Salwa ingat betul, bagaimana wajah suaminya setahun lalu. Mustahil jika wanita itu lupa siapa sosok pria yang ada di depannya. Dengan bergandengan mesra serta memuji wanita yang ia kenal, bahkan beberapa waktu lalu sempat berada di satu rumah membuat Salwa rasanya tidak mampu lagi menahan gemuruh di dadanya.
"Paman, dia siapa? Atau jangan-jangan–."
"Dia Salwa, apa kamu melupakannya." Potong Hans dan seketika Mira dibuat takjub dengan penampilannya yang sungguh luar biasa.
"Salwa, kenapa aku merasa namanya mirip dengan … tidak, tidak mungkin dan bisa jadi dia Salwa lain." Putra saat ini tengah memikirkan soal nama yang persis dengan seseorang, berusaha berpikir positif, bahwa ada banyak nama 'Salwa' dan bukan cuma satu orang saja.
Sedangkan Mira masih berbincang dengan Salwa, tidak dipungkiri bahwa wanita yang digandeng oleh pamannya itu. Begitu sangat sempurna hingga semua orang dibuat pangling dengan penampilannya sekarang.
"Maaf ya Salwa, aku sampai tidak mengenali kamu. Bisa jadi karena penampilanmu begitu membahana, jadi aku tidak tahu jika kamu Bundanya Alfi."
"Apa, Alfi!" Lagi-lagi Putra semakin terkejut dan bingung karena memikirkan soal nama yang mana keduanya persis, hingga Putra sendiri bertanya-tanya siapa Alfi dan juga Salwa, jika benar itu adalah orang yang setahun ditinggalkan. Bukankah penampilannya begitu kampungan, tapi Salwa yang ia jumpai sekarang membuat mata terpanah dan siapa pun akan terhipnotis akan penampilannya.
"Mbak terlalu memuji," ucap Salwa karena ia tidak ingin menerima pujian hanya karena sebuah penampilan.
"Tidak Salwa, apa yang aku katakan adalah benar." Jawab Mira lagi. Sedangkan Putra hanya terdiam dan tidak berkomentar apa-apa.
"Maaf sebelumnya, saya ingin ke kamar mandi." Salwa dengan perasaan tidak menentu, akhirnya meminta izin untuk ke kamar mandi.
"Hans, bisa minta tolong tunjukan di mana kamar mandinya." Salwa yang tidak sanggup lagi memikul luka sebarat batu besar, akhirnya memilih untuk ke kamar mandi dengan mencuci mukanya akan sedikit membuatnya bisa bersikap lebih tenang.
"Biar saya antar, kalau begitu saya duluan ya Mir, Put." Hans tidak mau sampai Salwa pergi sendiri karena jika sampai tersesat, maka yang ada akan membuatnya semakin repot.
Keduanya pun hanya diam saat menuju ke kamar mandi, hingga sampailah dan Salwa menumpahkannya di dalam.
"Hiks … hiks, kamu tega Mas, kamu tega. Kamu pergi meninggalkan sejuta luka, tapi sekarang. Sekarang kamu menambahkannya lagi dengan beribu-ribu rasa kecewa dan luka yang kamu beri semakin menganga lebar." Salwa menatap wajah di pantulan kaca, ingin rasanya menertawakan nasibnya yang tak pernah beruntung.
"Tidak Salwa, kamu gak boleh cengeng, kamu harus kuat karena semakin diuji maka Tuhan akan memberikan sejuta nikmat padamu." Menguatkan diri sendiri itulah yang dilakukan Salwa, rasanya sungguh tidak sanggup menjalani hidup seperi sekarang. Di mana Salwa ingin menemui dan mencari Haikal, tapi justru dihadapkan oleh kenyataan pahit.
"Mas, aku tak pernah meminta apa pun padamu. Tetapi, aku meminta jaga hatimu untukku dan apa itu salah. Kenyataannya kamu tidak sanggup, hingga pertemuan ini menorehkan luka di hatiku yang teramat dalam." Salwa dengan sesenggukan mengutarakan semua isi hatinya.
Sedangkan di luar, Hans sedari mondar-mandir karena Salwa tak kunjung keluar juga.
"Sedang apa wanita itu, hampir 30 menit tidak keluar juga!" Hans menggerutu karena cukup memakan banyak waktu hingga membuatnya kesal.
"Salwa! Buruan keluar," teriak Hans dari luar.
"Salwa!" teriaknya lagi.
Salwa yang kala itu baru ingat jika dirinya datang ke kamar mandi tidak sendiri. Akhirnya memilih mencuci mukanya dengan mata yang sembab. Mungkin ia juga akan meminta pulang karena tidak sanggup, jika harus menatap seseorang dengan meninggalkan luka begitu dalam padanya.
"Apa kamu gila, dengan berada di kamar mandi begitu lama!" pekik Hans saat Salwa keluar lelaki itu langsung memarahinya, karena sudah cukup lama hingga membuatnya ketinggalan acara membuka.
"Maaf." Hanya itu yang keluar dari bibir Salwa dengan wajah menunduk.
"Jika kamu bicara dengan seseorang, usahakan menatapnya!" dengus Hans dan setelah itu. Lelaki dengan sejuta pesona langsung meninggalkan Salwa begitu saja.
Hans yang berjalan sendiri, hingga lupa dengan Salwa dan benar saja. Kalau di belakangnya tidak ada sosok perempuan tersebut.
"Ke mana Salwa?" Hans bertanya-tanya karena lagi-lagi Salwa tidak ada bersamanya.
"Salwa, kamu di mana. Sal, jangan membuat saya semakin murka!" Hans mencoba mencari, tapi perempuan itu tak kunjung ditemukan.
Sedangkan Salwa sendiri tidak tahu dirinya di tempat mana, karena hanya ada beberapa orang saja yang lewat. Tetapi, ia sama sekali tidak menemukan tempat di mana pesta itu di gelar. Sampai pada akhirnya Salwa berada di luar Hotel dengan jalan berbeda.
"Ini di mana, kenapa pintu keluarnya berbeda dengan yang pertama aku lalui?" dalam hati Salwa bertanya-tanya dengan sebuah rasa takut yang melanda.
Namun, ingatannya kembali lagi pada sosok lelaki yang tega padanya. Hingga membuat Salwa mengambil keputusan untuk tidak lagi masuk dan akan menunggu majikannya di jalan.
Salwa dengan hati yang lara mencoba tetap menunggu dan tidak tahu sekarang sudah pukul berapa. Sampai pada akhirnya membuat kakinya terus menyusuri jalanan meski lelah semua itu tidak ada artinya. Dibandingkan dengan kekecewaan yang ia telan bersama madu beracun.
Kilat terlihat begitu sangat mengerikan, bahwa hujan akan segera turun. Hans yang sedari tadi mencari Salwa harus izin pulang lebih dulu, lalu mencoba mencari infomarsi dengan cara bertanya dengan orang-orang disekitarnya.
"Maaf, apa Anda melihat wanita dengan gaun warna hitam. Rambut tergerai dan tingginya sekitar 170?" tanya Hans pada OB yang ada di sekitarnya.
"Oh iya Pak, saya tadi sempat melihatnya di luar mungkin Bapak bisa mencarinya." Jawab orang tersebut.
"Kalau begitu terima kasih, Pak."
Dengan langkah tergesa-gesa Hans segera mungkin keluar dari hotel. Guna mencari Salwa sebelum hujan turun mendahuluinya. "Salwa, kamu di mana sih, membuat orang repot saja.
Hans pun sudah mencari di sekeliling arah, tapi tidak juga ketemu. Hingga memutuskan untuk mencari dengan mengendarai mobil. "Sal, kenapa kamu membuat orang khawatir saja." Nampak jelas raut wajah Hans ketika Salwa hilang, dari yang sebelumnya tidak pernah peduli dengan seorang wanita, tapi sekarang lelaki itu terlihat begitu kehilangan ketika mobilnya menyusuri jalan dan Salwa tak juga ditemukan, sampai hujan pun turun.
Di dalam mobil, Hans mengabaikan ponselnya yang sedari tadi berdering, karena tujuannya sekarang adalah menemukan Salwa. Hujan sangat deras dan ia tidak tahu keadaan wanita itu seperti apa.
"Apa ini ada hubungannya saat Salwa keluar dari dalam kamar mandi?" Hans terus bertanya-tanya hingga.
Ciiiiiiiit.
"Salwa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
PaMud mampir
2023-08-21
0
Rini Antika
udah Salwa lupakan saja lelaki yg sudah menyakiti km, km berhak bahagia dengan lelaki yg benar" mencintai km
2023-08-17
2