BAB X KELUARGA ISTIMEWA

"Aku ikut.."

Aku menoleh ke arah Agatha yang juga menatapku.

"Boleh?" tanyanya lagi

"Boleh."

POV END

Agatha mengambil jaket kesayangannya kemudian berpamitan pada Kristin. Tak lupa mencium tangan mamanya lalu ikut masuk ke dalam jeep merah Ivan. Ivan tak bergeming, fokus pada jalanan yang ramai. Sesekali matanya menatap gadis di sebelahnya. Agatha yang juga serius memandang jalanan. Kedua mata bulat ini, entah kenapa menyiratkan banyak rahasia untuk Ivan. Agatha tidak pernah mengungkapkan apa yang dirasakannya secara terang-terangan.

"Apa Andre pernah menabrak orang sebelumnya?" tanya Agatha tiba-tiba

CKIT.. Ivan menginjak rem secara mendadak. Terkejut dengan pertanyaan random Agatha.

"Hati-hati Van. Jangan membuatku jantungan. Aku pernah sekali kecelakaan, jangan membuatku mengalaminya lagi. Atau aku akan benar-benar trauma." ujar Agatha lirih

"Maaf." Ivan menjawabnya perlahan lalu kembali melajukan mobilnya

"Kamu belum menjawabnya Van. Apa Andre pernah menabrak seseorang?" Agatha melontarkan pertanyaan yang sama

"I.. Iya. Dulu.." balas Ivan tergagap

"Waktu kecil?" tanya Agatha lagi

"Iya, waktu SMP. Waktu dia belajar naik motor." bohong Ivan tanpa berani menatap Agatha

"Owh, lalu kenapa dia suka mabuk-mabukan?" tanya Agatha lagi

Ivan terdiam beberapa saat sampai menyadari bahwa Andre sudah duduk di tepi trotoar seorang diri. Motor sport itu tergeletak begitu saja tak jauh dari tempatnya duduk.

"Dia.." Ivan mencoba memberi penjelasan namun Agatha lebih dulu turun menghampiri Andre yang terluka

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Agatha menyadari ada lubang besar di lutut dan lengan kiri Andre

Andre melihat sekilas ke arah Agatha dan menoleh ke arah Ivan yang baru keluar dari mobil.

"Tadi gue kerpok di rumah Agatha pas Lo nelpon. Jadi Gue ajakin sekalian dia kesini." terang Ivan seolah mengerti arti tatapan Andre

"Lo telepon bengkel langganan Lo waktu itu ya!" pinta Andre

"Oke. Tha tolong bantu Andre masuk ke mobil ya!" pinta Ivan beralih sedikit menjauh dari mereka

Agatha menunduk mencoba memapah tubuh jangkung Andre dan melingkarkan tangan Andre di bahunya. Aroma musk tercium begitu jelas di hidungnya. Aroma yang sama dengan yang Ricky gunakan. Jantungnya berdebar. Tidak seperti biasanya, ada rasa iba yang mendalam pada pria di sampingnya.

Agatha menatap Andre yang berjalan dalam kesakitan. Wajahnya sedikit pucat, dengan luka ringan di pipi kirinya.

"Pelan-pelan aja Ndre." ujar Agatha sambil berusaha membuka pintu belakang mobil Ivan.

Andre mengangkat kaki kanannya yang tidak terluka untuk masuk lebih dulu. Saat kaki kirinya hendak masuk ke dalam, tanpa sengaja tangannya menarik Agatha ke arahnya. Untuk kedua kalinya, Agatha terjatuh tepat di atas tubuh Andre. Tatapan mereka bertemu, baik Andre maupun Agatha sama-sama merasakan debaran aneh di jantungnya. Napas mereka saling berhembus satu sama lain. Andre menyingkirkan anak rambut Agatha yang menutupi wajahnya. Hingga dengan jelas, Andre bisa melihatnya.

"Lo cantik." gumamnya lirih mengundang rona merah di wajah Agatha

Agatha segera mundur mendadak dari posisinya dan tanpa sadar, kepalanya terbentur atap mobil.

"Aw.." pekiknya mengusap benjolan kecil di kepalanya

Andre tertawa, tanpa suara. Hanya menunjukkan sederetan gigi putih yang menawan. Senyum itu, memabukkan.

"Ndre. Gue udah telepon, dia dalam perjalanan. Lo mau Gue antar ke rumah sakit dulu apa langsung ke rumah?" tanya Ivan

"Rumah sakit!" balas Agatha tanpa diminta

Seketika Andre menoleh ke arahnya.

"Kakimu luka parah, kalau tidak segera diobati bisa infeksi nanti." ujar Agatha

"Pulang. Gue ingin pulang." tegas Andre tanpa memperdulikan tatapan Agatha yang kecewa

"Ayo Tha, ikut sekalian." ajak Ivan kembali naik ke bangku kemudi.

Agatha duduk di sebelahnya. Hening. Suasana canggung tercipta di dalamnya. Agatha hanya memandang lurus ke arah jalan, tanpa berminat sedikit pun membuka percakapan. Sementara Ivan fokus mengemudi, Andre sesekali meringis kesakitan karena kakinya yang terus mengeluarkan darah.

"Lo yakin Ndre nggak mau ke rumah sakit dulu?" tanya Ivan

"Nggak!" balasnya tegas

Ivan mempercepat laju mobilnya hingga sampai di sebuah rumah mewah dengan beberapa mobil terparkir di halamannya.

"Ini rumah siapa Van?" tanya Agatha

Ivan menunjuk Andre dengan tatapan matanya. Agatha menoleh. Mulutnya menganga tak percaya dengan pemandangan di depannya.

"Ini rumah kamu Ndre?" Agatha mengulangi pertanyaannya.

Andre tak menyahut. Sementara Ivan sudah turun lebih dulu untuk memanggil bantuan.

"Nggak nyangka rumah kamu sebagus ini Ndre. Ini keren banget." Rasa takjub tidak lagi bisa Agatha sembunyikan.

Tanpa sadar Andre tersenyum samar.

"Ndre ayo Gue bantu turun." ujar Ivan datang bersama seorang laki-laki yang lebih dewasa

Dari perawakannya sekilas mirip seperti Andre hanya lebih gemuk dan terawat.

"Nggak usah bantu Gue. Van Lo kuat kan mapah Gue sampe kamar!" ujar Andre seperti memberikan perintah

"Sini aku bantu." ujar Agatha memapah sisi lain tubuh Andre

"Gue siapin obat-obatannya dulu!" ujar Andreas

Andre tak menanggapi kakaknya itu dan hanya fokus pada jalannya yang tertatih.

"Ya ampun Andre. Kok bisa sampai seperti ini sih? Kamu nabrak apa tadi?" tanya Wulan dengan wajah cemas

"Tergelincir aspal tante. Andre nggak mabuk kok. Juga nggak nabrak orang." terang Ivan

"Ya sudah kamu bawa ke kamar ya Van. Ini.." Wulan tampak heran melihat Agatha yang baru sekali ini datang

"Dia temanku di kampus Ma." ujar Andre singkat

"Owh, teman baru kamu Ndre? Pantes mama baru tahu, mari masuk." ujar Wulan mempersilakan

Mereka bertiga berjalan masuk ke kamar paling depan dengan pintu bertuliskan "RUANG PRIBADI DILARANG MASUK" Agatha melirik ke arah Ivan untuk menanyakan apa maksudnya.

"Andre suka menyendiri, jadi dia tulislah kayak gini di depan pintu." ujar Ivan

"Gue denger kalian bicara. Lo lagi Tha, kenapa sih nanyanya nggak ke Gue aja?" kesal Andre membuka pintu kamarnya

"Kan aku nggak tanya apapun Ndre." balas Agatha lesu

Andre terdiam, memang dia tidak mendengar Agatha. Hanya Ivan yang tiba-tiba menjelaskan makna tulisan itu.

"Duduk dulu Ndre. Biar Gue obatin luka Lo!" ujar Andreas datang dengan kotak P3K dan sebaskom air hangat

"Nggak usah sok peduli sama Gue! Pergi sana Lo!" maki Andre membuat Agathe tersentak

"Ndre!" panggil Ivan menekankan ada Agatha di sampingnya

Andre terdiam. Membiarkan kakak laki-lakinya menyeka kakinya.

"Ayo kita ngobrol di depan saja. Biarkan Andre istirahat." ujar Wulan menengahi mereka

Agatha dan Ivan hanya menurut. Secangkir teh dengan kue kering yang cantik tersaji di ruang tamu. Lantai kaca dengan kolam ikan di bawahnya membuat senyum Agatha tak henti-hentinya mengembang.

"Cantik ya!" ujar Wulan menyadari ekspresi Agatha

"Iya cantik tante." balas Agatha malu-malu

"Bukan ikannya, tapi kamunya yang cantik." balas Wulan sambil tersenyum

Agatha melongo.

"Saya mamanya Andre, panggil aja tante Wulan. Cantik ini namanya siapa?" tanya Wulan dengan lembut

"Agatha tante!" balas Agatha dan Ivan bersamaan

Agatha dan Ivan saling menoleh.

"Ivan, tante tanya ke Agatha. Kok kamu ikut-ikutan jawab sih! Memangnya kamu cantik?" tanya Wulan

"Cantik kok tante!" seloroh Agatha disambut gelak tawa Wulan

"Jangan diambil hati ya sikapnya Andre tadi. Dia memang sedikit nggak akur sama kakaknya." tukas Wulan

Agatha mengangguk mengerti.

"Ayo dicicipi, roti buatan tante. Enak loh ini." tawar Ivan lebih dulu membuka toples kaca dihadapannya

"Ivan ini kebiasaan. Kalau kesini suka habisin makanan!" seloroh Wulan gemas

"Di rumah saya juga tan. Baru belajar sebentar sudah habis es sirup 3 gelas." imbuh Agatha

"Ck.. Jangan buka aib dong Tha! Masak sama teman sekelas sendiri kayak gitu." ujar Ivan

"Owh, Agatha ini ambil ekonomi juga? Beda jurusan dong ya sama Andre." ujar Wulan

"Iya tante."

"Kok bisa kenal sih sama Andre? Pasti Ivan yang ngenalin ya?" terka Wulan

"Dulu sekolah kita hadap-hadapan tante. Dia di SMA Raya, jadi nongkinya sama-sama di warung Bu Imah. Jadi ya jelas kenal dong tante." terang Ivan sambil mengunyah kue kering di mulutnya

"Gimana anak saya ganteng kan Tha?" tanya Wulan basa basi

"Gantengan sayalah tan!" sergah Ivan

Agatha hanya tertawa. Tanpa dia sadari seseorang menguping pembicaraan mereka dibalik dinding. Senyum tipis mengembang di bibirnya. Senyum yang sudah lama menghilang, mendadak kembali karena interaksi mereka bertiga.

"Cantik.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!