Setelah berpamitan dengan Bunda Laila dan Kyai Malik, Wafri dan Yumna melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat tinggal mereka yang baru. Setelah sampai, mereka segera turun dan mengeluarkan beberapa barang bawaan mereka. Saat mereka sedang memasukkan satu persatu barang bawaan mereka kedalam rumah, Umi Hana dan Kyai Asy'ari pun datang.
"Assalamualaikum," ucap Kiai Asy'ari.
"Waalaikumsalam, Umi ... Abi apa kabar?" tanya Yumna yang segera menghampiri dan menyalami mertuanya, begitu juga dengan Wafri yang segera menyalami kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah baik," jawab Umi Hana singkat.
" Alhamdulillah kami baik, Nduk. Kamu dan keluargamu bagaimana? apakah semua sehat-sehat saja?" tanya Kiai Asy'ari sambil mengusap kepala Yumna.
"Alhamdulillah, semuanya juga baik Abi. Kalau begitu Abi dan Umi Ayo silakan duduk dulu, Yumna dan Mas Wafri mau lanjut membereskan barang-barang ini."
"Tidak apa-apa, lanjutkan saja! tidak usah sungkan begitu, Abi dan Umi ini 'kan juga orang tuamu, Nak." Yumna tersenyum dan kemudian dia lanjut membantu suaminya membereskan barang-barang.
"Wafri Apa tidak sebaiknya kamu tinggal bersama kami saja? rumah ini kecil dan juga perabotannya tidak begitu banyak, sedangkan di rumah semua sudah lengkap dan kalian bisa menikmatinya," ucap umi Hana yang tiba-tiba membuka obrolan.
Wafri tersenyum dan mendekati Umi Hana.
"Umi, Wafri hanya ingin belajar Mandiri. Wafri ingin seperti Abi yang bisa membangun rumah tangganya dengan sangat baik. Bukankah Umi pernah bilang sama Wafri untuk menjadi lelaki yang bertanggung jawab?"
"Iya, tapi 'kan di rumah umi sendiri, Umi nggak ada temannya," jawab Umi Hana.
Kyai Asy'ari hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum mendengar ucapan istrinya tersebut.
"Umi, rumah kita 'kan tidak jauh, hanya berjarak 20 meter saja. Umi bisa setiap hari ke sini bahkan kalau Umi ingin tidur di sini pun juga boleh. Bukan begitu, Sayang?" tanya Wafri terhadap Yumna. Yumna pun menganggukkan kepalanya cepat."
"Lagian Yumna pun bisa setiap hari datang ke tempat Umi."
"Tentu, Mas. Yumna dengan senang hati menemani Umi setiap hari," ujar Yumna.
"Huufftt ... Ya sudahlah, kalau memang seperti itu keputusan kalian," jawab umi Hana.
Setelah kepindahan mereka Wafri tetap melakukan kegiatannya seperti sebelumnya, dia tetap mengajar di pondok Kyai Malik dan juga mengajar di pondok Kyai Asy'ari. Dilakukannya dengan penuh semangat. Bahkan dia juga sedang mengurus usaha yang sudah lama dirintisnya tetapi selama ini usaha tersebut dijalankan oleh salah seorang temannya.
Usaha yang dirintis Wafri semenjak ia mulai berkuliah di Madinah. Sekarang usaha tersebut berjalan lancar dan berkembang. Alhamdulillah sudah mulai membuka cabang yang baru, sehingga teman Wafri yang mengelola usaha pertamanya harus mengelola usaha mereka yang baru. Alhasil Wafri harus bisa mengatur waktunya antara mengajar dan juga mengelola usahanya sebuah toko yang menjual berbagai kebutuhan.
Mulai dari Saffron, air zam-zam, pernak-pernik kebutuhan umroh dan haji, pakaian muslim dan muslimah, aneka kurma manis, buah zaitun serta juga kurma muda dan berbagai macam madu. Toko 2 lantai tersebut ada di sebuah ruko 2 lantai, awalnya bisnis tersebut berjalan secara online, lama-kelamaan membuahkan hasil sehingga bisa buka toko sendiri.
Tidak banyak yang tahu kalau Wafri sudah mempunyai toko tersebut, bahkan kedua orang tuanya hanya tahu kalau ia bekerja sama dengan temannya.
Hari-hari Yumna dilaluinya dengan berbagai kegiatan di rumah, Kadang ia mencoba memasak, atau ikut kajian dengan Umi Hana.
Sebulan mereka tinggal berdua, membuat mereka semakin intim dan juga semakin romantis. Walaupun hubungan romantis tersebut hanya diperlihatkan di dalam rumah mereka. Yumna memang masih muda dari segi usia tapi dari segi pemikiran dan sikapnya, bahkan dia jauh lebih dewasa.
Itu salah satu hal yang membuat Wafri jatuh hati padanya. Sikap lembut dan bijaksana yang tampak pada diri Yumna.
"Hari ini, Mas pulang ngajar singgah ke toko dulu ya, kamu jadi mau ikut Mas atau gimana?".
"Sebenarnya Yumna pengen ikut sih, Mas. Tapi tadi malam Umi juga minta ditemani datang ke salah satu kajian, nanti Yumna nyusul Mas ke toko aja ya."
"Boleh, atau nanti kalau sudah selesai kamu telepon Mas aja, biar Mas jemput."
"Iya, Mas," ucap Yumna.
Pagi itu pun mereka berpisah karena Wafri harus segera pergi untuk mengajar terlebih dulu di pondok Kiai Asy'ari dan kemudian melanjutkan mengajar di pondok Kiai Malik. Sedangkan Yumna bersiap ke rumah Umi Hana dan pergi barengan Umi Hana.
"Kamu sudah siap Yumna?" tanya Umi Hana yang melihat kedatangan Yumna.
"Sudah Umi, apa kita akan pergi sekarang?" tanya Yumna.
"Iya ... Ayo kita berangkat!"
Mereka pun pergi berdua, diantar oleh sopir Kiai Asy'ari. Di sepanjang perjalanan, seperti biasa Umi Hana memang tidak banyak bicara terhadap Yumna. Tapi tumben untuk hari ini, Umi Hana mengajak Yumna berbicara.
"Kalau seandainya sudah ada cucu, pasti akan lebih ramai. Umi mengikuti kajian ini juga karena menghilangkan rasa sepi dan sunyi di rumah bahkan teman-teman Umi pun ada yang membawa cucunya pergi kajian."
Yumna tertegun mendengar semua obrolan Umi Hana. Ia hanya menanggapi dengan senyuman karena tidak tahu harus berkata,
"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak mendengarkan Umi sedang berbicara denganmu?"
"De-dengar, Umi. Yumna mendengarkan Umi, maafkan Yumna dan Mas Wafri kalau sampai saat ini belum bisa memenuhi keinginan Umi untuk memiliki cucu."
"Ekhmm ... Mau bagaimana lagi? mungkin sudah suratan Wafri seperti itu dan sudah takdirnya Umi untuk tidak memiliki cucu saat ini."
Yumna meremas ujung jilbabnya, dan memejamkan matanya. bukan kehendaknya seperti ini tapi takdir.
"Semoga Allah mendengar semua doa-doa Umi, agar kami segera memiliki momongan," ucap Yumna sambil tertunduk.
Umi Hana menghela napas. "Sudahlah, lupakan saja! kita juga sudah sampai."
Mereka pun turun dari mobil kemudian masuk ke dalam sebuah masjid. Saat akan masuk, Umi Hana melihat Salma sedang melepaskan alas kakinya dan meletakkan di rak yang disediakan.
"Nak Salma." Umi Hana menyentuh bahu Salma.
"Umi." Salma pun menyalami Umi Hana. Salma melirik pada Yumna yang berdiri di samping Umi Hana.
"Mbak, apa kabar?" tanya Yumna mengulurkan tangannya.
Salma pun terpaksa menerima uluran tangan tersebut. "Baik," Jawab Salma singkat.
Yumna tahu Salma terpaksa melakukan itu, tapi walaupun seperti itu Yumna sudah sangat sennag, karena sudah lama sekali dia tidak berinteraksi seperti ini dengan Salma.
"Nak Salma mau mendengarkan kajian juga?" tanya Umi Hana yang langsung di angguki oleh Salma.
"Bagaimana kalau kita duduk barengan, pasti akan lebih seru." Lagi Umi Hana bertanya dan mengajak Salma.
"Baiklah, Umi." Salma menerima ajakan Umi Hana.
Kemudian Umi Hana masuk dengan menggandeng tangan Salma, seakan ia lupa bahwa Ia datang ke tempat ini adalah dengan Yumna, sehingga ia meninggalkan Yumna sendiri di belakangnya.
Yumna pun menyusul mertua dan kakaknya tersebut masuk ke dalam. Salma duduk di sebelah kanan Umi Hana, sedangkan Yumna duduk di sebelah kirinya Umi Hana.
"Salma kira, Umi tidak mengikuti kajian seperti ini. Karena kajian ini kebanyakan adalah kaum muda." Salma membuka obrolannya.
"Hahaha ... apa Umi sudah setua itu? sehingga tidak bisa mengikuti kajian ini?"
"Eh, enggak Umi, bukan seperti itu. Maaf kalau pertanyaan Salma-"
"Kamu ini, Umi bercanda saja. Umi tahu kok maksud kamu. Ekhmm ... iya, tapi Umi bosan di rumah. Andai saja sudah ada cucu, mungkin Umi akan lebih betah di rumah."
'Nyeeeesss'
Hati Yumna terasa seperti diremas saat mendengar curahan hati Umi Hana tersebut. Dari tadi dia hanya menjadi pendengar bagi mertua dan kakaknya, Entah mengapa saat Umi Hana mengatakan perasaannya itu selain pada dirinya ataupun Wafri membuat Yumna sedikit sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mrs. Ren AW
pdhl umi hana ngerti agama, tp kok gtu sikapnya... gregetan sama mertua yg kyak gtu.. 😣😣
2023-10-23
0
Nia
sejatinya anak adalah rezeki. kehadirannya tidak bisa dipaksa atau ditentukan sekendak hati. Seharusnya sebagai orang tua harus lebih bijak, justru dengan bersikap seperti itu, menambah beban mental, dan pada akhirnya malah akan lebih sulit untuk mendaptkan keturunan.
2023-10-22
0