Yumna dan wafri sudah berada di dalam kamar. Baik Yumna maupun Wafri merasakan perasaan yang sangat berdebar dan berkeringat dingin. Terlebih Yumna, dia tidak tahu bagaimana harus melewati malam ini seperti apa, ini mendadak untuknya. Tadi malam, ia masih sendiri tidur di kamar ini, malam ini sudah ada orang lain, terlebih orang lain itu adalah laki-laki yang sudah menjadi suaminya. Dalam satu malam dia langsung berubah status menjadi istri orang.
Wafri baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan baju tidur, sedangkan Yumna masih duduk di pinggir tempat tidur memakai baju saat pernikahannya tadi.
"Dek, kamu ganti pakaian dulu biar kita bisa istirahat, kamu pasti lelah juga."
Yumna menelan ludah mendengar kata istirahat, entah bagaimana ia bisa membaringkan tubuhnya diranjang yang ada laki-laki. Selain belum terbiasa, juga karena semua ini mendadak.
"I-iya, Mas,"
Sekitar 15 menit berlalu, Yumna pun keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan piyama tidur lengkap menggunakan kerudung. Yumna pun duduk di meja rias, bingung mau ngapain. Wafri duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil memainkan ponselnya sesaat kemudian dia yang menyadari Yumna telah keluar kamar mandi meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur.
"Duduk di sini Dek," ucap Wafri menepuk kasur di sampingnya.
Dengan kaki gemetar dan badan yang sudah panas dingin, Yumna pun memdekat ke tempat tidur, bukannya naik Yumna malah duduk di pinggir tempat tidur.
"Sayang, Mas 'kan nyuruhnya duduk di sini bukan di sana."
Yumna yang mendengar panggilan sayang tersebut membuat darahnya berdesir. Ia beringsut sedikit demi sedikit mendekat kearah Wafri, kemudian ia duduk dan masih berjarak sekitar lima puluh centimeter
"Masih jauh aja, mau mas angkat dan tarok di pangkuan, Mas?"
Yumna seketika mendelik tajam dan menggelengkan kepalanya, dia segera mendekat dan bersimpuh di sebelah Wafri. Dengan kepala yang kembali tertunduk, dan kedua tangannya meremas ujung piyama diatas pahanya. Wafri menarik bibirnya melihat sikap gemas Yumna dengan muka yang memerah.
"Ehm ... mas tahu kok, kamu gugup dan canggung dengan situasi seperti ini. Sama, mas juga canggung dan gugup," bisik Wafri yang mendekat ke telinga Yumna. Sehingga Yumna bisa merasakan hembusan nafas Wafri di kulitnya yang seketika membuatnya merinding.
"Yumna?"
"I-Iya, Mas?"
"Dek, maaf kalau pernikahan kita mungkin tidak seindah yang pernah kamu bayangkan."
Yumna reflek menggelengkan kepalanya. "Engga apa-apa, Mas. Bagi Yumna pernikahan itu bukan mewah atau indahnya tetapi sah dan sakralnya, Mas."
Wafri tersenyum mendengar jawaban Yumna. Gadis yang belum genap 20 tahun, tapi sejauh Wafri mengetahuinya Yumna memiliki pribadi yang Dewasa.
"Apa kamu mau tidur menggunakan kerudung ini? Apa kamu tidak panas?"
Yumna gelagapan dan merasa bingung untuk menjawabnya, biasanya ia tidak tidur menggunakan kerudung, tapi malam ini ntah mengapa dia merasa gugup harus membuka kerudungnya di depan Wafri.
"Enggak apa-apa mas, Yumna pakai saja."
"Apa Mas tidak berhak untuk melihat mahkota yang kamu sembunyikan?"
Yumna hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Mas boleh membukanya?"
Yumna pun hanya mengangguk lagi, Wafri pun membuka kerudung Yumna, dan membuka ikatan rambut yang digulung Yumna, Wafri melongo dan menelan ludahnya sendiri saat melihat rambut sang istri yang sudah tergerai, rambut yang hitam legam dan panjang hampir sepinggang, rambut lurus dan halus. Melihat Yumna seperti ini wafri semakin berdebar, tangannya dingin dan nafasnya ikut memburu.
Wafri berusaha menetralkan jantungnya, sedangkan Yumna dengan rasa gugup dan jantung berdebar hanya terus menundukkan kepalanya dan meremas tangannya. Bukan ia tidak paham arti malam pertama, bahkan dia sudah belajar tentang hak dan kewajiban suami istri termasuk nafkah batin, hanya saja teori tak semudah praktek untuk dia yang pemula. Bahkan, tidak pernah bersentuhan laki-laki selain Ayahnya, dan dengan ayahnya pun hanya sebatas cium tangan dan pelukan itu pun saat dia belum baligh.
"Kamu lelah Dek? bagaimana kalau kita tidur?"
Wafri harus segera tidur agar dia tidak kebablasan malam ini, karena dia sadar kalau Yumna masih gugup dan takut. Jadi, dia tidak ingin meminta hak nya terhadap istrinya dalam keadaan istrinya tidak nyaman.
"Iya, Mas,"
"Kalau begitu, ayo kita tidur! jangan lupa baca doa dan dzikir sebelum tidur ya Dek."
"Iya Mas."
Wafri tersenyum melihat Yumna, dia merasa beruntung memperistri Yumna, gadis lembut yang begitu berhati-hati dalam bertindak, itulah hal pertama yang di tangkap wafri saat melihat Yumna di Awal dulu. Sempat beberapa waktu mengajar di kelas Yumna, dia bisa mengetahui sedikit ke pribadian Yumna di tambah dengan penilaian orang yang mengenal Yumna. gadis lembut dan penyayang itu juga hal yang diketahui oleh Wafri, bahkan dia rela akan melepaskan perasaannya sendiri asal sang kakak bisa bahagia.
Mereka membaringkan tubuhnya di kasur, dengan tubuh lurus dan memandang langit-langit kamar. keduanya begitu sulit untuk memejamkan mata, setelah sekian lama akhirnya Yumna pun bisa terlelap, tapi tidak untuk Wafri yang dari tadi pura-pura tidur membuka matanya saat mendengar nafas istrinya yang sudah terdengar teratur.
Wafri memiringkan badannya, di pandangnya cukup lama wajah itu, wajah yang membuat dia jatuh hati.
'Cup'
Sebuah kecupan pun mendarat di kening sang istri. "Maaf ... aku terpaksa mencurinya diam-diam, karena aku pun belum sanggup memintanya tadi secara langsung."
Setelah mencuri ciuman di kening Yumna, barulah Wafri memejamkan matanya dan menyusul Yumna ke alam mimpi.
Seperti Malam-malam biasanya, Wafri yang sudah terbiasa bangun tengah malam untuk shalat malam pun terbangun kali ini, tapi sungguh ia tidak menyangka saat ia bangun badannya di peluk kian erat oleh seseorang disampingnya. Ya, Yumna memeluk Wafri seperti memeluk gulingnya dengan satu kakin naik ke paha Wafri, wajah mereka yang tidak berjarak, bahkan hidung mereka yang bersentuhan, membuat Wafri panas dingin luar biasa. jantungnya seperti ingin melompat, berkali-kali menghela nafasnya.
Yumna yang merasakan hembusan hangat di wajahnya pun terbangun, saat membuka mata dia reflek berteriak dan segera di tutup mulutnya oleh Wafri.
"Dek, jangan berteriak! Nanti semua ikut bangun."
Yumna mengangguk kan kepalanya, dan Wafri melepaskan tangannya. Yumna yang menyadari posisi tangan dan kakinya pun segera mengubah posisi menjadi terlentang. Dua orang tersebut langsung diam dalam keheningan.
"Maaf ... Mas," ucap Yumna membuyarkan keheningan diantara mereka.
"Tidak ada yang perlu di Maafkan, Dek. Kamu tidak salah, karena kamu cuma terkejut saja."
Wafri bangun dari tidurnya menuju kamar mandi.
"Mas mau sholat malam, kamu mau ikut?"
"Iya, Mas. Mas duluan aja ambil wudhu nya."
Kemudian Wafri masuk kamar mandi, melihat pintu kamar mandi tertutup Yumna duduk dan mengelus dadanya berkali-kali, menetralkan jantungnya yang berdegup kencang. Cukup lama Yumna menunggu Wafri keluar kamar mandi, beberapa saat kemudian Wafri keluar kamar mandi dengan melilitkan handuknya di pinggang. Yumna terkejut dan langsing memalingkan wajahnya, muka Yumna memerah melihat pemandangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Lili Aprilia
dag Dig dug aku thorrr
2023-10-17
0
Meyginia
Baca ini jd ikutan dagdigdug wkwk
2023-09-10
0