MASYAALLAH, CINTA
"Yumna, yang mas inginkan itu dirimu untuk jadi pendamping Mas, bukan Salma atau yang lainnya."
"Tapi Mas, yang diinginkan kiai Hakim untuk menjadi menantu beliau itu mbakku Mas, mbak Salma."
Dua insan itu berbicara memandang ke arah kolam ikan dibelakang rumah Yumna, berdiri berjarak kurang lebih satu setengah meter.
"Kalau begitu, mas akan bicara dengan abi dan mengatakan kalau mas hanya akan menikah denganmu, mas tidak ingin dengan yang lain."
"Mas ... Mas Wafri, Stop! kalau Mas tetap memberitahukan abi, maka aku sendiri yang akan menolakmu." teriak Yumna tidak terlalu keras.
Perkataan yang dilontarkan Yumna sukses membuat langkah Wafri terhenti. Wafri mengepalkan tangannya, menahan rasa kesal yang berkecamuk di dada.
"Jadi, menurutmu mas harus diam saja disaat mas harus menikahi orang yang tidak mas inginkan?" Wafri berjalan mendekat ke arah Yumna.
Yumna terus berjalan mundur, menunduk dengan air mata mulai membasahi pipi.
"Aku tidak ingin menyakiti Mbak Salma, Mas."
"Kamu tidak ingin menyakiti Salma, Tapi kamu menyakiti hatiku, Yumna!" ucap Wafri masih dengan nada tenang.
Hiksss ... Yumna terus menangis dan menundukkan kepalanya, tidak berani sekedar menatap Wafri apalagi harus duduk berdekatan, karena ini kali kedua mereka mengobrol berdua selama mereka sudah akil baligh, dan juga semenjak rasa malu tumbuh diantara keduanya.
"Mas, mbak Salma mencintaimu. Dia jauh lebih pantas untukmu, ketimbang aku yang masih belum mengukir prestasi apapun."
"Kamu memikirkan perasaan Salma, tapi tidak dengan perasaan mas? kamu tega Yumna," ucap Wafri sambil menekankan kata-kata terakhir nya.
Wafri berlalu pergi meninggalkan Yumna dengan segala kekesalannya. Yumna terduduk dilantai memeluk kedua lutut nya dan membenamkan mukanya, dadanya bergetar hebat menangisi keadaan yang rumit diantara mereka berdua dan gamisnya pun mulai basah terkena air mata.
*Flashback Of
Entah harus menyesal atau tidak dengan semua yang terjadi, semenjak Tujuh bulan yang lalu Yumna dan Wafri mulai ada ketertarikan satu sama lainnya. Bertepatan saat itu, Keluarga Kiai Ahmad Fathoni Malik atau sering di panggil dengan Kiai Malik di undang acara Milad pondok pesantren milik Kiai Abdul Hakim Asy'ari yang dikenal dengan Kiai Asy'ari.
Dulu semasa anak-anak mereka kerap bermain bersama, tapi semenjak remaja, mereka tidak pernah bertemu, karena Wafri yang mulai masuk pondok dan dilanjutkan kuliah di Madinah.
Kiai Malik memperkenalkan kembali dua orang putrinya yang sekarang sudah bukan anak-anak lagi, yaitu Salma Shafiyyah dan Yumna Almahyra. Salma putri sulung mereka yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas Islam di kota A dengan mengambil jurusan pendidikan agama islam, sedangkan si bungsu Yumna masih duduk di bangku Aliyah setara dengan SMA, dia bersekolah di pondok naungan sang ayahnya sendiri.
Sama seperti Kiai Malik, Kiai Asy'ari juga memperkenalkan putra semata wayangnya yang bernama Muhammad Wafri Alfarizky, yang baru menyelesaikan pendidikan di salah satu universitas islam Madinah, Kepulangannya ke tanah air tidak lain akan membantu abi nya untuk mengelola pondok pesantren.
Saat itu perkenalan yang singkat tersebut tidak menimbulkan perasaan apapun antara Wafri dan Yumna, karena Yumna hanya menundukkan pandangannya, melihat ujung gamisnya, Berbeda dengan Salma yang sesekali memandang Wafri. Sedangkan Wafri tidak memandang mereka karena ia ikut menimpali obrolan antara abi nya dan juga Kiai Malik.
Tapi, siapa yang menyangka pertemuan mereka yang singkat itu memunculkan niat baik di hati Kiai Asy'ari untuk menjalin silaturahmi lebih dalam lagi, dengan artian dia ingin melamar salah satu putri Kiai Malik untuk menjadi menantunya. Setelah acara Milad pondok selesai, Kiai Asy'ari menyampaikan niatnya pada Kiai Malik, dengan pelukan hangat Kiai Malik menerima maksud dan tujuan Kiai Asy'ari tersebut.
Sesampainya di rumah Kiai Malik menyampaikan niat Kiai Asy'ari tersebut pada istrinya bunda Laila Khadijah.
"Tidak mungkin Yumna, Ayah. Dia masih sekolah, kalau Salma Insyaallah sudah cukup dalam segala hal, jadi sepertinya lamaran Kiai Asy'ari lebih cocok untuk Salma saat ini. Bukan begitu Ayah? apa pendapat bunda salah?" tanya Laila dengan lembut.
Laila Khadijah ibunda dari Salma Shafiyyah dan Yumna Almahyra, wanita lembut dan cerdas yang mendampingi Kiai Malik hampir 30 tahun lamanya. Ia sangat lembut dan penyayang apalagi menyangkut kedua anaknya, Apalagi ia yang termasuk lama untuk mendapatkan anak, saat mendapatkan anak dijaganya dengan seluruh jiwa raga.
"Bunda benar, Salma lebih siap dari segala hal. Besok ayah akan memberitahukan hal ini pada Kiai Asy'ari, sekarang ayo kita tidur."
Kedua orang tersebut tidak ada yang tahu, kalau ada yang mendengar obrolan mereka berdua. Orang itu adalah Salma. Salma yang mendengar obrolan ayah dan bundanya begitu bahagia sekali, bagaimana tidak bahagia, Wafri laki-laki yang dari kecil sudah dikaguminya akan menjadi pendamping hidupnya. Salma bergegas meninggalkan kamar ayah bundanya dan masuk ke dalam kamarnya.
Jadi, bagaimana Wafri dan Yumna bisa saling tertarik? Ya, semenjak Wafri menyelesaikan kuliahnya, ia ikut terjun untuk mengajar di pondok pesantren milik abi nya, bahkan ia juga juga diminta membantu mengajar di pondok Kiai Malik. di saat Wafri mengajar di pondok Kiai Malik, Wafri kerap melihat kegiatan Santriwan dan Santriwati. Salah satunya kegiatan Memanah, dimana salah satu peserta yang ikut berlatih tersebut adalah Yumna. Yumna sangat senang olahraga memanah, bahkan ia juga pandai berkuda. Kelihaiannya dalam memanah menarik perhatian Wafri, walaupun yang dilihatnya itu menggunakan topi dan Masker karena cuaca sedang panas.
Bahkan di berbagai kegiatan lainnya dia sering melihat Yumna tapi pasti selalu dari posisi yang tidak jelas, dari samping atau bahkan belakang, sedangkan Yumna tidak pernah melirik ke arah Wafri, padahal begitu banyak santri yang tidak bisa menundukkan pandangannya demi bisa melihat Wafri. Suatu ketika Wafri iseng ingin mengerjai Yumna yang terkenal dengan pemalunya, dan suka menundukkan kepala ketika berjalan.
Wafri yang dari kejauhan melihat Yumna berjalan sambil membaca buku, diapun berjalan kearah Yumna, ketika berjarak hampir satu setengah meter dari Yumna, dia pun berteriak
"Awas!!! itu ada ular dekat kaki kamu!!!" teriak Wafri.
Yumna yang merasa ada suara yang menyeru kearahnya, reflek terkejut setelah mendengar teriakan tersebut.
"Ularr? Aaaggh!!" teriak Yumna Reflek membuang buku dan melompat-lompat pelan mengibaskan Roknya."
Merasa dikerjai, tanpa sadar Yumna mengangkat kepalanya dan menatap marah orang yang sudah mengerjai. Dan setelah itu dia pun memungut bukunya yang jatuh dan segera pergi dari sana.
'Deg!!!!!'
Wafri yang melihat dengan jelas wajah Yumna, melongo tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin ada perempuan yang sangat cantik dan indah dipandang mata, perempuan yang memiliki hidung mancung, bibir tipis kemerahan, dagu lancip, mata bulat, alis indah seperti di ukir. Jantungnya berdegup kencang, dan dia seperti kehilangan oksigen di sekitarnya sehingga ia berulang kali menarik nafasnya.
"Astaghfirullah hal 'adzim, Astaghfirullah, apa yang sudah aku lakukan?" Wafri mengusap wajahnya, Ia sadar dengan kesalahan yang sudah ia lakukan. Ia sadar, kalau ia sudah memandang yang bukan seharusnya ia pandang, tidak sekedar memandang, bahkan ia menikmati yang ia pandang.
Wafri juga merasa bersalah atas apa yang diperbuatnya sehingga membuat Yumna menjadi marah seperti tadi.
Keesokan harinya, Wafri menuliskan kata 'Afwan' di selembar kertas, dan menitipkannya pada salah satu santri agar disampaikan pada Yumna.
Yumna menerima kertas tersebut dan membukanya, dia hanya membacanya kemudian meremas dan membuangnya. Tidak hanya itu, karena tidak ada balasan dari Yumna, Wafri kembali mengirimkan kertas yang bertuliskan sama dengan sebelumnya ditambah dengan sebatang coklat ungu, tapi setelah membacanya Yumna mengirim balik kertas tersebut beserta coklatnya juga. Di hari-hari berikutnya juga seperti itu, kertas dan coklat itu akan balik kembali pada Wafri.
Tepat kirimannya yang ke lima, Wafri yang merasa kesal karena kirimannya selalu di tolak, di siasatinya dengan sebuah kalimat gertakan. Wafri menulis 'Saya minta maaf karena saya sudah mengerjai mu, kalau kamu mau memaafkan saya tolong terima coklat ini dan balas tulisan saya, tapi kalau kamu mengembalikannya seperti sebelumnya, saya sendiri yang akan mengantarnya ke rumah kamu', kalimat panjang tersebut ternyata sukses membuat Yumna membalas pesan Wafri, walaupun singkat bisa mengukir senyum di bibir Wafri 'Maafnya saya terima, terima kasih coklatnya'
Sejak itu entah mengapa Wafri tidak bisa melupakan Yumna, wajah Yumna selalu terbayang-bayang di pelupuk matanya. Seperti gayung bersambut, Wafri diminta mengajar pelajaran Fiqih dan Nahwu, menggantikan sementara Ustadz yang akan melakukan ibadah Umroh. Hampir dua minggu Wafri mengajar dua pelajaran tersebut dikelas yang juga terdapat Yumna. Bukan yumna tidak sadar, kalau dia selalu diperhatikan oleh Wafri, hanya saja dia tidak ingin membalas tatapan itu.
"Tolong! kalau sedang belajar perhatikan ke depan, bukan di menatap ke kolong meja, karena saya di depan, bukan di kolong meja."
Semua santri langsung membenarkan posisi duduk mereka, tak terkecuali Yumna, yang paham kalau teguran itu sebenarnya adalah untuk dirinya.
"Semua tugas yang saya berikan kumpulkan jadi satu dan antar ke ruangan saya, Yumna tolong antar ke ruangan saya," ucap Wafri.
Wafri bisa melihat reaksi terkejut dan wajah tegang Yumna atas perintahnya, diapun meminta seseorang untuk menemani Yumna.
"Riska, tolong bantu Yumna membawa tugas-tugas ini ke ruangan saya."
"Baik Ustadz."
Hingga suatu hari, karena sering nya bertemu walau hanya saat belajar di kelas, dia yang selalu memperhatikan Wafri dalam memberikan pelajaran, hingga tanpa sadar mulai menyukai Wafri, awalnya suka cara wafri menyampaikan pelajaran yang simple tapi langsung sampai pada yang menerima dan tidak bertele-tele, dan ternyata Wafri juga bukan Ustadz yang keras atau sombong, melainkan Ustadz yang tegas dan humble bahkan murah senyum bukan sama santriwati lebih tepatnya santriwan, sehingga banyak santriwati yang mengidolakannya.
Suatu hari, Saat Milad pondok pesantren milik Kiai Malik diadakan, Wafri diminta untuk membacakan Ayat suci Al-Quran. Wafri membacakan ayat-ayat tersebut dengan begitu merdu, sehingga membuat semua yang mendengarnya takjub, tak terkecuali dengan Yumna yang sampai merinding dan berdesir di dadanya, ia begitu menikmati lantunan ayat tersebut hingga meneteskan air matanya. Sejak saat itu, Yumna akan salah tingkah dan deg-degan bila melihat Wafri dari kejauhan.
Flashback On
Yumna masih menangis dengan kepala tertunduk dan memeluk lututnya, ia tidak menyadari kalau dari tadi ada seseorang yang mendengar percakapan mereka, yaitu bunda Laila. Ya, ibunya Yumna sudah mendengar dan melihat apa yang terjadi antara putrinya dan Wafri. Dia hanya bisa membekap mulutnya, dan meneteskan air mata melihat putrinya yang menangis karena terluka.
Bunda Laila pun meninggalkan tempat tersebut, dan kembali bergabung dengan suaminya dan juga tamu mereka yang tidak lain Kiai Asy'ari beserta keluarganya. Bunda Laila juga melihat kalau di sana sudah ada Wafri yang tidak banyak bicara, dia lebih banyak diam dan menundukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Lona Okta sari
hallo kk aku suka bangat ceritanya
2023-10-20
0
choowie
masih nyimak....tapi maaf Thor harus flashback on baru flashback of...ini kebalik ya maaf jadi bikin bingung✌️
2023-10-20
0
Mukmini Salasiyanti
, 😍💪💪
2023-10-19
0