Alena yang kini menjadi perhatian semua orang menjadi berdebar tidak karuan. Alena menghela napasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan.
"Saya…"
Arga menatap Alena dengan intens saat Alena hendak menjawab pertanyaan dari Paman Arga yaitu Arkayudha. Alena yang ditatap seperti itu meneguk ludahnya sendiri. Dengan perasaan berdebar Alena mengeluarkan suaranya.
"Bismillahirahmanirahim. Saya terima lamaran dari Arga." Alena memberikan jawaban yang membuat semua orang bernapas lega.
"Alhamdulillah, baik karena lamarannya diterima sekarang saatnya penyematan cincin sebagai tanda pertunangan antara Arga dan Alena." Paman Arka mengarahkan Arga dan Alena untuk berdiri.
Alena dan Arga dengan perlahan menuju ke arah Paman Arka. Arga mengeluarkan cincin dari kotak cincin beludru berwarna merah dengan berbentuk hati. Cincin tersebut telah disiapkan oleh Arga. Arga menyematkannya di jari manis Alena yang serasa terhipnotis dengan keadaan ini. Cincin tersebut sangatlah pas di jari Alena. Alena terpana melihat cincin tersebut, bahkan untuk cincin saja Alena tidak memilih dan langsung menerima saja cincin yang telah disiapkan oleh Arga. Terlintas rasa kesal Alena saat melihat cincin tersebut. Akan tetapi, perasaan kesal tersebut sirna karena cincin tersebut sangat manis, sederhana namun sangat elegan dengan satu mata berlian ditengahnya. Alena sangat menyukai cincin pertunangannya.
Tepukan tangan terdengar dari kedua keluarga menyadarkan Alena dari lamunannya.
"Jangan melamun," ujar Arga sambil kembali ke tempat duduknya. Alena pun turut kembali ke tempat duduk yang disediakan.
Selepas acara lamaran, diadakan acara makan-makan sekaligus untuk lebih mendekatkan dua keluarga tersebut. Semuanya terlihat menikmati hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah.
Leona yang merupakan Mommy Arga menghampiri Alena terlebih dahulu.
"Terima kasih Alena, kamu mau menerima lamaran dari Arga. Mommy harap kamu bisa bersabar karena Arga orang yang sangat sulit untuk ditebak. Mommy saja kadang heran dengan sikap Arga." Mommy Leona memulai pembicaraan dengan Alena sambil menggenggam tangan Alena.
"Iya Tante." jawab Alena dengan tersenyum.
"Kok Tante, panggil Mommy aja seperti Arga," ralat Mommy Leona.
"Baik Mommy." Alena mengatakan hal tersebut sambil tersenyum canggung.
"Aduh, gadis yang manis sekali, saya sudah lama ingin mempunyai anak perempuan. Semenjak Daddynya Arga meninggal saya sangat kesepian di rumah, Arga jarang sekali menengok saya. Kalau ada kamu kan bisa diajak ngobrol nantinya." Mommy Leona kembali berkata sambil mencubit gemas pipi Alena. Pembawaan Mommy Leona yang sangat supel membuat mereka tidak canggung lagi.
"Ah, sama saja Bu. Alena ini juga jarang pulang ke rumah dia lebih senang di apartemennya karena jaraknya lebih dekat dengan kantornya." Mama Amira yang sedari tadi memerhatikan percakapan mereka menjawab perkataan Mommy Leona.
"Mama, tapi kan Alena sering pulang juga ke rumah." Alena mengatakan hal tersebut dengan nada manja sehingga mengundang tawa dari Mommy Leona dan Mama Amira.
"Ya sudah, yang penting nanti kalau sudah menikah dengan Arga kamu harus sering menengok Mommy ya." ujar Mommy Leona. Mommy Leona yang menerima Alena dengan hangat tentu saja memberikan rasa hangat bagi Alena dan keluarganya. Tentunya hal ini sangat penting untuk membina sebuah keluarga nantinya.
"Kemari Alena," pinta Kakek Danu. Kakek Aditya berada disebelah Kakek Danu, sebelumnya mereka berbincang singkat. Alena yang merasa namanya disebut menghampiri Kakek Danu.
"Terima kasih telah menerima lamaran dari Arga. Arga adalah orang yang sangat cuek tetapi dilain sisi dia merupakan orang yang perhatian. Kamu harus sabar menghadapinya ya." Alena sedikit tahu dari cerita Kakek Aditya bahwa Kakek Danu sedang sakit-sakitan karena kelelahan memimpin perusahaan hanya mengganguk ketika diberikan nasihat olehnya.
Arga yang mendengarnya hanya terdiam dan menatap Alena dengan tajam. Alena yang sadar ditatap oleh Arga segera mengalihkan pandangan matanya ke arah lain. Alena yang merasa jengah akhirnya pamit kepada kedua kakek yang masih sibuk berbicara itu untuk pergi ke toilet. Arga yang mendengar Alena ingin pergi segera mengikuti Alena.
"Kenapa sih kamu mengikutiku?" tanya Alena kesal karena merasa diikuti oleh Arga.
"Aku ingin kita berdua berbicara terlebih dahulu. Sebelum kita melanjutkan pertunangan ini lebih jauh." Arga menarik Alena dengan pelan agar mereka berdua menuju taman yang berada di belakang rumah Alena.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" Alena memulai pertanyaan kepada Arga.
"Aku tahu kamu tidak menginginkan pertunangan ini kan? Kamu pasti hanya terpaksa mengikuti acara lamaran ini agar semua orang bahagia." Arga memulai pembicaraan mereka dengan mimik yang sangat serius.
"Ya, lalu apa maumu?" Lagi-lagi Alena bertanya dengan bingung.
"Kita jalankan saja pertunangan ini bahkan kalau pun sampai ke jenjang pernikahan kita harus melanjutkannya. Akan tetapi, tidak boleh ikut campur kepada urusan pribadi masing-masing. Kamu boleh melakukan apapun yang kau mau, bahkan bekerja sekalipun aku tidak akan melarangnya. Aku tahu kamu bekerja di perusahaanku." Arga menjelaskan perkataannya yang menurut Alena merupakan kata terpanjang dari seorang Arga.
"Baiklah kalau itu maumu." Alena menerima usulan dari Arga.
"Akan tetapi, aku tidak ingin kamu menjalin hubungan dengan orang lain selama kita masih berstatus tunangan ataupun nanti kita menikah. Begitupula denganku, aku tidak akan berhubungan dengan wanita manapun selama kita masih mempunyai hubungan." Arga melanjutkan perkataannya.
"Ya aku pun setuju dengan hal tersebut. Kalau perlu kita buat saja kontrak pernikahan setelah kita resmi menikah nanti." usul Alena yang tampak sedang berpikir.
"Baiklah nanti akan aku pikirkan terlebih dahulu tentang kontrak pernikahan, aku tidak ingin membuat hal ini terkesan begitu rumit." Arga nampak berpikir terlebih dahulu karena ada hal yang ditakutkan olehnya. Kakeknya merupakan orang yang sangat teliti, apabila dia tahu Arga dan Alena memiliki kontrak pernikahan bisa-bisa Kakeknya mendapat serangan jantung saking marahnya.
"Ya terserah kamu saja, aku hanya mengusulkan kepadamu. Lalu, tentang hubungan kita apakah boleh terekspos di perusahaan? Mengingat kamu adalah CEO dan aku hanya karyawan biasa. Keluarga kita tentunya tidak keberatan tetapi aku tidak tahu orang di luar." Alena akhirnya menceritakan kekhawatirannya sejak tadi karena hal ini terus saja mengganjal dipikirannya. Keluarga Arga memang menerimanya dengan baik apalagi Mama Arga terlihat sangat menyukai Arga, tetapi kita tidak tahu dengan orang diluar sana.
"Kalau kau siap dengan konsekuensinya tentu saja aku tidak keberatan dengan tereksposnya hubungan kita." Arga menjawab pertanyaan Alena dengan santai.
"Aku hanya meragukan sesuatu, takutnya aku diperlakukan dengan spesial. Aku tidak suka hal tersebut." kata Alena. Alena sangat menyukai teman-teman kerjanya terutama Vania. Vania merupakan sahabatnya, nanti kalau sahabatnya tahu kalau Arga adalah tunangannya, Alena sangat takut sikap Vania berubah terhadapnya.
"Baiklah, sementara ini kita sembunyikan saja dulu pertunangan kita. Kalau kau masih meragukan sesuatu." Arga akhirnya mengakhiri pembicaraan mereka berdua dan sepakat akan membicarakan hal tersebut di kemudian hari. Akhirnya, acara lamaran Arga dan Alena berjalan dengan lancar dan mereka resmi bertunangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
An nisaa Lestari
lanjut thor🥰🥰
2023-10-29
0
Yanik Indriwati
lanjut kak
2023-08-19
1