Bahagia Di Atas Lukaku

Bahagia Di Atas Lukaku

Kehidupan Salwa

"Salwa, apa sudah ada kabar dari suami kamu?" sebuah pertanyaan melayang bebas di bibir wanita tua yang kini berada di kursi roda. Sedangkan Salwa sendiri yang saat ini tengah memasak hanya bisa menarik napas berat, sebelum menjawab pertanyaan mertuanya.

"Belum ada Mak, aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi, karena tidak ada yang mempunyai nomor ponsel Mas Haikal." Jawab Salwa dengan suara bergetar. Pasalnya sudah enam bulan ini suaminya tidak ada kabar, bahkan Haikal pun selama merantau ke kota belum mengirimkan uang seperti yang dikatakan waktu itu.

"Mak minta maaf ya Wa, karena tidak bisa membantu kamu untuk mencari nafkah." Mata tua itu sudah berkaca-kaca, karena tidak tahu mesti berbuat apa dengan keadaannya yang sama sekali tidak bisa digerakkan.

"Jangan berbicara seperti itu Mak, doakan saja supaya aku bisa terus mendapatkan rezeki untuk biaya makan kita dan obat untuk Emak." Dengan seulas senyuman, Salwa mencoba menghibur mak Saroh orang tua dari suaminya, yang mana telah memilih hidup dengannya. Sedangkan anak keduanya entah berada di mana karena selama bertahun-tahun tidak pernah kembali.

Meski dengan keadaan yang sulit, Salwa sama sekali tidak mengeluh perihal ekonomi yang sudah membelitnya dan tidak dipungkiri jika dirinya harus menahan rasa lapar, agar anak dan mertuanya bisa makan.

Hidup berdua dengan mertuanya dan Salwa juga hanya bisa mengandalkan pekerjaannya sebagai buruh cuci, ia juga harus terus berhemat agar uang yang ia kumpulkan bisa untuk pengobatan mak Saroh.

Sedangkan anak semata wayangnya yang ia dapatkan dari hasil pernikanya dengan Haikal, kini sudah berusia 10 tahun dan duduk di bangku kelas empat SD.

Tepat pukul 12 siang dan sebentar lagi Alfi akan pulang. Beruntung juga hari ini Salwa bisa memasak makanan enak, yakni ayam suwir kesukaan Alfi.

"Mak, kita ke dapur ya untuk makan. Sebentar lagi Alfi akan pulang dan kebetulan tadi, saat aku dapat pekerjaan saat hendak pulang diberi ayam sama Ibu Desi." Salwa terus mendorong kursi roda tersebut untuk mengajak mertuanya makan.

"Wa, sekali lagi emak minta maaf ya. Sudah terlalu banyak emak meropatkamu," ucap mak Saroh lagi-lagi dengan perasaan bersalah.

"Sudahlah Mak, jangan seperti ini. Rasanya tidak pantas jika nanti dilihat sama Alfi," balas Salwa karena lelah, jika setiap hari telinganya mendengar kata maaf dari mertuanya.

Benar saja, tidak berapa lama terdengar suara salam dari depan dan Salwa pun menimpalinya.

"Bun!" sapa Alfi sembari mengulurkan tangannya untuk meraih punggung tangan Salwa.

"Al, kamu mandi, sholat, dan setelah itu kita makan siang ya. Kasihan nenek sudah menunggu," ucap Salwa pada Alfi.

"Iya Bun." Jawab Alfi yang seketika berjalan meninggalkan Salwa yang kala itu masih berdiri, menatap kepergian Alfi.

"Lihatlah Mas, anak kamu begitu patuh pada orang tuanya. Apa kamu sedikitpun tidak memikirkan Alfi? Bahkan sudah enam bulan lebih kamu tidak ada kabar," batin Salwa dengan tatapan sendunya ia mengingat akan kata-kata yang pernah terucap di bibir Haikal.

Sesaat kemudian Salwa pergi dari ruang tamu untuk menuju ke dapur, karena tidak ingin larut dalam kesedihan. Bahkan Salwa juga tidak tahu suaminya berada di kota mana, yang ia tahu jika Haikal ingin mengadu nasib di kota J.

Setelah itu, ketiganya kini makan dengan hikmat. Tidak ada percakapan saat mereka makan, tapi terlihat jika Alfi begitu sangat lahap dengan lauk yang jarang bisa dinikmati oleh bocah kecil itu.

"Bun, akhirnya aku bisa makan ayam kesukaanku juga."

Jlepp.

Ada rasa ngilu di hati Salwa, ketika Alfi dengan gamblang mengatakan jika dia begitu menyukai ayam suwir itu.

"Doakan bunda ya Nak, supaya bunda terus mendapatkan pekerjaan agar kamu bisa sering makan dengan lauk ayam." Sekuat hati Salwa menahan sesak di hatinya dan berusaha untuk tidak menangis.

"Tentu Bunda, bahkan aku setiap hari berdoa agar Bunda punya uang banyak. Supaya bisa makan enak terus, tapi …." Alfi menggantung kalimatnya dan wajahnya tertunduk. Tadinya makan dengan lahap, sekarang Alfi tidak menyentuh makanan yang ada di piringnya.

"Nak, doakan supaya bapakmu bisa pulang dan berkumpul bersama dengan kita lagi." Salwa yang mendengar hal itu, merasa hatinya semakin tercabik oleh rasa penyesalan. Andai dirinya dulu tidak mengizinkan ketika Haikal ingin merantau. Mungkin nasibnya tidak akan seperti ini.

"Iya Nek, aku selalu doain bapak supaya cepat pulang, karena aku juga sudah kangen sama bapak." Dengan polosnya bocah berumur 10 tahun itu berucap. Sama halnya dan Alfi, Salwa juga menginginkan suaminya kembali dengan keadaan sehat tanpa kekurangan apa pun.

Hari-hari yang dilalui Salwa begitu semakin sulit. Satu tahun sudah Haikal benar-benar menghilang bagai terbawa angin hingga tidak meninggalkan jejak sama sekali.

Mak Saroh yang semakin kesusahan untuk mendapatkan perawatan karena terhalang oleh uang, harus tergantikan obat warung.

"Mak, aku minta maaf ya. Aku belum bisa memberikan pengobatan yang layak karena sulitnya mencari pekerjaan," ucap Salwa nelangsa saat melihat mertuanya kini tengah menahan sakit di kepalanya.

"Tidak Wa, ini hanya pusing biasa. Setelah emak minum obat ini pasti nanti sembuh," balas mak Saroh yang terlihat begitu sangat kesakitan. Tidak tega melihat wajah polos Salwa yang terus menerus merasa bersalah, lebih baik mak Saroh memilih untuk menahannya.

"Wa, maafkan anak emak ya, karena sudah lebih dari setahun nyatanya Haikal tak kunjung pulang dan melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami."

"Emak jangan berbicara lagi ya, lebih baik Emak istirahat supaya kembali sehat."

"Tidak Wa, mak tahu hati kamu seperti apa! Karena kita sama-sama perempuan yang punya batas kesabaran, punya batas di mana kita harus mengeluarkan isi hati kita."

Salwa tidak bisa menahan air matanya lagi dan seketika memeluk sosok yang tengah berbaring, rasa tak sanggup mulai ia rasakan ketika tidak ada satu orang pun yang menyuruhnya. Bahkan sepeser uang Salwa tidak memegangnya.

"Menangislah Nak, dengan begitu bebanmu akan berkurang."

"Jika kamu lelah, pergi dan cari kebahagiaanmu. Usah menunggu anak emak yang tak lagi mengingat kalian, mak masih sanggup di sini sendirian." Salwa makin terisak ketika dirinya diminta untuk pergi.

"Apa Emak mengusirku?" dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata, Salwa berbicara meski dengan keadaan keluh.

"Emak tidak mengusirmu. Hanya saja, kamu butuh kebahagiaan dan tidak terus-menerus mengurus emak yang tak berarti apa-apa."

"Tidak Mak, sampai kapan pun aku tidak akan meninggalkan Emak. Dari kecil aku sudah hidup sebatang kara dan Emak lah orang tua bagiku meski Emak juga tidak pernah melahirkan aku. Untuk mas Haikal jangan pernah berharap padanya karena aku lelah menunggunya meski begitu aku tidak akan meninggalkannya, jika kata pisah tidak diucapkannya.

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

hadir thor .. tega banget itu si Haikal .. kasihan ibu nya dan juga istri serta anak nya ..

2024-03-27

0

Lina Syah

Lina Syah

salah kenal Thor...batu baca tapi udah nyesak

2023-09-14

1

@Kristin

@Kristin

Menyedihkan 🤧

2023-08-18

0

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan Salwa
2 Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3 Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4 Mak Saroh meninggal.
5 Mencari sebuah kepastian
6 Kehilangan harta benda
7 Sebuah pertemuan
8 Salwa berada di rumah Hanafi
9 Jujur lebih baik
10 Hans membelikan baju Salwa
11 Perintah Hans
12 Ketika hati dipertemukan oleh luka
13 Ketika Alam berkehendak
14 Ketika Hati memilih menyerah
15 Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16 Ketika hati dan mulut tak sejalan
17 Biarkan aku menyerah
18 Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19 Menyerah setelah berjuang
20 Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21 Keputusan Salwa
22 Ditemani Hans pulang kampung
23 Keributan di rumah Salwa
24 Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25 Keberanian Hanafi
26 Menyakinkan sebuah hati
27 Kecelakaan tunggal
28 Keadaan Alfi
29 Bahagia di Atas Lukaku
30 Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31 Takdir yang tak terelakkan.
32 Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33 Rindu tak bertuan
34 Pertengkaran Mira dan Putra
35 Ketika hati memilih pergi
36 Tuduhan Mira
37 Menguak sebuah kejahatan
38 Pergi ke kota
39 Terbongkarnya sebuah kebohongan
40 Ketika Hati tersakiti
41 Memberi perhitungan untuk Haikal.
42 Kemarahan Hans
43 Mira mencari Putra
44 Mira mencari tahu
45 curhatan othor
46 Mira berada di RS
47 Sadarnya Mira
48 Sebuah pertengkaran (Impas)
49 Keadaan Haikal
50 Akhir dari penyesalan
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Kehidupan Salwa
2
Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3
Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4
Mak Saroh meninggal.
5
Mencari sebuah kepastian
6
Kehilangan harta benda
7
Sebuah pertemuan
8
Salwa berada di rumah Hanafi
9
Jujur lebih baik
10
Hans membelikan baju Salwa
11
Perintah Hans
12
Ketika hati dipertemukan oleh luka
13
Ketika Alam berkehendak
14
Ketika Hati memilih menyerah
15
Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16
Ketika hati dan mulut tak sejalan
17
Biarkan aku menyerah
18
Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19
Menyerah setelah berjuang
20
Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21
Keputusan Salwa
22
Ditemani Hans pulang kampung
23
Keributan di rumah Salwa
24
Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25
Keberanian Hanafi
26
Menyakinkan sebuah hati
27
Kecelakaan tunggal
28
Keadaan Alfi
29
Bahagia di Atas Lukaku
30
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31
Takdir yang tak terelakkan.
32
Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33
Rindu tak bertuan
34
Pertengkaran Mira dan Putra
35
Ketika hati memilih pergi
36
Tuduhan Mira
37
Menguak sebuah kejahatan
38
Pergi ke kota
39
Terbongkarnya sebuah kebohongan
40
Ketika Hati tersakiti
41
Memberi perhitungan untuk Haikal.
42
Kemarahan Hans
43
Mira mencari Putra
44
Mira mencari tahu
45
curhatan othor
46
Mira berada di RS
47
Sadarnya Mira
48
Sebuah pertengkaran (Impas)
49
Keadaan Haikal
50
Akhir dari penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!