Salwa berada di rumah Hanafi

Dirasa sudah tidak ada lagi obrolan dari sambungan telepon, Hans pun menutup dan meletakkannya kembali ponsel tersebut di atas meja.

"Sekarang Anda bisa menjawab pertanyaan saya lagi," ujar Hans yang kembali fokus dengan Salwa, kenapa bisa berada di kota dengan penuh perjuangan bagi mereka yang belum pernah datang.

"Sa-saya, sedang mencari suami saya Tuan." Sebuah jawaban diberikan oleh Salwa, membuat Hans seketika terdiam dan entah apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.

"Jadi, wanita ini sudah bersuami!" Sesungguhnya Hans tidak percaya, tapi terlihat dari bahasa tubuhnya jika Salwa memang tidak sedang berbohong.

"Tuan," panggil Salwa dengan perasaan yang tak bisa terbaca.

"Jika Anda di sini ada seorang suami, lantas kenapa bisa tersesat hingga di jambret?" tanya Hans sedikit penasaran karena yang ada di dalam pikirannya sekarang, kenapa seakan terjadi sesuatu pada wanita dengan satu anak itu.

"Apa Tuan ingin saya menjabarkan secara detail."

"Tidak, bukan itu maksud saya. Hanya saja sedikit aneh dan jika ada orang yang tahu tentang kamu, mungkin jalan pikirannya akan sama dengan saya." Salwa yang masih berdiri, menatap lekat ke arah Hans.

"Sudah lebih dari setahun suami saya tidak pulang, bahkan tanpa kabar walau sepucuk surat yang dikirimkan. Saya hanya ingin mencari soal status yang di gantung dengan begitu, saya pun tidak berharap akhir dari semua ini. Tetapi, apa salah jika harapan untuk melanjutkan rumah tangga yang sudah 11 tahun terjadi bisa di satukan? Itu lah alasan saya datang ke sini."

Untuk pertama kalinya Hans merasakan rasa yang tak bisa diungkapkan, membesarkan anak seorang diri. Tanpa status dari lelaki yang bergelar suami dan Salwa harus berjuang demi mendapatkan haknya saat ini.

"Apa Anda tidak percaya jika suami Anda bekerja?"

"Ini bukan soal percaya atau tidak, tapi soal tanggung jawab. Di mana saya seorang diri merawat anak dan mertua dengan keadaan tidak bisa apa-apa! Memangnya saya salah jika meminta hak dan keadilan?" Semakin ngilu ketika Hans mendengarkan ucapan Salwa untuk yang kedua kalinya.

"Tidak ada yang salah, karena Anda memperjuangkan hak sebagai istri." Akhirnya Hans pun mengeluarkan suara di mana Salwa semakin yakin, jika ingin secepatnya bisa menemukan suaminya.

"Lalu, rencana selanjutnya apa?" tanya Hans dengan menatap wajah wanita itu dalam-dalam.

"Jika saya diperbolehkan. Izinkan saya menjadi pembantu di rumah ini," ucap Salwa dan hanya itu yang bisa diharapkannya sekarang, karena untuk saat ini Salwa tidak tahu harus meminta tolong pada siapa, selain pada lelaki yang semalam sempat menolongnya. Di samping itu, ia juga butuh pekerjaan agar suatu hari tidak keluar dengan tangan kosong.

Ada perasaan kasihan yang ditujukan pada Salwa, untuk sekarang Hans tidak tahu harus memberi pekerjaan seperti apa. Sedangkan di rumahnya sudah ada Mila dan satu supir, serta satu pembantu laki-laki yang sekarang tengah pulang kampung.

"Anda boleh tinggal di sini, bantu-bantu Mila, karena sejujurnya saya tidak butuh pembantu tambahan, tapi Anda harus siap jika saya memerlukan bantuan." Sejenak Salwa menatap lelaki itu dengan perasaan bertanya-tanya. Tidak tahu apa maksud dari kalimatnya dan berharap jika tidak ada permintaan di luar batas, itulah yang ada di pikirannya.

"Ti-dak masalah Tuan, selama di jalur yang wajar." Jawab Salwa dengan suara gemetar.

"Ya sudah, sekarang kamu boleh keluar." Setelah memerintahkan, Salwa pun keluar dengan tanda tanya di hatinya.

Tidak membutuhkan seorang pembantu, tapi jika suatu saat membutuhkan bantuannya maka Salwa harus siap, itulah yang tengah dipikirkannya.

"Semoga Tuan Hans tidak meminta yang aneh-aneh," batin Salwa dan setelah itu kembali ke dapur untuk membantu Mila melanjutkan pekerjaannya.

Hari ini adalah hari minggu di mana Hans tidak perlu bekerja dan berencana untuk pergi, mengajak Alfi jalan-jalan karena Hans juga sadar jika Salwa maupun Alfi tidak memiliki baju, jadi itu tujuannya untuk mengajak anak lelaki dari Salwa.

"Al, kamu sudah siap?" tanya Hans pada Alfi yang kini sedang duduk di ruang tengah.

"Udah Om, aku sudah dari tadi nunggunya." Jawab Alfi dengan menatap lelaki dewasa itu.

"Apa kamu sudah pamit pada Bundamu?" tanya Hans lagi.

Alfi menggelengkan kepalanya dan Hans pun sedikit memberikan senyuman pada bocah laki-laki itu.

"Ya sudah, sekarang kamu pamit Bunda ya." Alfi mengangguk.

Sedangkan di lain tempat.

"Mir, kamu jadi ke rumah Paman Nafi?" tanya Putra pada istrinya yang kini berada di depan meja rias.

"Iya Mas, aku sudah lama tidak datang ke sana." Jawab Mira dengan sesekali membenarkan riasannya.

"Eum … mas minta maaf ya, karena tidak bisa ikut untuk menemani kamu. Mas janji, besok-besok mas akan ikut ke rumah Paman." Mira mendongak, lalu tersenyum ketika suaminya itu mengatakan jika kali ini tidak bisa ikut dengannya.

"Tidak apa-apa Mas, lagian masih banyak hari untuk kita datang ke sana. Aku hanya ingin melihat keadaan Paman setelah sebulan tidak pernah berkabar dengannya," terang Mira.

"Harusnya Paman itu menikah, agar kamu tidak bolak-balik ke sana. Nanti kalau anakku sudah lahir, otomatis kamu harus mengurangi jatah untuk berkunjung bukan, mas tidak mau kalau nanti kamu sampai kecapean." Lagi-lagi Mira dibuat terharu oleh kata-kata dari Putra. Baginya semua itu sudah menunjukkan jika suaminya adalah lelaki yang baik karena dari tutur katanya dan begitu sangat perhatian juga.

"Lelah jika aku harus memaksanya Mas, nyatanya tidak ada wanita satu pun yang aku kenalkan pada Paman, yang berhasil meluluhkan hatinya dan aku pun tidak tahu, kriteria seperti apa yang dicarinya." Jawab Mira dengan sesekali menghembuskan napas berat. Pasalnya bukan sekali dua kali pamannya itu menolak dengan alasan tidak ada yang cocok, sedangkan usianya sudah menginjak angka 40 tahun.

"Ya sudah kamu hati-hati ya, jika di jalan dan salam dari suamimu ini yang teramat tampan." Putra tertawa kecil karena jika dirinya tidak tampan, mana mungkin Mira mau dengannya.

"Tentu Mas, kamu baik-baik ya, di rumah." Putra tersenyum dan langsung mendaratkan sebuah kecupan pada Mira.

"Tua bangka itu, sampai kapan pun tidak akan menikah dan itulah harapanku untuk menguasai hartanya." Senyuman licik terbit di sudut bibir Putra dan setelah itu melepaskan pelukannya pada istrinya.

Kini Mira sudah dalam perjalanan untuk menuju ke rumah pamannya yang cukup memakan waktu, hampir dua jam jarak yang ditempuh. Namun, semua itu tidak ada artinya bagi Mira ketika berkunjung ke rumah orang yang selama ini telah merawatnya sedari ia tumbuh dewasa.

Sedangkan di pusat perbelanjaan, Alfi dibuat takjub dengan tempat yang bernama Mall.

"Al, sekarang pilih. Baju mana yang kamu suka karena om ingin ke sana sebentar."

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

suatu saat keserakahan dan kesombongan mu itu akan menghancurkan mu .. anak istri dan ibu nya aja di tinggal dan dia ga pernah perduli sampai ga tau klo ibu nya itu udh tiada ..

2024-03-27

0

Lina Syah

Lina Syah

terlalu tamak putranya 😡😡😡😡

2023-09-14

1

mama oca

mama oca

ga tau diri sekali anda putra!! semoga om han bisa berjodoh dengan salwa

2023-08-19

1

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan Salwa
2 Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3 Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4 Mak Saroh meninggal.
5 Mencari sebuah kepastian
6 Kehilangan harta benda
7 Sebuah pertemuan
8 Salwa berada di rumah Hanafi
9 Jujur lebih baik
10 Hans membelikan baju Salwa
11 Perintah Hans
12 Ketika hati dipertemukan oleh luka
13 Ketika Alam berkehendak
14 Ketika Hati memilih menyerah
15 Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16 Ketika hati dan mulut tak sejalan
17 Biarkan aku menyerah
18 Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19 Menyerah setelah berjuang
20 Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21 Keputusan Salwa
22 Ditemani Hans pulang kampung
23 Keributan di rumah Salwa
24 Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25 Keberanian Hanafi
26 Menyakinkan sebuah hati
27 Kecelakaan tunggal
28 Keadaan Alfi
29 Bahagia di Atas Lukaku
30 Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31 Takdir yang tak terelakkan.
32 Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33 Rindu tak bertuan
34 Pertengkaran Mira dan Putra
35 Ketika hati memilih pergi
36 Tuduhan Mira
37 Menguak sebuah kejahatan
38 Pergi ke kota
39 Terbongkarnya sebuah kebohongan
40 Ketika Hati tersakiti
41 Memberi perhitungan untuk Haikal.
42 Kemarahan Hans
43 Mira mencari Putra
44 Mira mencari tahu
45 curhatan othor
46 Mira berada di RS
47 Sadarnya Mira
48 Sebuah pertengkaran (Impas)
49 Keadaan Haikal
50 Akhir dari penyesalan
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Kehidupan Salwa
2
Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3
Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4
Mak Saroh meninggal.
5
Mencari sebuah kepastian
6
Kehilangan harta benda
7
Sebuah pertemuan
8
Salwa berada di rumah Hanafi
9
Jujur lebih baik
10
Hans membelikan baju Salwa
11
Perintah Hans
12
Ketika hati dipertemukan oleh luka
13
Ketika Alam berkehendak
14
Ketika Hati memilih menyerah
15
Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16
Ketika hati dan mulut tak sejalan
17
Biarkan aku menyerah
18
Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19
Menyerah setelah berjuang
20
Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21
Keputusan Salwa
22
Ditemani Hans pulang kampung
23
Keributan di rumah Salwa
24
Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25
Keberanian Hanafi
26
Menyakinkan sebuah hati
27
Kecelakaan tunggal
28
Keadaan Alfi
29
Bahagia di Atas Lukaku
30
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31
Takdir yang tak terelakkan.
32
Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33
Rindu tak bertuan
34
Pertengkaran Mira dan Putra
35
Ketika hati memilih pergi
36
Tuduhan Mira
37
Menguak sebuah kejahatan
38
Pergi ke kota
39
Terbongkarnya sebuah kebohongan
40
Ketika Hati tersakiti
41
Memberi perhitungan untuk Haikal.
42
Kemarahan Hans
43
Mira mencari Putra
44
Mira mencari tahu
45
curhatan othor
46
Mira berada di RS
47
Sadarnya Mira
48
Sebuah pertengkaran (Impas)
49
Keadaan Haikal
50
Akhir dari penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!