mereka dan menghancurkannya!" tukas Agatha
Cewek mana lagi yang ku hancurkan? Tidak satu pun dari mereka yang masih p*rawan. Aku bahkan sudah membuktikannya sendiri.
"Ndre, cukup berhentilah! Jangan membuat dirimu semakin larut ke dalam kesalahan yang nantinya nggak akan bisa kamu perbaiki lagi." ujarnya sambil mengaduk pelan minumannya
"Kenapa Lo peduli sama apa yang Gue lakuin?" tanyaku
Ku lihat dia menatapku lekat-lekat. Aku masih menunggu jawabannya.
"Karena aku tahu apa yang kamu rasain. Dan hal itu nggak akan merubah keadaanmu. Dan sejujurnya, aku kasihan sama cewek-cewek yang udah kamu rusak. Nggak habis pikir gimana masa depannya." lanjut Agatha sambil menggelengkan kepalanya
Aku mendengus kesal. Rupanya Ivan sudah menceritakan kebrengsekanku padanya. Baiklah kini tidak akan ku tutupi lagi. Lagipula apa responnya jika dia ada di posisi mereka.
"Gue mandul! Jadi seberapa sering pun Gue lakuin itu, mereka nggak akan hamil. Jadi Lo gak perlu khawatirin mereka." balasku
"Justru Lo yang mesti khawatir, karena Lo udah ngajak Gue kesini dan biarin Gue mabuk."
Ku buka kancing bajuku, sengaja menunjukkan abs yang terpahat rapi di dada dan perutku. Aku melepas kemejaku. Ku lihat dia memundurkan tubuhnya. Aku menyeringai, sengaja ingin memojokkannya agar tidak bisa berlari lagi. Ku lihat dia hendak berdiri menjauh. Dengan cepat ku tarik kedua tangannya dan ku pegang dengan satu tangan. Tubuhku kini nyaris menindihnya. Wajah kami berjarak sangat dekat.
"Lo yang udah nyerahin diri dengan sukarela. Bukan Gue yang nakal! Tapi Lo sendiri yang membuka kesempatan !"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments