"Kenapa kau tega merebut Wafri dariku, Yumna? bukankah kau tahu kalau aku mencintai dan mengagumi Wafri dari dulu? bahkan dari kami masih kecil, apa sungguh tidak ada harga dirimu lagi, sehingga kau menggodanya dan membuatnya menikahi mu?"
Dada Yumna terasa nyeri dengan perkataan Salma. "Astaghfirullahal'adzim." Yumna menggelengkan kepalanya. "Tidak seperti itu Mbak, aku bisa menjelaskannya."
"Tidak perlu kamu menjelaskannya padaku, aku sudah tahu semuanya. Satu hal yang harus kamu tahu Yumna, aku Salma ... aku sangat kecewa dan membencimu!" ucap Salma menekankan kata-katanya dan menunjuk wajah Yumna, dia pun segera pergi meninggalkan kamar Yumna.
Yumna tersentak dan terkejut oleh bentakan Salma, ia menangis dan terduduk di depan kamarnya. Cukup lama dia menangis bersimpuh di lantai kamarnya, kemudian dia berdiri mengambil air wudhu dan melakukan shalat. Setelah shalat dia berdoa memohon ampun dengan segala hal yang sudah terjadi, dia merasa bersalah karena sudah membuat Salma bersedih.
Yumna menyadari, dia juga bagian dari penyebab semua yang terjadi. Andai saja dari awal dia bisa lebih tegas untuk menolak pernikahan ini, mungkin Salma tidak akan semarah dan sesedih ini terhadap dirinya, tapi nasi sudah menjadi bubur semua sudah terjadi. Bahkan Kakak kesayangannya tersebut begitu marah dan kecewa terhadap dirinya.
'Tidak ada harga diri' perkataan Salma tersebut terngiang-ngiang di kepala Yumna. Dia menangis meremas baju di dadanya, menyesali atas kesalahannya yang berani mencintai calon kakak iparnya sendiri.
Flashback On
Awalnya Yumna hanya mengagumi Wafri sebagai guru yang mengajari ia dan teman-temannya yang lain. Dia mengagumi sosok laki-laki tersebut dengan kepribadian yang dimilikinya, Wafri laki-laki cerdas, tegas terkadang humoris dan juga sholeh. Begitulah Yumna melihat sosok Wafri. Tapi dia tidak menyangka kalau Wafri menyimpan rasa yang lebih kepada dirinya.
Yumna sering diberitahu oleh temannya, Riska. Kalau Ustadz Wafri sering mencuri pandang melihat dirinya.
"Yumna, sepertinya Ustad wafri menyukai kamu deh, aku sering melihat dia melirik ke arahmu."
"Kamu tidak boleh bicara sembarangan Riska, mana ada seperti itu. Mungkin beliau tidak sengaja sedang menatap kearah ku saat kamu melihatnya," ucap Yumna mengelakkan omongan Riska sahabat.
Bahkan saat Yumna dan teman-temannya berlatih memanah dan berkuda, Wafri akan memberikan beberapa minuman untuk dia dan teman-temannya.
"Aku yakin Ustadz Wafri memberikan minuman ini sebenarnya untuk kamu, tapi dia tidak mungkin melakukan itu. Makanya, agar tidak kelihatan perhatiannya padamu dia membelikan kita semuanya." lagi Riska mengutarakan pendapatnya. Yumna hanya tersenyum tipis, ia tidak menanggapi omongan Riska, karena menurutnya Ustadz Wafri melakukan tersebut untuk dirinya, itu karena Ustad Wafri menganggap dia adalah calon adik iparnya.
Dan suatu hari Yumna pergi ke sebuah supermarket, membeli beberapa keperluan yang dimintai tolong oleh Bundanya. Yumna pun pergi menggunakan sepeda motor. Saat pulang dari supermarket tiba-tiba sepeda motornya mogok di jalan, dia mencoba menghubungi ayahnya tapi ternyata baterai ponselnya pun habis. Yumna berusaha mencari bengkel di dekat nya, tapi dia tidak menemukan.
Tidak berapa lama sebuah mobil sedan berhenti di dekat Yumna. Ternyata orang tersebut adalah Wafri.
"Yumna sedang apa kamu di sini? apa ada masalah dengan motor kamu?" tanya wafri
"Iya Ustadz. Saya baru pulang dari membeli beberapa pesanan bunda, ternyata motornya malah mogok."
"Kebetulan daerah sini, kalau jam segini bengkel udah pada tutup, apa kamu mau saya antarkan pulang? nanti motornya biar saya suruh orang yang membawanya," tanya Wafri.
Yumna melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan akan masuknya waktu maghrib. Dan dia juga berpikir, bahwa Wafri adalah calon suami kakaknya, jadi meminta bantuan padanya tidak membuat ayahnya marah.
"Apa tidak merepotkan Ustadz?"
"Tidak, saya akan mengantarkan kamu terlebih dulu, setelah itu saya akan kembali ke rumah," jawab wafri.
Yumna pun masuk ke dalam mobil, Wafri melajukan kendaraannya dan mengantarkan Yumna pulang ke rumah. Selama perjalanan, mereka berdua hanya hening tidak ada yang memulai pembicaraan. Yumna tetap merasa gugup berduaan seperti ini dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Tidak berapa lama mobil yang dibawa wafri Sampai di halaman rumah Yumna.
"Terima kasih Ustadz atas tumpangannya, kalau begitu saya masuk dulu," ucap Yumna.
"Sama-sama," jawab Wafri.
Saat Yumna akan membuka pintu mobil nya ia urungkan membukanya, karena mendengar Wafri memanggilnya.
"Yumna, boleh saya bicara sebentar?"
"Tapi ... "
"Sebentar saja, setelah itu kamu boleh keluar mobil."
Yumna pun duduk seperti semula dan menundukkan kepalanya, menunggu apa yang akan di katakan Wafri.
Wafri menghela nafasnya sebelum berbicara. "Yumna, saya menyukaimu!" seru wafri frontal.
'Deg'
Yumna yang masih menundukkan, membelalakkan matanya, terkejut mendengar ucapan Wafri. Jantung Yumna berdegup dan berdesir, dia meremas tangannya.
"Maaf, m-maksud Ustadz?" tanya Yumna gugup.
"Iya, seperti yang saya katakan. Saya menyukai kamu, saya mencintai kamu." Yumna menelan ludahnya mendengar pengakuan Wafri.
"Tapi, Ustad tidak boleh melakukan itu, tidak boleh mempunyai perasaan pada saya, karena Ustadz sudah mengkhitbah, Mbak Salma," ucap Yumna masih menundukkan kepalanya.
Wafri menghela nafasnya. Saya tahu itu, Tapi bukan salah saya kalau perasaan saya tumbuh untuk kamu," ucap Wafri yang masih memandang ke depan dan menggenggam setir mobil.
Yumna yang merasakan hawa di sekitarnya sudah berbeda dan perasaannya juga mulai tidak nyaman, dia pun pamit segera keluar dari mobil.
"Maaf, Ustazd saya harus segera masuk rumah, Permisi ... Assalamualaikum," ucap Yumna tanpa mendengar jawaban Wafri.
Flashback Of
Saat pagi hari di meja makan yang biasanya penuh keceriaan pagi ini Semua terlihat diam dan murung. Bunda Laila bisa melihat wajah kedua putrinya yang sembab karena habis menangis, dia bisa menebak kalau Yumna ataupun Salma sudah saling berbicara.
di dalam keheningan mereka, terdengar seseorang masuk dan mengucapkan salam, sehingga membuyarkan Lamunan mereka.
"Assalamualaikum."
Semuanya menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Wafri. Wafri terkejut melihat kehadiran Salma di antara orang-orang yang duduk di meja makan.
"Waalaikumsalam," jawab mereka pelan.
Salma yang melihat kehadiran Wafri berdiri dan meninggalkan meja makan.
"Maaf, Ayah ... Bunda, Salma sudah kenyang, Salma mau balik ke kamar dulu."
Salma segera meninggalkan meja makan, Kiai Malik pun tidak mencegat Salma, karena dia paham dengan situasi yang terjadi. Yumna pun tidak mengeluarkan sepatah katapun, dia diam seribu bahasa. Wafri mengerutkan keningnya melihat Salma yang pergi.
"Nak Wafri, silakan duduk! ayo kita sarapan," ajak Kiai Malik.
Wafri pun duduk di samping istrinya. Yumna pun mengambilkan sarapan untuk suaminya tersebut. Semenjak mereka menikah dan Wafri memutuskan untuk tinggal di asrama khusus Ustadz, Wafri akan selalu datang ke rumah Kiai Malik saat tengah malam dan kembali sebelum shalat Subuh, Ia juga akan datang pagi saat sarapan dan mereka akan melakukan sarapan bersama. Sama halnya yang terjadi pada pagi hari ini, Wafri tidak mengetahui dengan kedatangan Salma, dia datang seperti hari-hari sebelumnya.
"Dimakan dulu, Mas," ucap Yumna menyodorkan piring berisi makanan.
Wafri menganggukkan kepalanya, dia bisa melihat mata Yumna yang sudah sembab diakibatkan menangis. Wapri sengaja tidak bertanya terlebih agar tidak merusak suasana sarapan di pagi hari ini. Setelah sarapan selesai, Yumna membereskan meja makan dan mengangkat piring kotor ke wastafel dapur. Wafri mengikuti Yumna dari belakang.
"Apa Salma sudah tahu tentang pernikahan kita?" tanya Wafri yang berdiri di belakang Yumna.
Yumna masih menghadap wastafel, dia tidak menjawab pertanyaan suaminya. bahunya tampak berguncang dan isak tangis pun terdengar lirih. Wafri bisa melihat kalau istrinya tersebut dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia pun memutar tubuh Yumna dan memeluknya.
" Hikssss ... Mbak Salma marah padaku, Mas. Dia begitu membenciku, dia begitu kecewa terhadapku, ini semua salahku."
"Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu seperti itu, nanti aku akan menjelaskan kepadanya karena aku pun ikut bersalah di dalam hal ini." ujar Wafri sembari mengusap punggung Yumna.
Salma masuk ke dapur dan melihat Yumna yang berada di dalam pelukan Wafri, dadanya sungguh sesak dan panas menyaksikan pemandangan tersebut. Dia meletakkan gelas dengan kasar di atas meja kemudian berbalik dan bergegas meninggalkan dapur tersebut.
"Yumna, tunggu!" panggil Wafri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mrs. Ren AW
Sifat Yumna kayaknya pamarah ya thoorrrrr....
walaupun kalo kita diposisi yumna juga bakal melakukan hal yg sama 🤣
2023-10-22
0