Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)

𝘗𝘶𝘢𝘴 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘬𝘦𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘰𝘳𝘪. 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘭𝘶 𝘢𝘥𝘢, 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘣𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨-𝘣𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢, 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘴𝘢.

…….

Mira menatap Putra dengan senyuman yang mengembang di sudut bibirnya. Mira juga begitu bahagia setelah menyakinkan sang paman jika Putra adalah lelaki yang baik serta bertanggung jawab. Kenyataannya bukti ada di depan mata yang mana lelakinya itu tengah terlelap dengan setumpuk berkas.

"Sebaiknya aku meletakkan di sini karena kasihan jika aku membangunkannya," gumam Mira dan setelah itu. Wanita yang kini tengah mengandung dengan usia empat bulan pergi, lalu kembali ke rumahnya di rasa sudah tidak ada lagi urusan.

Di lain tempat.

Pukul delapan malam di rumah sakit, Salwa yang kini tengah termenung menatap ke arah langit-langit. Di mana dirinya dibuat bingung harus mencari uang ke mana lagi dan rasa lelah serta ingin menyerah telah menghantuinya.

"Ya Allah, ke mana lagi hamba harus mencari uang. Sedangkan sudah seharian ke sana-kemari tidak juga aku mendapatkan," gumam Salwa dengan linangan air mata dengan terus mengelus lembut rambut Alfi, yang kini tertidur di pangkuannya karena sama sekali tidak ada sanak saudara untuk dimintai bantuan.

Salwa, masih terus memikirkan cara agar bisa melunasi biaya yang harus ia bayar di rumah sakit, dengan nominal yang cukup lumayan besar menurutnya, karena ia juga bukan berasal dari orang mampu.

Pusing yang melanda tidak dirasakan lagi karena telah dipenuhi bayang-bayang biaya rumah sakit. Di mana mak Saroh di rawat karena kemarin sempat drop. 10 juta, uang yang harus dibayarkan dan jika tidak maka mak Saroh harus keluar dari rumah sakit. Apa Salwa akan setega itu? Tidak, wanita itu masih memiliki hati nurani untuk membuat mertuanya sehat kembali, meski hanya 50 persen.

Di sandaran tembok, Salwa terus bergelut dengan pikirannya yang begitu kacau. Air mata seakan tidak ada habisnya dan terus menemani hari-harinya.

"Jika akhirnya hati dan jiwaku kamu hancurkan, harusnya kamu tak pernah singgah di hidupku Mas, cintamu telah membuatku tersiksa. Entah sampai kapan hati ini sanggup untuk melawan waktu, dengan kepergianmu mengiringi kekecewaanku." Dalam hati Salwa meraung dengan rasa nelangsa yang ia miliki saat ini.

Merasa kasihan dengan Alfi, akhirnya Salwa mengangkat tubuh mungil anaknya, lalu membawanya ke tempat di mana ia akan tidur dengan alas tikar.

Sejenak Salwa menatap wajah tua yang tak berdaya itu. Menatap lekat dengan sejuta doa, agar Tuhan memberikan kesembuhan pada sosok wanita yang selalu menyayanginya, meski keduanya tidak ada ikatan darah.

Malam semakin larut dan waktu begitu cepat, tapi Salwa sama sekali tidak bisa memejamkan matanya hingga. Suara adzan berkumandang dan perempuan itu pun masih terjaga.

Keesokan paginya.

"Bu, bagaimana dengan administrasi?" tanya seorang suster pada Salwa.

"Baik sus, kasih saya waktu dan saya berjanji akan membayar semua tagihannya." Jawab Salwa dengan suara lirihnya.

"Baik Bu, mohon kerja samanya." Suster itu tersenyum lalu pergi, setelah melihat keadaan pasien dan tanpa di sadari bahwa di dalam mak Saroh mendengarkan percakapan, antara Salwa dan seorang suster di luar.

"Ya Robb, aku harus mendapatkan uang di mana lagi." Di ujung kegelisahan Salwa bergumam dan setelah itu ia masuk untuk melihat keadaan mak Saroh.

Salwa yang melihat mak Saroh langsung menawari sarapan, agar bisa segera minum obat.

"Mak, aku suapi, ya!" ucap Salwa dengan satu tangan mengangkat mangkuk berisikan bubur.

"Salwa, jual rumah agar bisa membayar rumah sakit ini!" perintah mak Saroh.

"Mak sarapan ya, mumpung ini bubur masih hangat." Salwa sengaja mengalihkan pembicaraan, agar orang tua iru tidak ikut campur untuk urusan biaya.

"Salwa, jangan mengalihkan pembicaraan–."

"Mak, jangan ikut memikirkan yang tak perlu Emak pikirkan. Biarkan aku yang mencarinya," ucap Salwa dengan nada sedikit tinggi.

"Wa, kamu mau cari uang di mana. Mak tidak butuh rumah karena pada kenyataannya emak akan pergi," kata mak Saroh dengan wajah yang tak biasa.

"Rumah itu bukan milikku Mak, apakah pantas aku menjualnya hanya karena tidak mampu membayar biaya rumah sakit ini!" ucap Salwa dengan hati yang ngilu.

"Mak tidak butuh pernyataan seperti itu, karena kamu akan membutuhkan uang hasil penjulannya." Keduanya masih besitegang karena Salwa menolak untuk menjual rumah satu-satunya sebagai tempat berteduh.

"Mak, jikapun rumah itu dijual. Lantas kita mau tinggal di mana?" tanya Salwa akhirnya mengatakan alasan mengapa menolak.

"Itu urusan belakang, yang terpenting sekarang kamu bisa membayar biaya rumah sakit yang semakin membengkak."

Benar apa yang dikatakan oleh mertuanya, 10 juta itu hanya yang terlihat dan tidak untuk yang belum masuk rincian. Semuanya masih membuat bingung, karena setelah rumah itu laku. Lantas mereka akan tinggal di mana?

"Jangan memikirkan yang belum kita jalani." Mak Saroh sepertinya tengah mengajak bernegosiasi.

Sekarang pulanglah dan segera jual rumah itu, karena mak ingin istirahat." Dengan wajah terlukis sebuah senyuman mak Saroh pun berkata.

"Mak, tapi Emak belum makan!" kata Salwa yang tak ingin meninggalkan mertuanya saat ini.

"Nanti jika mak lapar akan makan, untuk sekarang segera jualah dan sisanya entah mau dikemanakan terserah kamu." Dengan sedikit tidak tega, Salwa mengangguk dan dengan langkah lemah ia pun pergi dari rumah sakit ini.

Tidak membutuhkan waktu lama, Salwa pun sudah sampai di rumah lalu menuju kamar mak Saroh untuk mengambil sertifikat rumah tersebut, karena Salwa akan membawanya pada rentenir yang ada di desanya kini.

Setelah itu.

"Memangnya rumah itu mau kamu gadai berapa?" tanya wanita yang kini tengah berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya.

"Saya hanya butuh 30 juta untuk biaya rumah sakit, karena saya tidak tahu lagi harus mencari ke mana." Jawab Salwa dengan gemetar. Baginya pantang berurusan dengan lintah darat, tapi lagi-lagi keadaan yang memaksanya untuk melakukan hal ini.

"Baiklah, saya akan memberikan dan ingat. Kalau sampai kamu tidak mampu membayar maka, rumah itu akan saya sita."

"Insya Allah saya akan menebusnya." Dengan dada yang berdebar Salwa berkata. Setelah uang 30 juta berada di tangannya. Ia pun kembali ke rumah sekaligus menunggu putranya pulang dari sekolah.

Masih kurang 30 menit lagi Alfi akan pulang, tapi saat Salwa ingin memejamkan matanya sebentar karena panas serta sedikit merasa pusing, harus gugur karena ponselnya tiba-tiba berbunyi.

"📲Apa!" Syok tentu, ketika pihak rumah sakit menghubunginya dan belum sempat bertanya apa pun.

"📲Baik, saya akan segera ke sana."

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

jalan tercepat cari uang ya mau ga mau ke rentenir .. meski pun resiko nya tinggi.. ta apa boleh buat .. lalu itu tlp dari RS .. apa yg terjadi dngn mak Sarah..

2024-03-27

0

@Kristin

@Kristin

Sabar ya Salwa semoga ada rejeki di hari esok

2023-08-25

2

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Makin Seru Kk
PaMud Mampir

2023-08-11

0

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan Salwa
2 Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3 Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4 Mak Saroh meninggal.
5 Mencari sebuah kepastian
6 Kehilangan harta benda
7 Sebuah pertemuan
8 Salwa berada di rumah Hanafi
9 Jujur lebih baik
10 Hans membelikan baju Salwa
11 Perintah Hans
12 Ketika hati dipertemukan oleh luka
13 Ketika Alam berkehendak
14 Ketika Hati memilih menyerah
15 Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16 Ketika hati dan mulut tak sejalan
17 Biarkan aku menyerah
18 Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19 Menyerah setelah berjuang
20 Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21 Keputusan Salwa
22 Ditemani Hans pulang kampung
23 Keributan di rumah Salwa
24 Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25 Keberanian Hanafi
26 Menyakinkan sebuah hati
27 Kecelakaan tunggal
28 Keadaan Alfi
29 Bahagia di Atas Lukaku
30 Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31 Takdir yang tak terelakkan.
32 Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33 Rindu tak bertuan
34 Pertengkaran Mira dan Putra
35 Ketika hati memilih pergi
36 Tuduhan Mira
37 Menguak sebuah kejahatan
38 Pergi ke kota
39 Terbongkarnya sebuah kebohongan
40 Ketika Hati tersakiti
41 Memberi perhitungan untuk Haikal.
42 Kemarahan Hans
43 Mira mencari Putra
44 Mira mencari tahu
45 curhatan othor
46 Mira berada di RS
47 Sadarnya Mira
48 Sebuah pertengkaran (Impas)
49 Keadaan Haikal
50 Akhir dari penyesalan
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Kehidupan Salwa
2
Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3
Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4
Mak Saroh meninggal.
5
Mencari sebuah kepastian
6
Kehilangan harta benda
7
Sebuah pertemuan
8
Salwa berada di rumah Hanafi
9
Jujur lebih baik
10
Hans membelikan baju Salwa
11
Perintah Hans
12
Ketika hati dipertemukan oleh luka
13
Ketika Alam berkehendak
14
Ketika Hati memilih menyerah
15
Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16
Ketika hati dan mulut tak sejalan
17
Biarkan aku menyerah
18
Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19
Menyerah setelah berjuang
20
Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21
Keputusan Salwa
22
Ditemani Hans pulang kampung
23
Keributan di rumah Salwa
24
Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25
Keberanian Hanafi
26
Menyakinkan sebuah hati
27
Kecelakaan tunggal
28
Keadaan Alfi
29
Bahagia di Atas Lukaku
30
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31
Takdir yang tak terelakkan.
32
Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33
Rindu tak bertuan
34
Pertengkaran Mira dan Putra
35
Ketika hati memilih pergi
36
Tuduhan Mira
37
Menguak sebuah kejahatan
38
Pergi ke kota
39
Terbongkarnya sebuah kebohongan
40
Ketika Hati tersakiti
41
Memberi perhitungan untuk Haikal.
42
Kemarahan Hans
43
Mira mencari Putra
44
Mira mencari tahu
45
curhatan othor
46
Mira berada di RS
47
Sadarnya Mira
48
Sebuah pertengkaran (Impas)
49
Keadaan Haikal
50
Akhir dari penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!