BAB XVII BUKAN KENCAN BUTA

"Dia milik Gue!"

Andre menerjang ke arah Ivan yang mencoba melindungiku. Sebuah pukulan dia daratkan tepat di wajah Ivan. Sontak kami berteriak. Terutama Audrey yang segera berlari untuk menarik mundur Andre.

"Lo udah gila ya!" maki Ivan mencoba bangun dari posisinya sekarang

"Lo yang gila. Gadis ini. Dia, milik Gue Van. Berani-beraninya Lo nyentuh dia sebelum Gue! Lo bangs*t!" ujar Andre melayangkan pukulan keduanya.

Ivan terjatuh kembali di lantai, kali ini darah segar mengalir dari lubang hidungnya.

"Ivan, kamu nggak apa-apa?" tanyaku mencoba membantunya berdiri.

Belum sempat berdiri dengan sempurna, Andre menarik paksa kerah baju Ivan untuk mendekat ke arahnya.

"Agatha milik gue. Dia punya Gue!" teriak Andre membabi buta

Aku yang geram melihatnya pun segera melayangkan sebuah tamparan di pipinya.

"Jijik! Aku jijik lihat cowok nggak bermoral kayak kamu! Kamu bilang aku punyamu? Atas dasar apa Ndre, aku kira selama ini kamu cowok baik-baik. Nyatanya, kamu lebih b*jat dari binatang sekalipun! Aku yakin Chintya pasti kecewa dari atas sana. Dan dia bakal nyesel pernah habisin seluruh hidupnya buat cowok kayak kamu!" tukasku dengan amarah yang memuncak

Tiba-tiba sebuah botol kaca melayang ke arahku. Prang... Kepingan kaca itu berjatuhan. Lagi-lagi Ivan melindungiku. Ku lihat pelipis kanannya mengeluarkan darah. Aku yang panik bergegas menariknya keluar dari ruangan ini. Sebelum pergi, ku sempatkan melihat keadaan Andre. Dia hanya terdiam mematung tanpa ekspresi. Wajahnya masih sama mengerikan dengan yang ku lihat tadi. Auranya menggelap. Aku tahu dia menahan emosi karena kata-kataku tadi. Tapi aku tidak peduli, dia harus tahu bahwa semua yang dilakukannya selama ini adalah sebuah kesalahan.

"Dasar wanita gila! Awas aja kalau kamu berani nyakitin Kak Andre lagi! Aku habisin kamu!" teriak Audrey sambil menggenggam botol miras yang sudah hancur di tangannya.

Sekarang aku tahu, bukan Andre yang menyakiti Ivan tapi gadis hina ini. Aku tak lagi menggubris ocehan mereka. Aku terus memapah Ivan untuk menuruni tangga satu per satu. Sambil berusaha menutupi luka dengan topi jaketnya yang tebal.

"Sorry ya Tha, aku salah udah ngajak kamu kemari." ucapnya lirih

Bodoh sekali pria ini, harusnya akulah yang tidak enak hati padanya. Karena melindungiku, dia harus terluka separah ini.

"Kamu masih kuat nyetir nggak Van? Atau kita pesan taksi aja, buat ke rumah sakit?" tanyaku sambil berjalan ke arah luar.

"Biar gue yang bawa mobilnya." Suara Andre terdengar parau

Aku menoleh ke belakang. Tampak rambutnya berantakan dengan beberapa kancing baju terlepas dari tempatnya.Tampilan Andre yang kacau menjadi tontonan gratis bagi para pengunjung pub ini.

"Lo lagi mabuk Ndre, jangan sampai Lo nabrak orang lagi cuma gara-gara nyetir dalam keadaan mabuk." seloroh Ivan mencegah Andre masuk ke mobilnya.

"Geser!" pinta Andre

"Nggak usah Ndre." larangku sambil mendorong pelan tubuhnya

Kedua mata coklat itu menatap tajam ke arahku. Seolah mengingatkan agar aku tidak ikut campur dalam hal ini.

"Minggir!" ujarnya pelan, nyaris tak terdengar.

Aku pun beralih ke kursi belakang dan membiarkan Ivan bergeser di bangku samping kemudi. Andre pun menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan pub.

Ku dengar teriakan Audrey memanggil sambil terus berlari mengejar kami.

"Audrey Ndre." ujarku

Andre tak bergeming justru semakin menambah kecepatan laju mobilnya. Aku terdiam, enggan memulai percakapan dan membiarkan perjalanan ini terasa sunyi. Royal Hospital. Begitulah tulisan besar yang ada di hadapanku sekarang. Dengan sigap Andre membelokkan mobil ke arah IGD. Dan keluar untuk memapah Ivan. Aku yang juga khawatir pun berniat membantu namun Andre menolaknya. Alhasil aku hanya menguntit mereka berdua sampai ruang perawatan.

Andre membiarkan tubuh Ivan dibawa masuk ke ruang penanganan. Lalu menyusulku ke ruang tunggu. Kini dia sudah lebih segar, mungkin baru mencuci mukanya. Pakaiannya pun juga sudah rapi, tidak seperti tadi. Kami duduk berjarak, tanpa ada keinginan untuk mengobrol. Hingga ku lihat dia sedang menelepon seseorang sambil sesekali melihatku. Aneh pikirku. Sebenarnya, Andre cukup tampan bagiku, hanya sikap dan perilakunya yang membuatku mundur sebelum berani menyukainya.

(Foto hanya pemanis ya kakak-kakak. By google jg lah pasti hehe. Anggap saja visual Andre seperti ini. 😁)

"Gue antar pulang ya?" tanyanya sambil berdiri menatapku

"Aku ingin diantar Ivan." balasku singkat

"Lo nggak lihat kondisi dia tadi gimana? Lo nggak kasihan apa?" tanya Andre

"Kamu nggak kasihankah udah mukulin Ivan dan ninggalin dia di rumah sakit sendirian?" aku bertanya balik

Ku lihat dia mematung tanpa ekspresi.

"Terserah Lo!" ujarnya lalu duduk kembali di bangku yang tadi

Aku menghela napas. Ingin rasanya aku menasehati banyak hal tapi, memangnya siapa dia dan siapa aku? Aku harus tahu batasan dalam pertemanan, terlebih aku bukan teman dekatnya. Melainkan, hanya sebatas kenal saja.

"Sorry buat hari ini!"

Akhirnya kalimat yang ku nantikan tiba. Aku tersenyum simpul sambil manganggukkan kepalaku tanda mengerti.

"Lo nggak apa-apa kan? Pecahan kacanya, nggak kena Lo kan?" tanyanya lagi

See.. Sekarang dia mencoba peduli?

"Apa sebenarnya tujuanmu Ndre?" tanyaku dingin

Ku lihat Andre mengernyit, mungkin tak memahami nada bicaraku yang setengah meledeknya.

"Kenapa, kamu menghamili anak orang, lalu pergi tanpa bertanggung jawab. Bahkan malam ini kamu sudah bersama dengan wanita lain lagi. Apa tujuanmu sebenarnya Ndre?" tanyaku

Andre terdiam. Mengunci rapat-rapat mulutnya. Sudah tentu dia akan menghindar dari pertanyaan sakartis yang ku ucapkan.

"Lupakan! Jangan menjawab apapun. Karena aku juga tidak peduli dengan alasanmu. Aku hanya mengingatkan, lukamu akan kehilangan Chintya tidak akan pernah sembuh dengan cara seperti ini!" ujarku kembali

"Sok tahu!" olok Andre sambil tertawa gamang

Aku menghela napas kasar. Lalu teringat untuk mengabari mama kalau aku akan sedikit terlambat untuk pulang.

Tak lama berselang, Ivan keluar dengan perban di kepalanya, juga beberapa tempelan kapas dan plester di sepanjang lengan kanannya. Ku lihat dia tersenyum ke arahku. Gegas ku hampiri dia yang berjalan kemari.

"Gimana kondisimu Van? Pusing nggak?" khawatirku

Ivan terdiam. Sambil terus menyunggingkan senyum misterius ke arahku.

"Thank's Tha. Sudah khawatir sama aku." ujarnya membenahi letak perban di kepalanya

"Lo udah nggak apa-apa kan?" tanya Andre

Ivan menggeleng. Tak lupa berterima kasih pada sahabatnya itu.

"Gue duluan, antar nih cewek balik. Gue masih ada urusan." tukasnya sambil berlalu pergi

"Mungkin balik lagi ke tempat tadi untuk melanjutkan urusannya yang sempat terganggu." cibirku dengan suara yang sengaja ku keraskan.

"Sssst.. Jangan bilang gitu Tha. Kasihan Andre." balas Ivan

"Kasihan? Lebih kasihan gadis yang kemarin lusa dihamili sama dia Van! Dia nggak mau nikahin malah cari cewek lain. Satu kampus pula!" sanggahku kesal

Ivan menatap dalam ke arahku.

"Kalau aku ceritain semua tentang Andre yang sebenarnya, apa kamu mau tutup mulut? Dan bantuin aku satu hal." ujar Ivan serius

Aku terdiam, menatap ragu untuk mengiyakan permintaan Ivan.

"Aku nggak yakin, tapi karena malam ini kamu udah nolongin aku. Oke aku usahakan buat bantu kamu." Balasku akhirnya

"Kita ngobrol di tempat lain yuk. Ada coffeshop di sekitar sini." ajak Ivan sambil menggandeng tanganku

POV END

SLULUR....

Secangkir milk based coffe tersaji bersama dengan Cokelat panas yang masih mengepulkan asap. Kini, Agatha berada di coffeshop yang Ivan maksud. Ivan mendekatkan kursi ke arah Agatha agar perbincangan serius mereka tidak terdengar banyak orang.

"Agatha, aku akan mulai cerita dari awal aku kenal Andre sampai sekarang dia jadi seperti ini." Ivan memulai ceritanya

"Andre dulu orangnya humble, asyik. Dia juga suka nolongin orang. Dan aku salah satunya yang dia bantu sampai sekarang. Bahkan tuh mobil, yang aku pakai selama ini. Hadiah ulang tahun dari dia. Ya bekas Kak Andreas sih tapi masih bagus buat dipakai. Nggak cuma itu, dia juga suka nyumbang diam-diam pake uang sakunya buat bantu teman sekelas yang nggak mampu bayar sekolah. Ya bisa dibilang jiwa sosial Andre ini tinggi."

"Aku kenal dia sejak SD, setelah papaku meninggal, dia yang ngasih modal mama buat jualan di kantin sekolah. Hidupku bergantung sama keluarganya Andre. Awalnya kami fine-fine aja berdua, sampai akhirnya Andre kenal Chintya pas kelas 2 SMP. Mereka pacaran. Masih dalam tahap wajar, Andre bucin sama nih cewek. Dia rela lakuin apapun buat Chintya. Sampai di hari pada saat tanding basket sama sekolah lain. Chintya ini kepergok tukeran nomor hp sama pemain basket SMP lain. Lalu Andre mulai cemburuan, sering marah-marah nggak jelas dan nuntut banyak hal ke Chintya termasuk itu."

Agatha mengernyit. "Itu... Mereka.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!