Adam yang diminta untuk mencari keberadaan Alena segera meluncur ke Cafe X. Sesampainya di cafe, ternyata cafe tersebut hampir tutup. Terdapat beberapa orang saja yang memang sudah bersiap untuk pergi meninggalkan cafe tersebut. Suasana cafe yang lenggang membuat Adam dapat dengan mudah menemukan Vania. Walaupun hanya beberapa kali melihatnya Adam sudah mengenali wajah Vania karena memang kerap kali terlihat bersama dengan Alena.
"Maaf Nona Vania, bisakah kita berbicara?" Adam mendekati Vania yang sedang menuju mobilnya bersama tiga temannya. Keempat orang perempuan tersebut menghentikan obrolan mereka. Dahi Vania berkerut menatap pria tampan berkacamata yang ada di depannya saat ini.
"Maaf, Anda siapa ya?" Memang sepak terjang seorang Adam tidak terlalu terlihat karena biasanya dia berada di balik layar dan membantu Arga dalam pekerjaannya sehari-hari. Lagipula baru beberapa bulan ini Adam mengikuti Arga pindah dari Amerika ke Indonesia karena Adam memang bekerja di cabang perusahaan mereka yang berada di Amerika.
"Saya Adam, Sekretaris Tuan Arga. Ada yang ingin saya tanyakan, namun sepertinya kita butuh bicara di tempat lain" Adam mengerling melihat ketiga teman Vania. Memahami kerlingan dari Adam tersebut Vania menghela napasnya.
"Seberapa penting hal yang ingin Anda tanyakan?" tanya Vania.
"Sangat penting, Nona. Ini terkait dengan teman Anda, Nona Alena." Penjelasan Adam membuat tanya di wajah Vania. Namun, melihat keseriusan di wajah Adam membuat Vania menyetujui untuk berbicara dengannya.
"Baiklah." Vania lalu pamit kepada teman-temannya seraya meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan mereka pulang. Setelah itu, Vania mengikuti Adam. Mereka berbicara di dalam mobil Adam.
"Nona, kapan terakhir kali Anda bertemu dengan Nona Alena?" tanya Adam seraya menatap tajam perempuan di depannya ini. Ditatap seperti itu, Vania merasa seperti tertuduh yang menyembunyikan seseorang.
"Hmm, terakhir kali tadi sore saat kami ingin ke cafe. Setelah itu saya tidak melihatnya lagi." jawab Vania yang mulai curiga, sekretaris Arga untuk apa repot-repot menanyakan keberadaan Alena. Berarti, benar apa yang dia lihat saat itu membuktikan bahwa Alena memiliki hubungan khusus dengan Arga.
"Jadi, tadi Nona Alena tidak ikut acara di cafe? Siapa orang yang terakhir kali bertemu dengannya? Mengapa Anda tidak bersamanya?" Pertanyaan Adam yang bertubi-tubi tersebut membuat Vania menggelengkan kepalanya.
"Memangnya ada apa? Dan ada hubungan apa Alena dengan Anda?" Bukannya menjawab Vania malah bertanya baik kepada Adam. Vania yang masih penasaran dengan hubungan Alena tersebut mencoba menggali informasi dari Adam yang merupakan orang terdekat dengan Arga.
"Sampai saat ini, Nona Alena tidak dapat dihubungi dan belum pulang ke rumahnya. Oleh karena itu, saya ditugaskan oleh Tuan Arga untuk menghubungi Anda," jelas Adam yang sangat tidak puas dengan jawaban wanita cantik di depannya ini.
"Tadi Alena tidak ikut acara di cafe. Anggi dan Intan yang harusnya berangkat bersama dengannya tadi datang hanya berdua. Saat kutanya, mereka bilang kalau Alena berubah pikiran saat hendak pergi." Terdengar nada cemas di dalam suara Vania. Walaupun akhir-akhir ini Vania bersikap ketus dan menghindari Alena, tetapi itu karena dirinya sendiri yang tidak bertanya kepada Alena mengenai apa yang dilihatnya tempo hari.
"Baiklah kalau begitu. Berarti terakhir kali Anda melihatnya di kantor ya?" Vania hanya mengangguk sambil terus berpikir kemana kemungkinan Alena pergi.
"Baiklah Nona, terima kasih. Saya akan ke kantor kalau begitu. Terima kasih untuk kerja sam Anda." Perkataan Adam ditanggapi oleh Vania.
"Kalau begitu, saya ikut kembali ke kantor kalau begitu pak." Tanpa menunggu jawaban dari Adam, Vania bergegas keluar dari mobilnya dan tancap gas menuju kembali ke kantor.
Adam yang telah mendapatkan informasi tersebut segera menghubungi Arga kemudian bergegas melajukan mobilnya menuju ke kantor.
***
Setelah mendapatkan informasi dari Adam, Arga yang memang sudah menuju perusahaan bergegas melajukan kendaraannya dengan cepat kebetulan lalu lintas kendaraan saat itu sangat lenggang. Sesampainya di perusahaan Arga langsung saja menuju ruang keamanan. Di sana terdapat beberapa petugas keamanan yang sedang berjaga. Melihat Arga yang memasuki ruangannya, sigap seorang petugas tersebut menghampiri Arga.
"Malam Tuan Arga, Ada yang bisa saya bantu?" Dengan ramah Pak Tono, petugas yang berjaga malam ini menyapa Arga.
"Malam, saya ingin melihat CCTV lantai 5, pada pukul 17.00." ujar Arga kepada Pak Tono yang kemudian membimbing Arga untuk duduk terlebih dahulu di ruangan tersebut.
Walaupun tidak mengetahui tujuan khusArga melihat CCTV, dengan sigap Pak Tono segera memperlihatkan CCTV pada tempat dan jam yang Arga inginkan. Dalam CCTV itu terlihat Alena yang sedang menuju toilet, tak lama kemudian disusul oleh dua orang wanita. Setelah beberapa lama, hanya keluar kedua wanita tersebut dengan langkah tergesa-gesa kemudian menutup pintu toilet dan terlihat seperti mengunci pintu tersebut. Setelah ditunggu beberapa lama, Alena belum keluar dari ruangan itu sama sekali, namun tentu saja hal tersebut dikarenakan pintu toilet yang sepertinya sengaja di tutup. Setelah kejadian tersebut tidak ada lagi orang yang lalu lalang di depan toilet tersebut, karena memang sudah jam pulang kerja.
Mengepalkan tangannya erat, Arga segera menuju toilet tersebut. Tanpa bertanya Pak Tono yang melihat Arga bergegas meninggalkan ruangan keamanan dengan amarah yang terlihat jelas, mengikutinya dari belakang. Dengan kesabaran yang hampir setipis tisu tersebut, Arga berhasil menahan amarahnya yang sudah memuncak. Dia dengan tergesa-gesa menuju toilet yang berada di lantai lima, lantai tempat Alena bekerja.
"Pak, coba buka toilet ini. Ternyata kuncinya dibawa oleh dua wanita itu." Arga mencoba membuka pintu toilet tersebut ,tetapi hasilnya nihil. Pintu tersebut tentu saja tidak dapat terbuka.
"Kalau didobrak saja bagaimana pak?" Pak Tono tidak mempunyai kunci toilet tersebut memberikan usul kepada Arga.
"Ya sudah, mari kita dobrak saja pintu ini!" Arga dan Pak Tono mendobrak pintu toilet tersebut. Terdengar beberapa kali suara tubrukan antara tubuh kedua pria dewasa tersebut dengan pintu toilet yang akhirnya dapat membuka pintu tersebut.
Bersamaan dengan pintu toilet yang terbuka, datang Adam yang diikuti dengan Vania. Ketika dibuka terlihat seorang perempuan tergeletak lemah tak berdaya di sudut lantai. Arga yang melihatnya langsung berlari menuju perempuan tersebut.
"Len, Alena. Buka matamu." Terlihat Arga yang memanggil Alena dengan nada khawatir. Hatinya sangat mencelos melihat keadaan Alena saat ini. Terlihat tubuh Alena yang sangat lemah, Arga memeluk Alena sebentar kemudian mengguncang pelan bahu Alena seraya masih memanggil nama Alena.
"Ar.. Arga. Kamu datang." Alena merintih pelan seraya tersenyum lalu menutup matanya kembali.
"Len, Alena." Arga masih saja mengguncang bahu Alena dengan pelan berharap dengan begitu Alena dapat terbangun dan tersenyum seperti biasanya.
Terlihat wajah Alena yang lebam kemerahan di pipi kanan dan kirinya serta keadaan bajunya basah menyebabkan tingginya suhu badan Alena. Keadaan Alena yang melemah tersebut membuat Vania terkesikap. Vania sangat merasa bersalah dengan keadaan Alena saat ini karena apabila Alena ikut dengannya tadi pasti Alena akan baik-baik saja.
"Tuan Arga, sebaiknya kita segera membawa Alena ke rumah sakit," saran Vania kepada Arga yang masih saja memanggil Alena.
Sadar bahwa yang dilakukannya sia-sia, Arga dengan tanggap langsung menggendong Alena dan membawanya ke rumah sakit. Vania dan Adam mengikuti Arga menuju rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
An nisaa Lestari
semangat thot. semoga intan dpt balasannya. ih gemas bgt ada orang begitu.😭😭
2023-10-29
1
Mam Jes
lanjut thor
2023-09-05
1