"Apa yang kamu bicarakan!" bentak Haikal karena tidak sepatutnya Salwa bicara seperti itu pada lelaki yang masih sah menjadi suaminya tersebut.
Sedangkan Salwa yang mendengar hanya tersenyum kecut, setahun lebih Haikal tidak pernah memberikan kabar dan sekarang tiba-tiba bertanya, sungguh Salwa tak habis pikir dengan jalan pikirannya.
"Memangnya ada alasan lain sehingga aku dan anakku bisa sampai di sini!" ucap Salwa dengan penuh penekanan.
Untuk sejenak Haikal memikirkan akan ucapan Salwa, ia pun berpikir keras agar dapat mencari jawaban dari semua ini.
"Jangan-jangan … tidak, ini tidak mungkin." Kini perasaan Haikal mulai resah karena sekarang di pikirannya sudah sesuai dengan teka-teki yang diberikan oleh Salwa.
"Kenapa? Apa sudah tahu jawabannya. Lantas apa yang ingin kamu sampaikan padaku perihal ibu," ucap Salwa dengan sorot mata tajam.
"Tidak, Ibu tidak mungkin meninggal." Dengan gelengan Haikal menolak sebuah kenyataan.
"Apa yang tidak mungkin, kamu saja setahun lebih tidak pernah pulang bahkan melupakan keluarga, lantas apa yang tidak memungkinkan?" tanya Salwa dengan dada bergemuruh.
"Sekarang sudah terlambat untuk menyesali, lagi pula tidak ada lagi yang harus aku pertahankan. Jadi, berikan talak padaku karena aku pun ingin bahagia tanpa membawa status yang tak jelas." Imbuh Salwa Ketika mendengar hal itu, Haikal semakin meradang karena Salwa meminta sebuah perpisahan.
"Aku tidak akan menceraikanmu karena sebuah pesan dari ibu–."
"Jangan egois!" sahut Salwa dengan cepat, karena menurutnya semua sudah selesai dan mak Saroh pun telah tiada.
"Aku tidak egois, kamu yang egois!" balas Haikal tidak terima.
"Egois dari mana? Kamu sendiri yang menyalakan api. Tetapi, kamu juga telah menabur garam. Apa masih bisa mengatakan aku egois? ucap Salwa yang tak mengerti dengan jalan pikiran lelaki yang ada di depannya.
" Apa aku salah jika ingin menjadi kaya? Apa aku tidak boleh memiliki lebih dari satu wanita? Memangnya apa yang bisa aku harapkan darimu, huh!"
Plakk!
Sebuah tamparan telah mendarat bebas karena Salwa sudah cukup sabar, ketika mendengar lelaki itu berceloteh. Tetapi, pada saat Haikal dengan gamblang mengatakan jika dirinya bukan perempuan yang bisa diandalkan, disitulah Salwa benar-benar murka.
"Pandai mulutmu berkata, jika aku memang wanita yang sudah tidak Berarti maka lepaskan. Jangan membuatku semakin tersiksa dengan kegilaanmu!" seru Salwa karena merasa jika dirinya sudah cukup dipermainkan.
"Ibu mau aku tetap menjagamu!" ucap Haikal.
"Menjaga atau membuatku semakin tersiksa dengan keegoisanmu? Kamu bukan lelaki yang aku kenal lagi, tapi bagiku kamu asing karena sikapmu yang sombong." Ucapan Salma sedikit banyak menarik perhatian sekitarnya hingga membuat Haikal tidak mungkin berlalu kasar.
"Jaga mulutmu!" bentak Haikal.
"Aku perempuan yang memiliki hati dan perasaan, apa aku harus bangga ketika aku dipertemukan dengan madu kaya? Aku rasa kamu salah. Tidak ada wanita yang rela dimadu meski seorang lelaki, bisa memperistri lebih dari satu wanita. Tetapi, sayangnya hatiku terlalu lemah untuk hal itu."
Haikal terdiam ketika Salwa berbicara dengan sangat berani, karena menurutnya jika istrinya itu sangat berlebihan.
“Kamu terlalu berlebihan Salwa, kamu tinggal menerima dan menikmati dari hasil yang aku perjuangkan.” Ucapan Haikal membuat Salwa tersenyum kecut, karena pada kenyataannya tidak seperti apa yang dikatakan oleh lelaki yang masih bergelar suaminya sekarang.
“Aku harap kamu tidak habis terbentur Mas, menikmati hasil yang mana yang kamu maksud?” lagi-lagi Haikal dibuat bungkam, niat hati ingin mempermalukan tetapi justru dirinya sendiri yang malu.
“Ingat, hatiku terbuat dari ciptaan Tuhan, bukan ciptaan mesin yang bisa sesuka hati kamu permainkan. Aku berharap kamu segera memberikan aku kebebasan dari jerat, tali yang rumit ini.” Setelah mengatakan hal itu, Salwa pergi dan ternyata sesuai dugaan apa yang dipikirkan oleh lelaki yang kini diam-diam telah mengikuti Salwa. Hingga ia rela memutuskan untuk membatalkan acara pertemuan dari perusahaan siang itu juga, hanya demi ingin tahu Salwa bertemu dengan siapa.
“Ternyata benar, seperti dugaanku karena dari awal aku pun sudah curiga jika Putra lah pelakunya.” Dengan kedua tangan terkepal, ingin sekali rasanya lelaki itu memberi pelajaran. Tetapi siang nanti pukul satu ada pertemuan lagi jadi ia pun harus menyelesaikan pekerjaannya dulu.
“Lihat saja nanti, aku akan membabi buta dan memberi pelajaran kepadanya.” Setelah itu pria yang sengaja menguping pergi karena ada urusan yang jauh lebih penting dan segera meninggalkan kafe tersebut.
Sedangkan Haikal sendiri kini mengusap wajahnya dengan frustasi karena ternyata, mak Saroh telah meninggal dunia tanpa ia tahu. Salah memang, tapi bagi haikal kekayaan juga penting karena dirinya sudah cukup lelah karena sering direndahkan dan dihina. Semua orang selalu memojokkannya hanya karena tidak bekerja waktu itu dan hanya mengandalkan Salwa ketika dirinya masih berada di kampung. Sampai sebuah tekad yang membawanya ke Ibu Kota sampai akhirnya dipertemukan oleh Mira di suatu peristiwa.
“Kalian tidak pernah merasakan bagaimana kita direndahkan, dihina dan dimaki. Sekarang aku telah berhasil mendapatkan kekayaan, mana mungkin aku meninggalkan wanita penyakitan seperti Mira! Sampai kapan pun aku akan mempertahankannya karena semua akan jatuh di tanganku.” Dengan sorot mata penuh dengan kini lelaki itu dengan bangga telah menjadi seorang yang terpandang. Ia juga berharap jika Mira akan cepat mati setelah melahirkan seorang anak, dengan begitu semua harta akan jatuh ke tangannya dan juga perusahaan yang didirikan oleh ayah dari orang tua Mira.
Setelah puas dengan sebuah angan-angan yang sudah berada di depan mata. Haikal pergi karena ia akan pulang menemui istrinya untuk periksa kehamilannya sesuai jadwal.
Sedangkan di rumah sendiri, Mila yang merasa aneh dengan kepulangan Salwa, buru-buru mengikutinya karena takut jika sesuatu telah terjadi pada Salwa.
“Salwa! Kamu kenapa?” tanya Mila yang sekarang berada di belakangnya.
“Mila, apa aku ditakdirkan untuk dilukai dan ditinggalkan dengan sebuah alasan yang tak masuk akal?” sejenak mila menatap wajah sayu Salwa, sebelum wanita berusia 30 tahun itu mendekat.
“Semua orang berhak bahagia Salwa, jika kamu mau merubah nasib itu sendiri dan yakinlah. Suatu hari kamu akan berada di tangan seseorang yang tepat,” ucap Mila dan mencoba memberi kekuatan untuk Salwa.
“Tidak Mil, hidupku tak pernah bahagia. Bahkan seorang suami yang aku perjuangan telah tega berkhianat,” balas Salwa.
“Jangan mengharap laki-laki yang tidak setia. Pergi dan mencari kebahagiaan untuk kamu dan Alfi,” ucap mila mencoba memberikan masukan positif untuk Salwa.
“Sepertinya aku harus laporan pada tuan,” gumamnya dalam hati, karena itu adalah perintah yang sudah diberikan oleh majikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
mama oca
perasaan baru semalam liat cerita ini langsung maraton baca kok dah sampe sini aja ya..?ga terasa saking penasaran...lanjut kak ...buat salwa ..hempaskan lelaki egois dan sombong itu cari kebahagiaan kamu juga besarrkan alfi dengan baik jadikan dia sukses biar bisa jadi pelindung kamu
2023-08-19
1
Rini Antika
Semangat terus Up nya
2023-08-19
0
Rini Antika
kesel bgt ih sama s Haikal, woooy sadar, di sini km yg sudah dzolim
2023-08-19
2