Alena yang terlihat sering kali ke ruangan Arga untuk makan siang. Menimbulkan desas-desus di karyawan kantor. Akan tetapi, Alena yang dibicarakan biasa saja dia seperti tidak memperdulikan gosip yang berkembang bahkan di divisinya sendiri.
"Vania, kamu sudah tahu gosip hot yang berhembus di kantor ini?" Intan yang saat itu sedang makan siang dengan Vania memancing Vania untuk berbicara. Intan tahu sebagai sahabat Alena, pastinya Vania mengetahui kehidupan asmara Alena.
"Gosip apa? Aku tidak tahu tuh," ujar Vania yang sedang menikmati ayamnya.
"Wah. Kamu benar-benar tidak tahu gosip di kantor ini? Coba aku tanya terlebih dahulu padamu. Kemana Alena saat jam makan siang? Kenapa dia tidak makan siang bersama denganmu lagi?" Intan bertanya dengan menggebu-gebu sedangkan Vania masih saja bersikap masa bodoh.
"Tidak aku tidak tahu. Aku juga tidak ingin mencampuri kehidupan pribadi Alena. Lagi pula itu kan privacy tiap orang." Gemas dengan perkataan Vania, Intan memandanginya dengan sinis.
"Yah, kau ini sahabatnya atau bukan sih? Aneh sekali. Sudah banyak berhembus kabar kalau Alena adalah simpanan Tuan Arga, CEO kita." Dengan mulut nyinyirnya, Intan memberitahukan gosip yang berhembus tersebut.
"Ah, itu hanya gosip. Alena saja tidak kenal dengan Arga. Masa bisa menjadi simpanannya. Aku tidak akan percaya sebelum melihat dengan mata kepalaku sendiri," ujar Vania yang mulai agak kesal dengan perkataan Intan.
"Ya coba saja kamu lihat kelakuan dari Alena atau kamu buntuti ke mana dia saat jam makan siang." Perkataan Intan membuat banyak tanya di dalam benak Vania. Selama ini Vania hanya tahu Alena makan siang bersama temannya, saat didesak untuk mengatakan dengan siapa dia makan siang, Alena hanya tersenyum dan segera pergi meninggalkan Vania.
***
Vania terngiang-ngiang oleh perkataan Intan. Dia ingin membuktikan bahwa gosip tersebut hanyalah rumor belaka. Rumor yang tidak terbukti kebenarannya. Oleh karena itu, siang ini dia ingin mengikuti Alena saat jam makan siang tiba.
Semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak terasa telah memasuki jam istirahat. Alena yang sebelumnya membalas singkat pesan dari ponselnya segera merapikan pekerjaannya terlebih dahulu kemudian ingin pamit untuk makan siang di luar kepada Vania.
"Van, aku duluan ya. Sorry masih tidak bisa makan siang bareng." Alena mengatakan hal tersebut sambil menepuk pundak Vania pelan.
"Oh gitu. Yaudah duluan saja, Len," ujar Vania yang baru saja ingin mematikan komputernya.
Vania perlahan mengikuti Alena yang sudah jalan terlebih dahulu. Diikutinya Alena yang saat ini menuju lift. Akan tetapi, bukan menuju lobby ataupun basement yang merupakan tempat di mana mobil Alena terparkir. Alena menuju lantai paling tinggi di kantor ini. Lantai dua puluh, tidak sembarangan orang bisa datang ke lantai tersebut.
Vania yang bingung bagaimana mengikuti Alena, tak sengaja melihat Adam yang memang mempunyai ruangan satu lantai dengan CEO mereka. Adam memang terkenal di kalangan karyawan, karena ketampanannya dan sikap tegasnya sebagai sekretaris Arga. Vania mengikuti Adam dari belakang.
"Hei, Mengapa kamu mengikutiku?" Adam menatap tajam Vania yang memang sedang mengikutinya.
"Maaf pak, saya ingin bertemu dengan teman saya, Alena. Sepertinya dia salah, malah naik lift menuju lantai dua puluh." Tidak bisa berkata apa pun, akhirnya Vania jujur mengatakan hal tersebut kepada Adam.
"Alena? Kamu temannya Nona Alena?" tanya Adam.
"Iya Pak." Vania menjawab singkat, pertanyaan dari Adam.
"Oh begitu. Baiklah." Vania mengerinyit bingung karena reaksi Adam biasa saja saat Vania bilang kalau dia teman Alena. Jangan-jangan memang ada suatu hubungan antara Alena dan CEO mereka.
Keheningan melanda mereka, tidak ada percakapan di antara mereka. Saat sudah berada di lantai dua puluh. Adam keluar dari lift terlebih dahulu, Vania mengekorinya. Adam memperbolehkan Vania untuk ke ruangan Arga karena berpikir, Alena pasti telah memberitahu Vania tentang pernikahannya dengan Arga karena Vania adalah sahabat Alena.
Vania tetap berpura-pura dengan percaya diri menuju suatu ruangan yang tentunya terlihat bahwa itu adalah ruangan CEO mereka , sedangkan Adam telah menuju ruangannya terlebih dahulu. Vania mengintip dari luar pintu, dilihatnya Alena sedang makan bersama seorang pria yang terlihat tampan. Tentu saja, Vania tahu dia adalah CEO mereka. Terlihat pula, pria tersebut mengusap sudut bibir Alena yang sepertinya terdapat sisa-sisa makanan. Alena hanya tersenyum malu-malu. Mata Vania seketika membola. Jadi benar, Alena adalah simpanan CEO mereka. Apa dengan makan siang seperti ini dapat disimpulkan seperti itu? Vania menepis pikiran jahat bahwa sahabatnya merupakan seorang simpanan.
Akan tetapi, yang dilihatnya kemudian menghilangkan semua keraguannya, Alena berciuman dengan CEO mereka. Ciuman tersebut sangatlah intens, sehingga Vania menutup matanya. Vania yang sudah tidak ingin melihat hal tersebut. Akhirnya pergi menuju lift dan turun ke lantai dimana dia beraktivitas.
Vania dengan pikirannya sendiri akhirnya tidak makan siang hari itu. Saat menuju ruangan divisi finance tentu saja sudah sepi, tidak lama Alena datang.
"Van, kamu sudah makan siang? Kok sendiri saja di ruangan?" tanya Alena ramah sambil memperhatikan mungkin Vania makan siang bersama teman sedivisinya.
"Kenapa memangnya? Aku tidak seperti kamu ya, yang makan siang dengan..." Perkataan Vania terputus dengan kedatangan Intan dan Anggi.
"Dengan siapa, Van?" Intan yang baru datang bertanya, alis mata Anggi terangkat seolah mencium sesuatu yang mencurigakan.
"Ah, tidak tadi aku hanya asal bicara." Vania menjawab hal tersebut sambil mulai menyalakan komputernya dan sibuk dengan berkas yang ada di depannya.
Alena yang melihat hal tersebut juga penasaran. Apa mungkin Vania tahu bahwa selama ini dia di ruangan Arga? Akan tetapi, Alena menepis hal tersebut, selama ini dia telah hati-hati dan tidak mungkin teman-temannya tahu apalagi Vania yang merupakan sahabatnya. Setelah itu, sikap Vania berubah terhadap Alena sering kali dia menjawab pertanyaan Alena dengan sinis. Hal tersebut membuat Alena sangat sedih.
"Van, aku ada salah ya sama kamu?" tanya Alena kepada Vania.
"Ngga, salah apa. Kamu tidak salah apa-apa kok," jawab Vania.
"Tapi, Van aku...." Perkataan Alena menggantung karena dengan cepat dipotong oleh Vania.
"Ah sudahlah, aku mau makan siang dulu sama Intan ya." Vania menjawab dan langsung menyusul Intan yang terlebih dahulu keluar dari ruangan. Alena hanya memandang kepergian sahabatnya dengan tatapan nanar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
An nisaa Lestari
harusny alena jujur aja. kan jadi negatif thinking. 😅😅😅
2023-10-29
1