Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)

"Apa kamu masih mencintai lelaki itu?" tanya Hans di sela-sela tangis Salwa yang masih pecah.

"Apakah saya harus menjelaskan? Munafik jika saya tidak mencintainya, karena sudah ada Alfi di tengah-tengah kita. Tetapi, seiring berjalannya waktu rasa itu pudar dan terbawa ombak." Di dalam hati Salwa, mustahil jika dirinya tidak mencintainya, tapi keadaan yang mengharuskan wanita itu melupakan nama cinta. Yang pernah ada di hatinya dan sekarang semuanya telah berubah menjadi sebuah kebencian.

"Maaf, tidak seharusnya saya bertanya seperti ini." Salwa menanggapi dengan seulas senyuman tipis, meratapi nasibnya yang tak kunjung menemukan puncak kebahagiaan. Keberuntungan yang tak pernah berpihak kepadanya, tapi Salwa harus apa? Selain berdoa dan menyerahkan semua pada Sang Pencipta. Lalu, membiarkan takdir yang menjawab semuanya nanti.

"Sudahlah Tuan, saya hanya menjalankan takdir saya di dunia. Biarkan nanti takdir juga yang menjawab karena saya hanya manusia tanpa punya sayap. Jikapun mempunyai maka saya akan berkelana mencari tempat terindah, untuk disinggahi dan meninggalkan dunia ini dengan penuh tipu daya," ucap Salwa dengan senyuman kecut.

"Aku salut padamu Salwa, karena kamu adalah wanita yang tegar. Meski menderita di atas kebahagiaan orang lain, tapi kamu mencoba ikhlas dengan apa yang terjadi." Hans bergumam dalam hati, entah mengapa. Sejak pertama kali bertemu, ia pun merasakan kedamaian di dalam hatinya dan menemukannya di diri Salwa.

Setelah obrolan yang sangat menguras emosi, akhirnya keduanya bercerita ke hal lain. Itu karena Hans tidak mau membuat Salwa bersedih lagi.

"Salwa, apa kamu bisa jangan memanggilku 'Tuan' dan mengganti dengan panggilan lain." Pinta Hans dan Salwa pun dibuat ternganga dengan permintaan majikannya itu.

"Tuan, itu sungguh tidak sopan. Saya tahu batasan dan mana mungkin panggilan pada majikan bisa diubah," ujar Salwa dengan wajah sendunya, karena perkataan konyol membuatnya merasa salah tempat

"Itu peraturan saya yang buat, kenapa kamu yang protes!" dengus Hans karena permintaannya ditolak oleh Salwa.

"Saya tahu, maka peraturan antara majikan dan pembantu bukankah sudah ada sejak dulu. Jika babu seperti saya memang seharusnya meninggikan sematan untuk Anda, Tuan."

Hans tidak terima dengan kalimat Salwa, karena merasa jika semua orang berhak berteman dengan siapa pun. Meski itu adalah atasan dan bawahan, majikan dan pembantu semua sama.

"Ini perintah, panggil saya dengan panggilan 'Mas' dan saya menginginkan hal itu." Hans pun terus mendesak Salwa.

"Ada apa dengan orang ini? Aku berharap jika Tuan tidak habis mabuk. Sehingga bicaranya ngawur," gumam Salwa dengan mulut masih menganga karena perilaku Hans, yang sangat berlebihan itu.

"Kita pulang, sepertinya Anda habis mabuk. Makanya ngelantur hingga meminta yang tidak-tidak," ajak Salwa pada Hans, karena dengan pulang lelaki itu bisa istirahat dan efek dari Alkohol cepat hilang.

"Tunggu, ucapanku serius dan kamu harus mau!" desak Hans pada Salwa lagi yang mana, lelaki tersebut meminta mengganti nama panggilan.

Kruuuuuuk.

Tepat, saat Salwa berdiri. Rasa lapar kini tengah mengganggunya dan ia pun merasa malu.

"Pasti ini akibat seharian tidak makan, sungguh memalukan." Salwa membatin dengan raut wajah bersemu merah, karena takut ditertawakan oleh majikannya.

"Salwa, kamu tunggu di sini sebentar." Tanpa menunggu jawaban dari Salwa, Hans pun pergi dan entah lelaki itu akan ke mana.

Mungkin sekitar 20 menit, Hans kembali membawa dua piring makanan dan dua botol air mineral. Sedikit kesusahan karena ini kali pertama dengan susah payah ia pun mengambil sendiri pesanannya.

"Tuan, Anda membawa apa?" tanya Salwa karena terlihat jika lelaki tersebut memang sedang kesusahan, dikarenakan dua tangannya dipenuhi oleh piring, lalu tidak lupa mengapit dua botol air mineral juga.

"Tuan!" tegur Salwa lagi.

"Apa Tuan mendadak sakit gigi hingga tidak menjawab," batin Salwa bertanya-tanya.

"Tuan …." Kalimat itu menggantung saat Hans memberikan piring dan air untuknya.

"Dasar tidak peka," umpat Hans dalam hati, layaknya seorang remaja yang tengah berselisih paham.

"Mas, makasih."

"Apa saya tidak salah dengar?" ucap Hans memastikan.

"Maaf, tapi tidak ada pengulangan kata." Jawab Salwa dengan perasaan aneh, ketika memanggil majikannya dengan nama yang lain dan canggung tentu saja.

"Ya sudah, buruan makan karena setelah itu kita pulang." Ada rasa bahagia tersendiri yang dirasakan oleh Hans. Makan di pinggir jalan apalagi di tempat terbuka seperti di taman. Sungguh pengalaman yang tak pernah terlupakan meski begitu Hans benar-benar merasakan kebahagiaan yang sejati.

Sedangkan Salwa yang lapar dan kebetulan, selama dua tahun masa itu. Untuk yang pertama kalinya ia bisa merasakan makan sate yang selalu diidamkan. Namun, satu tusuk sate berhenti di depan mulutnya dan tiba-tiba saja air matanya berlinang tanpa dipinta.

"Salwa, apa makanan ini tidak enak? Sini biar saya buang …." Hans pun menjeda kalimatnya, ketika tangannya merebut piring tersebut. Tetapi, Salwa menahannya dan tidak membiarkan piringnya berada di tangan Hans lagi.

"Untuk dua tahun yang lalu, saya baru bisa merasakan sate ini. Makanan yang selalu saya inginkan dan sayangnya tidak mampu untuk membeli, tapi sekarang saya bisa memakannya." Berdenyut hati Hans kala mendengar penuturan dari Salwa, bahkan seporsi sate pun wanita itu tidak bisa membelinya. Sungguh berat beban yang dipikul oleh Salwa ketika itu.

"Sudah jangan menangis, mau kamu makan setiap hari pun saya akan membelikanmu. Atau kalau bisa saya akan menyewa koki untuk memintanya membuat sate," ucapnya dengan sesekali mengusap air mata Salwa dengan berani.

"Itu terlalu berlebihan," kata Salwa dan meletakkan kembali sate di atas tempat duduk.

"Aku tidak mungkin memakannya, karena Alfi juga ingin sekali makan sate. Ya Allah, maafkan hamba yang tidak bisa memberikan kebahagiaan pada anak hamba." Batin Salwa benar-benar nelangsa ketika ingatannya kembali ketiga bulan lalu. Saat Alfi menginginkan sate seperti orang-orang yang ia lihat di pinggir jalan, dengan nikmat memasukkan potongan sate ke dalam mulutnya.

"Habiskan, Alfi biar saya belikan lagi." Hans tahu apa yang ada di pikiran Salwa, mungkin kelak jika dirinya sudah menjadi orang tua. Apa yang dilakukan Salwa akan dilakukannya juga kelak.

"Tuan … em maaf, apa Mas serius?" ucap Salwa memastikan.

"Tentu, sekarang makanlah." Salwa pun mengangguk dan kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Hans sedikit tersenyum ketika wanita itu dengan lahap memakan makanan yang tak pernah Salwa rasakan sebelumnya.

Setengah jam kemudian, Salwa sudah menghabiskan dan kini keduanya telah berada di jalan untuk pulang. Dengan sesekali pencuri pandang, Hans melihat jika Salwa tengah tertidur dengan sangat pulasnya.

"Kamu adalah harta yang terbuang, jadi biarkan aku memungutnya." Hans bergumam dengan melirik ke arah Salwa.

"Lalu untukmu Put, tidak ada pengampunan karena kamu sudah berani membohongiku dan juga Mira." Dengan tatapan dipenuhi oleh amarah, Hans mengumpat dan berjanji. Jika Putra akan hancur karena sudah berani bermain-main dengannya.

Terpopuler

Comments

Alya Yuni

Alya Yuni

Bego kau Salwa
jdi prmpuan ko trllu bodoh

2023-09-01

0

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan Salwa
2 Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3 Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4 Mak Saroh meninggal.
5 Mencari sebuah kepastian
6 Kehilangan harta benda
7 Sebuah pertemuan
8 Salwa berada di rumah Hanafi
9 Jujur lebih baik
10 Hans membelikan baju Salwa
11 Perintah Hans
12 Ketika hati dipertemukan oleh luka
13 Ketika Alam berkehendak
14 Ketika Hati memilih menyerah
15 Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16 Ketika hati dan mulut tak sejalan
17 Biarkan aku menyerah
18 Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19 Menyerah setelah berjuang
20 Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21 Keputusan Salwa
22 Ditemani Hans pulang kampung
23 Keributan di rumah Salwa
24 Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25 Keberanian Hanafi
26 Menyakinkan sebuah hati
27 Kecelakaan tunggal
28 Keadaan Alfi
29 Bahagia di Atas Lukaku
30 Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31 Takdir yang tak terelakkan.
32 Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33 Rindu tak bertuan
34 Pertengkaran Mira dan Putra
35 Ketika hati memilih pergi
36 Tuduhan Mira
37 Menguak sebuah kejahatan
38 Pergi ke kota
39 Terbongkarnya sebuah kebohongan
40 Ketika Hati tersakiti
41 Memberi perhitungan untuk Haikal.
42 Kemarahan Hans
43 Mira mencari Putra
44 Mira mencari tahu
45 curhatan othor
46 Mira berada di RS
47 Sadarnya Mira
48 Sebuah pertengkaran (Impas)
49 Keadaan Haikal
50 Akhir dari penyesalan
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Kehidupan Salwa
2
Bukan tulang rusuk, tapi tulang punggung
3
Ketika tersesat karena duniawi (hati yang rapuh)
4
Mak Saroh meninggal.
5
Mencari sebuah kepastian
6
Kehilangan harta benda
7
Sebuah pertemuan
8
Salwa berada di rumah Hanafi
9
Jujur lebih baik
10
Hans membelikan baju Salwa
11
Perintah Hans
12
Ketika hati dipertemukan oleh luka
13
Ketika Alam berkehendak
14
Ketika Hati memilih menyerah
15
Ketika dipertemukan oleh kenyataan
16
Ketika hati dan mulut tak sejalan
17
Biarkan aku menyerah
18
Ketika Hati di porak porandakan oleh keegoisan
19
Menyerah setelah berjuang
20
Biarkan takdir yang menjawab (seporsi sate)
21
Keputusan Salwa
22
Ditemani Hans pulang kampung
23
Keributan di rumah Salwa
24
Keributan yang terjadi di rumah Salwa
25
Keberanian Hanafi
26
Menyakinkan sebuah hati
27
Kecelakaan tunggal
28
Keadaan Alfi
29
Bahagia di Atas Lukaku
30
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga
31
Takdir yang tak terelakkan.
32
Kehilangan dan kebencian yang tumbuh.
33
Rindu tak bertuan
34
Pertengkaran Mira dan Putra
35
Ketika hati memilih pergi
36
Tuduhan Mira
37
Menguak sebuah kejahatan
38
Pergi ke kota
39
Terbongkarnya sebuah kebohongan
40
Ketika Hati tersakiti
41
Memberi perhitungan untuk Haikal.
42
Kemarahan Hans
43
Mira mencari Putra
44
Mira mencari tahu
45
curhatan othor
46
Mira berada di RS
47
Sadarnya Mira
48
Sebuah pertengkaran (Impas)
49
Keadaan Haikal
50
Akhir dari penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!