"Gue sama dia.." Ivan sengaja menggantung kalimatnya untuk melihat ekspresi Agatha
"Nggak! Nggak ada hubungan apa-apa. Kita cuma.. Teman." sahut Agatha dengan raut muka datarnya
Nathan tercengang, menatap ke arah Ivan dan Agatha secara bergantian.
"Tapi ini Tha?" tanya Kayla masih bersikukuh membenarkan gambar yang diambilnya
"Itu cuma makan es krim karena waktu itu lagi ada promo buy 1 get 1." balas Agatha
"Yah, kirain.." Kayla tampak kecewa
"Kok Lo yang kecewa sih?" tanya Nathan
"Kan nggak bisa deketin Kak Andre. Soalnya bisa aja kan, Agatha yang jadi pacarnya." ujar Kayla dengan wajah melasnya
Terdengar tawa Ivan dan Nathan yang membahana. Kayla mengerucutkan bibirnya. Menunjukkan ketidaksenangan atas status mereka. Agatha menepuk jidatnya sendiri, Kayla memang kelewat konyol. Untuk hal seperti itu pun dia kelepasan bicara.
"Tenang aja Key. Andre nggak mungkin pacaran kok, setidaknya tidak dalam jangka waktu dekat ini!" ujar Ivan
"Kenapa?" tanya Kayla dan Agatha bersamaan.
"Masih gamon. Kan ceweknya meninggal 2 tahun lalu. Gara-gara sakit sih!" terang Nathan
Agatha terdiam. Entah kenapa terbesit rasa kasihan pada pria itu.
"Sekarang aku tahu kenapa dia bersikap menyebalkan." gumam Agatha
"Kenapa?" tanya Kayla dengan polosnya
"Karena dia ngrasain apa yang aku rasain."
Hening. Percakapan itu seolah menghilang begitu saja. Ivan merasa kikuk sendiri, harusnya dia tak mengatakan hal yang memancing Nathan membuka rahasia sahabatnya.
"Key, ayo pulang. Aku udah lapar." ajak Agatha pergi
"Oke deh. Dah kak Nathan, Kak Ivan!" pamit Kayla melambaikan tangan ke arah mereka.
"See you next time." balas Nathan dengan seulas senyum
Agatha setengah berlari meninggalkan Kayla yang masih sibuk dengan sebungkus cireng di tangannya.
"Tha tungguin!" pinta Kayla kesulitan mengimbangi langkah Agatha
Agatha tak menghiraukannya. Mati-matian dia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar sebelum sampai di rumah.
"Tha, kamu kenapa sih buru-buru?" protes Kayla
Agatha berhenti, menoleh ke arah Kayla yang menatap polos ke arahnya. Kedua matanya memerah dengan air di sudut mata yang siap meluncur kapan saja.
"Kenapa Key? Kenapa kamu kira aku jalan sama Ivan? Dan kenapa kamu takut aku jalan sama Andre?" tanya Agatha
"Bu.. Bukan gitu maksudku Tha. Ya kali aja kamu udah bisa dekat sama cowok, kan itu bagus buatmu. Kamu nggak perlu sedih-sedih lagi. Aku nggak tega Tha lihat kamu kayak gini terus." ujar Kayla merasa bersalah
"Dalam mimpi pun, aku nggak pernah bayangin buat kehilangan Ricky Key. Apalagi sampai cari pengganti dia." balas Agatha mengusap air matanya.
Agatha melanjutkan perjalanannya. Kayla termenung, menatap punggung sahabatnya yang semakin jauh.
"Aku cuma nggak mau kehilangan sahabat kayak kamu Tha." teriak Kayla
Agatha terhenti.
"Bisa nggak, kamu sebentar aja nggak inget Ricky terus? Ini hari terakhir lo Tha. Besok aku berangkat ke Jogja. Kita beda kampus. Kita bakal jadi sahabat virtual. Harusnya.. Hari ini jadi me time kita. Aku ngerti Tha, gimana sedihnya kamu ditinggal pergi sama Ricky. Apalagi buat selamanya. Tapi bukan berarti semua hal yang berkaitan sama kamu, harus ngingetin kamu sama dia juga! Aku pengen seneng-seneng sama kamu Tha. Kangen sama kamu yang dulu!" ujar Kayla dengan mata berkaca-kaca
Agatha menoleh. Menatap nanar ke arah sahabatnya itu. Dipeluknya tubuh jenjang Kayla sambil berbagi tangis yang sama. Sejujurnya, Agatha juga rindu kebersamaan mereka. Rindu juga dengan dirinya yang dulu. Tapi Agatha butuh waktu yang tidak sebentar untuk pulih dari luka sedalam itu.
"Maafin aku ya Key. Aku udah salah mengartikan sikapmu belakangan ini. Aku ngerti kok, sebenarnya maksud kamu baik. Kamu pengen hibur aku, biar gak sedih terus. Tapi kamu juga harus ngerti Key, adakalanya kamu harus menyesuaikan kondisi sebelum bercanda." balas Agatha
"Tha, hari ini aku mau pamit sama kamu. Besok aku mau ngurus pendaftaran ke Institut Kesenian. Jadi hari ini, adalah hari terakhir kita ketemu. Jangan sedih-sedih lagi ya! Soalnya kita bakal jauh-jauhan. Soalnya nggak ada lagi yang bisa meluk kamu, hibur kamu pas lagi nangis." ucap Kayla melepaskan pelukannya
"Key, jangan bilang terakhir. Karena selama kita masih hidup, masih ada kesempatan untuk kita ketemu lagi. Sering-sering pulang ya pas libur! Biar kangennya juga gak numpuk!" balas Agatha kembali menangis.
"Tuh kan nangis lagi! Cup cup cup." Kayla memeluk sahabatnya kembali. Membiarkan Agatha menangis dalam pelukannya
"Eh Tha, aku punya something loh buat kamu!" ujar Kayla
Agatha mengerutkan keningnya.
"Dia bisa ngomong loh. Kalau kamu lagi sedih, ngobrol aja sama dia. Anggap aja dia pengganti selama aku nggak ada Tha." ujar Kayla
Semakin pecah tangis Agatha, ada ketidakrelaan dalam hatinya harus berjauhan dengan Kayla.
"Nggak ada yang bisa gantiin kamu Key. You are my best friend." ujar Agatha
"And you too."
Kedua gadis itu tertawa. Seperti biasa, Kayla mengayun-ayunkan gandengan tangan mereka sambil bersenandung.
...****************...
Sebulan lamanya, terlewati sudah masa liburan sekolah. Kali ini Agatha mengawali paginya sebagai mahasiswa OSPEK di universitas favoritnya. Agatha memilih untuk diantar papanya, karena kostum aneh yang dia kenakan membuatnya malu jika harus naik taksi.
"Kamu deg-degan ya Nak?" tanya Kristin
"Santai aja Tha, OSPEK kan sama kayak MOS. Dan ini bukan pertama kali buat kamu." imbuh Johan dengan seulas senyum di bibirnya
"Iya sih pa, tapi tetep aja. Agatha gugup. Ketemu temen baru, lingkungan baru, dan butuh adaptasi lebih. Karena kan, lingkupnya lebih luas pa daripada sekolah." balas Agatha dengan tangan yang mulai dingin
"Tenangin pikiran kamu Nak. Anggap aja hal biasa. Mama yakin kok nggak lama lagi kamu pasti dapet teman baru." ujar Kristin
"Semoga Ma!" balas Agatha
"Ayo, anak papa harus semangat dong! Calon akuntan negara." ucap Johan menyemangati anak semata wayangnya
Agatha tersenyum. Merasa bersyukur Tuhan masih memberikan orang tua penyayang untuknya.
"Pa, Ma, Agatha masuk dulu ya." pamit Agatha seraya membuka pintu mobil.
"Jangan lupa kabari papa ya kalau udah pulang!" ujar Johan melambaikan tangan.
Ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas tampak bergerombol memenuhi lapangan. Dengan jantung berdebar, Agatha berjalan menuju sekumpulan orang yang berkostum sama dengannya. Agatha yang tidak terbiasa dengan keramaian pun semakin tak nyaman, apalagi beberapa siswi tampak mendominasi suasana.
"Hei, kenalin aku Ester." ujar seorang wanita dengan rambut ikal yang panjang.
"Agatha. Kamu anak mana?" tanya Agatha basa basi
"Aku dari Madiun. Kamu sendiri asli sini?" tanya Ester
Agatha mengangguk.
"Asing banget ya kalau dari luar kota. Apalagi cuma aku yang lolos SBMPTN disini." ujar Ester sama gugupnya dengan Agatha
"Kalau gitu sih sama. Aku malah nggak tau anak SMA Raya yang masuk sini ada berapa orang. Sejauh pandanganku sih nggak ada." ujar Agatha menoleh ke kanan dan kiri
"Udah, sama aku aja. Nanti kalau ada apa-apa kan enak ada temannya." ujar Ester ramah
Agatha tersenyum, tak menyangka bisa mendapatkan teman dengan mudah.
"Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum wr wb
Selamat pagi. Shalom. Om Swasiastu. Namo Budaya. Salam Kebadjikan." ucap MC mulai berbicara
Sontak seluruh mahasiswa berbaris dengan rapi layaknya orang yang sedang upacara. Setelah selesai pembukaan, maka ketua SENAT memberikan sebuah tugas yang harus diselesaikan secara tim. Beberapa mahasiswa senior memberi kertas berwarna berisi angka-angka. Satu orang mendapat 1 nomor.
"Sudah dapat semua nomornya?" tanya Dika selaku ketua senat
"Sudah kak."
"Sekarang tugas kalian, cari orang dengan nomor yang sama! Dan orang tersebut akan menjadi tim kalian dalam menyelesaikan VISI." terang Dika
"Dalam waktu 5 menit. Semua harus berkumpul sesuai dengan tim ya masing-masing. Jika ada yang belum menemukan timnya, dia akan didiskualifikasi dan mendapat hukuman khusus dari kampus." lanjut Dika
"Dan, pencariannya dimulai dari sekarang!"
Kepanikan mulai melanda mahasiswa baru, bagaimana tidak, mereka digabung dalam sebuah acara yang sama di lapangan seluas itu.
AGATHA POV
Aku berlarian mencari angka 35 dengan warna kertas yang berbeda denganku. Aku berteriak menyebutkan angka yag ku pegang. Sambil sesekali menghentikan langkah mahasiswa lain hanya untuk melihat nomornya. Tiba-tiba ku lihat seseorang mengangkat nomor yang sama dengan satu tangannya. Dengan cepat aku menerobos kerumunan mahasiswa disana untuk menghampiri timku. Belum sempat menggapainya, seseorang menepuk pundakku. Aku terkejut dan langsung berbalik arah.
"Kamu.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments