Agatha merapikan seragamnya, sebelum turun dari taksi. Setelah membayar ongkos, kaki kecilnya mulai melangkah keluar. Bersiap menerima pengumuman kelulusan hari ini.
Jalanan tampak lengang, maklum baru pukul 06.00. Agatha berjalan perlahan menuju gerbang sekolahnya. Sebelum akhirnya, sebuah mobil menepi.
"Hei!" panggil Andre yang turun dari mobil
Agatha menoleh ke arah sumber suara. Sementara di depannya, Ivan sudah berdiri dengan tas di punggungnya.
"Tha, bisa kita bicara sebentar?" tanya Ivan
Agatha menatap pria di hadapannya. Tampak raut wajah tegang Ivan seolah cemas akan sesuatu.
"Ada hal penting yang mesti Lo tau!" ujar Andre berjalan mendekat ke arah Agatha
Agatha terdiam, menatap kedua pria itu secara bergantian. "Ada apa dengan mereka?" pikirnya
"Gue dengar dari teman sekolah Lo, kalau Lo habis kecelakaan dan pacar Lo meninggal." ujar Andre
Agatha tak merespon, masih dalam posisi yang sama.
"Lo pasti sedih banget kan, apalagi pelakunya belum ketemu sampai sekarang." lanjut Andre
"Tha, tolong ikut aku sebentar." pinta Ivan
Agatha tak menanggapi keduanya, dia masih stay untuk mendengarkan.
"Gue tahu siapa pelakunya. Gue ada di lokasi kecelakaan hari itu. Dan Gue kenal siapa pemilik mobil yang udah nabrak Lo." ujar Andre perlahan dengan seringaian di bibirnya.
Kedua mata Andre menatap lurus ke arah Ivan, Ivan terlihat semakin gusar.
"Tha, please." ujar Ivan benar-benar tidak ingin Andre melemparkan kesalahan padanya.
"Lo bisa jadikan Gue saksi buat lapor polisi." bisik Andre ke telinga Agatha
"Agatha, tolong. Ayo kita pergi ke tempat lain. Biar aku jelaskan sesuatu." ajak Ivan untuk ke sekian kalinya
"Gimana, apa Lo mau Gue bantu?" tanya Andre
Agatha menggeleng. "Aku nggak peduli lagi soal itu. Semua udah terjadi. Andai pelakunya ketemu pun juga nggak akan merubah keadaan."
Agatha berbalik ke arah Andre. "Cuma satu yang pasti, pelakunya adalah seorang pengecut yang nggak punya hati. Dan aku nggak akan membuang waktu untuk orang seperti itu."
Kalimat Agatha sukses membuat Andre terkejut, bagaimana tidak, jebakan yang sudah dia siapkan untuk Ivan justru menjadi boomerang untuknya.
"Terima kasih untuk penawarannya." ucap Agatha untuk terakhir kali sebelum pergi
Ivan hanya menatap Agatha yang masuk ke dalam sekolahnya. Andre berjalan mendekatinya, menepuk bahu sahabatnya itu pelan.
"Sekarang Gue tahu apa alasan Lo, di balik semua sikap Lo belakangan ini." ujar Andre
"Lo nggak kasihan sama dia Ndre? Lo bahkan nggak punya nyali buat akui kesalahan Lo! Minta maaf kek, Lo sama sekali nggak punya tanggung jawab!" celoteh Ivan
Andre tersenyum simpul. "Gue lebih kasihan sama diri Gue sendiri. Gimana nanti masa depan Gue, kalau tuh cewek tahu dan beneran nglaporin ke polisi. Gue habis di penjara, dan otomatis Lo juga akan keseret ke dalam masalah ini. Karena Lo, orang yang udah ngajak Gue kabur waktu itu!"
Ivan terdiam, membenarkan ucapan Andre.
"Jadi sebaiknya, Lo simpan baik-baik rahasia ini." ujar Andre berjalan masuk kembali ke dalam mobilnya
...****************...
Agatha duduk di balkon kelasnya. Kedua matanya mulai berair. Bukan dia mengikhlaskan kepergian Ricky begitu saja. Tapi mengusut masalah ini membuat keadaan semakin rumit. Jujur jauh dalam hatinya, Agatha masih penasaran pada pelaku sebenarnya yang menabraknya waktu itu. Ingin juga rasanya membalas dengan hukuman setimpal. Namun dia sadar, tidak ada gunanya bagi Agatha.
"Tha, kok nangis?" seloroh Kayla yang baru datang
Buru-buru, Agatha mengusap air matanya.
"Kamu kenapa Tha?" tanya Kayla duduk di sebelahnya
Agatha menggeleng, lalu tersenyum tipis.
"Kamu deg-deg an ya nunggu hasil ujian?" tanya Kayla
Lagi-lagi Agatha menggeleng.
"Kamu kenapa sih Tha?" desak Kayla
"Aku kangen Ricky Key. Biasanya tiap terima rapor dia selalu ngecek nilaiku, dan marahi aku kalau ada mapel yang nggak lulus. Tapi di hari penting kayak gini, dia malah nggak ada." terang Agatha tertawa getir
Kayla menatap sendu sahabatnya yang kembali menangis. Memang berat melupakan kenangan bersama orang yang kita sayangi. Apalagi Ricky sangat berarti untuk Agatha.
"Oh iya Tha, gimana kamu jadi daftar di UNAIR Tha?" alih Kayla
Agatha mengangguk.
"Sekarang aku udah tahu mau kemana Tha." terang Kayla
"Kamu mau lanjut kuliah atau kerja Key?" tanya Agatha
"Aku mau kuliah kesenian di Jogja. Setelah ku pikir-pikir, otak oon kayak aku nggak bisa terlalu banyak berpikir. Jadi mending belajar seni, kan selain nggak rumit, pake hati. Jadi nggak pusing deh!" gurau Kayla disambut oleh tawa kecil Agatha
"Akhirnya ketawa!" tukas Kayla
"Kamu yakin Key? Nglukis aja kamu nggak bisa, buat kerajinan juga minta tolong aku." balas Agatha
"Tapi kan aku bisa dance, bisa nari dan suaraku bagus Tha!" ujar Kayla
Agatha kembali mengulum senyumnya.
"Key, ingat nggak waktu SMP pas kamu diminta ngisi acara perpisahan kelas 9. Kamu salah gerakan, udah gitu turun panggung pakai kesleo lagi." Agatha mengingatkan moment 3 tahun lalu.
"Duh Tha, jangan diinget-inget bagian itunya! Malu tau. Tapi aku bisa nyanyi loh, mau dengar suaraku?" protes Kayla
Agatha menggeleng. Cukup sudah dia mendengar suara cempreng yang setiap saat mendendangkan nada-nada sumbang versi Kayla.
"Dengerin bentar aja Tha!" paksa Kayla sengaja ingin membuat Agatha melupakan masalahnya
Agatha menggeleng sambil terus tertawa menatap wajah bulat Kayla yang menggembungkan pipinya.
"Aelah!"
"Key, Tha pengumumannya udah dipasang loh!" seloroh Meylani yang berlari dari ruang guru
"Ayo Tha!" ajak Kayla menarik tangan sahabatnya itu
Tampak kerumunan siswa sedang memperhatikan tempelan kertas di mading. Beberapa diantaranya berjingkrak kegirangan mendapati kata LULUS atas hasil ujian kemarin. Ada juga yang murung karena nilai yang diharapkan tidak sesuai.
Kayla menerobos teman-temannya. Memberikan jalan untuk Agatha ikut melihat juga. Kayla mencari dari urutan paling bawah. Meruntut deretan nama dari lembar-lembar yang berjejer. Dengan jeli memperhatikan angka itu satu per satu.
Kayla Adia dengan skor 52,25. Kayla berteriak kegirangan mendapati namanya di urutan 87. Sementara Agatha masih cemas karena tak kunjung menemukan namanya, sampai pada akhirnya. Agatha Catalina di urutan pertama dengan skor 56,40.
"Kamu urutan pertama Tha!" pekik Kayla
Agatha terdiam bingung mengekspresikan kebahagiaannya.
"Ini beneran namaku kan Key?" tanya Agatha memastikan
"Iya Agatha Catalina. Kamu peringkat pertama!" ujar Kayla dengan bangganya
"Kamu berhasil Tha, kamu bisa buat Ricky bangga sama pencapaianmu!" seloroh Kayla
Mata Agatha beriak. Air mata itu lolos begitu menyadari usahanya tidak sia-sia. Agatha memeluk erat Kayla sambil terus berkata. "Aku berhasil Key, akhirnya aku bisa nerusin jejak Ricky buat masuk UNAIR."
"Selamat ya Tha. Aku turut bahagia buat kamu!" balas Kayla ikut terharu bersamanya
"Wah Tha, selamat ya!" ujar beberapa siswi menghampiri mereka.
Agatha hanya tersenyum. Merasa bersyukur atas pencapaiannya hari ini.
"Kita harus rayain kelulusan ini Tha! Kita main yuk!" ajak Kayla dengan penuh semangat
Agatha terdiam, tampak memikirkan sesuatu.
"Agatha! Kok malah bengong sih?" tanya Kayla
"Maaf Key, tapi aku harus bertemu seseorang hari ini." balas Agatha mendadak sedih kembali
"Gebetan baru ya! Ciyee.." goda Kayla
Agatha tersenyum simpul. "Mungkin lain waktu Key, kita bisa olahraga bareng trus hunting streetfood kayak dulu!"
"Oke, kamu yang traktir ya! Hari Minggu ini jam 8 pagi. Kita harus bersenang-senang sebelum akhirnya fokus ke kuliah masing-masing!" ujar Kayla
"Dan satu lagi Tha, kamu harus kenalin gebetan barumu itu ya!" lanjut Kayla masih dengan bahasan yang sama
"Mana ada Key, aku emang mau ketemu seseorang. Tapi bukan gebetan baru." balas Agatha
"Terus siapa? Pacar baru?" balas Kayla dengan tatapan menyelidik
Agatha menggeleng. "Hati-hati ya Key pulangnya."
"Key, ayo keliling kota bareng-bareng!" ajak Meylani bersama siswi lain
" Boleh. Seru tuh kayaknya. Tha aku duluan ya!" pamit Kayla berlari mengikuti teman-temannya
Agatha hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Dalam pikirannya tertuju satu tempat yang sangat ingin dia kunjungi. Agatha berjalan keluar sekolah, membeli bunga yang sama dan mencegat sebuah taksi. Tanpa dia sadari seseorang tengah mengamatinya dari dalam mobil dan mengikutinya.
Agatha turun di gerbang putih yang waktu itu dia datangi. Setelah membayar kakinya kembali masuk ke gang kecil yang mengarah ke pemakaman. Tampak sudah hafal dengan tempat ini, Agatha sama sekali tidak kesulitan menemukan tempat Ricky.
Agatha meletakkan tulip ungu kesukaannya di samping nisan. Tanpa sungkan, dia duduk di sebelah makam yang mulai ditumbuhi rerumputan kecil. Agatha mengusap tulisan nama yang bertengger.
"Hai Ric. Apa kabar? Kamu tahu Ric, aku udah baik-baik saja sekarang. Ya meskipun sulit untuk melupakan 4 tahun kebersamaan kita, tapi aku berusaha untuk mengisinya dengan hal-hal positif Ric. Sama kayak dulu pas kita masih LDR an. Sms nggak dibales kita marahan. Setelah ditelpon baikan lagi. Hehehe sereceh itu ya hubungan yang kita jalani." Agatha tersenyum miris membayangkan semua masa indah itu hanya tinggal kenangan sekarang.
"Oh iya, kamu udah tahu belum? Aku jadi nomor 1 di sekolah. Kamu harus bangga dong sama aku! Aku bisa buktiin ke kamu, kalau aku bisa diandalkan. Hehe" Agatha terus bermonolog seolah Ricky memang ada di depannya. Bicara dengannya.
"Tapi aku sedih Ric, moment ini harusnya bisa kita nikmati sama-sama. Kita rayain, holiday sama kayak janji kamu dulu. Kita ke jogja bareng, main ke rumah nenek kamu." Agatha mulai tersedu.
"Sekarang semua itu udah nggak bisa aku lakuin. Aku sendirian Ric." Tangisnya semakin menjadi Tatkala moment kebersamaan itu terlintas di pikirannya. Agatha memeluk kedua lututnya sendiri. Hal yang selalu dia lakukan ketika dia tidak sanggup menahan kepedihannya.
"Udah tangis-tangisannya. Sekarang, waktunya aku susun masa depan yang cerah. Sesuai harapan kamu, aku harus bisa jadi orang berguna di kemudian hari! Maaf soal tangisan hari ini Ric. Aku janji akan jadi orang yang lebih kuat saat kembali kesini nanti." ujar Agatha mengusap kasar pipinya yang basah.
"Ric, asal kamu tahu. I still loving you. Ever and forever." akhir kata Agatha sebelum meninggalkan pemakaman.
Agatha kembali ke jalan utama. Belum sempat dia sampai di ujung gang, sebuah mobil yang dia kenali terparkir di hadapannya. Bersama dengan seorang pria yang berdiri membelakanginya.
"Mobil ini kan..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments