"Alena. Kamu Alena kan?" tanya pria tampan yang berdiri mendekati Alena.
Alena menoleh ke samping dan melihat seorang pria yang sangat tidak ingin dia temui. Jantung Alena berpacu saat melihat pria tersebut. Pria yang pernah singgah di hatinya dan menimbulkan luka yang belum sembuh.
"Alena!" Kali ini Vania menyentuh tangan Alena menyadarkan Alena dari lamunannya.
Kehadiran pemuda tersebut tidak bisa dipungkiri mengingatkannya akan masa lalu. Masa lalu yang sangat ingin Alena lupakan. Kenangan itu kembali terkuak di dalam benak Alena.
"Aku mencintaimu, Alena." Seorang pemuda bernama Yudha mengungkapkan perasaan kepadanya.
Degup jantung Alena bertalu-talu bergerak sangat cepat. Tidak dapat diungkiri pernyataan dari pemuda seperti Yudha dapat membuat perasaannya membuncah dan merasa sangat bahagia. Sudah dari dahulu Alena sering kali memerhatikan Yudha. Siapa yang tidak kenal dengan Yudha? Salah satu pemuda yang populer di kampusnya.
Yudha yang memandangi Alena dengan tatapan yang lembut membuat Alena memalingkan wajahnya. Alena merasa sangat malu, wajahnya memerah membuat pipinya yang memang sudah merona semakin merah.
"Jadi, bagaimana Alena? Apa kamu juga mencintaiku?" Yudha bertanya kepada Alena sambil menatap penuh harap jawaban yang diberikan oleh Alena sesuai dengan perasaannya pada gadis itu.
Alena menolehkan pandangannya agar dapat menatap ketulusan di mata Yudha. Yudha yang ditatap oleh Alena, menggantungkan harapannya dengan mata yang masih bertanya dia menatap balik Alena. Alena yang ditatap seperti itu akhirnya mengangguk. Tanda bahwa dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan Yudha.
Hubungan Alena dan Yudha berjalan mulus tanpa hambatan, mereka jarang sekali bertengkar. Mungkin hanya terdapat sedikit kesalahpahaman dan akan cepat terselesaikan. Hubungan yang sudah berjalan tiga tahun itu kandas setelah Alena melihat Yudha berciuman dengan sahabatnya sendiri. Ya. Dahulu, Alena sempat mempunyai sahabat dekat yang bahkan sudah seperti saudara. Nama sahabat Alena adalah Dania, Dania merupakan sahabat sekaligus tempat Alena mencurahkan isi hatinya. Bahkan, sebelum hubungannya dengan Yudha terjalin Dania telah mengetahui perasaan sahabatnya itu. Akan tetapi, dengan teganya mereka mengkhianati Alena.
Sejak saat itu, Alena memutuskan hubungan dengan Yudha maupun Dania. Alena saat itu hampir menyelesaikan kuliahnya dan hanya menunggu sidang skripsi, sehingga membuatnya tidak terlalu sering pergi ke kampus. Alena pun memblokir semua akses Yudha dan Dania sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi saat itu.
"Len. Alena," panggil Vania kembali menghentikan lamunan Alena.
Alena yang tersadar setelah dipanggil oleh Vania sedikit terengah. Yudha juga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Alena, bisakah kita berbicara? Semenjak saat itu aku tidak dapat menghubungimu. Aku ingin menjelaskan hal yang saat itu kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan." Yudha berusaha meraih tangan Alena. Akan tetapi sebelum, tangan Yudha menggapainya segera di tepisnya tangan tersebut.
"Sudahlah Yudha, apa yang ingin kamu jelaskan? Bukankah semua sudah jelas? Kalian telah bermain api di belakangku," ucap Alena yang mulai berkaca-kaca. Terdapat denyutan rasa sakit yang menekannya apabila dia mengingat lagi hal tersebut. Kejadian itu membuat trauma yang mendalam. Bahkan setelah tiga tahun menjalani hidup tanpa Yudha dan Dania. Alena baru bisa membuka hatinya dan kembali memiliki sahabat yaitu Vania.
"Tapi Alena itu tidak seperti yang kamu lihat. Itu hanya kesalahpahaman. Kami tidak sengaja.."
Alena segera memotong ucapan Yudha, "Ah, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi alasanmu yang tidak masuk akal tersebut." Alena kemudian berdiri dan mengajak Vania untuk mengikutinya. Vania yang sedari tadi hanya bisa melihat interaksi antara Yudha dan Alena kebingungan tetapi Vania segera mengikuti Alena yang meninggalkan Yudha. Yudha yang ditinggalkan hanya menatap kepergian Alena dengan wajah yang memelas.
"Alena, tunggu aku dong." Vania berusaha mengejar Alena yang berjalan sangat cepat. Alena yang mendengar perkataan Vania menghentikan jalannya.
"Mengapa aku harus bertemu dia lagi, Van? Aku kesal sekali tadi." Alena berkata sambil berkaca-kaca.
"Sudahlah Alena. Tidak usah kamu pikirkan dia lagi. Sekarang jalani saja hidupmu dengan bahagia, mungkin bertemu dengannya tadi hanya untuk membuktikan bahwa kamu masih tidak bisa melupakannya. " Vania memang telah mengetahui masa lalu Alena. Alena sangat trauma untuk memiliki sahabat, tetapi Vania sangat mengerti Alena dan membuat Alena nyaman dan mau berteman dekat dalam artian bersahabat kembali.
"Tidak. Aku sudah melupakannya. Aku pasti melupakannya," ujar Alena.
"Yasudah, lebih baik sekarang kita pulang saja. Kami harus istirahat besok kamu akan berkencan bukan?" Vania mengatakan hal tersebut sambil menggandeng Vania dan berjalan keluar dari pusat perbelajaan. Mereka pergi dengan menggunakan mobil Vania, maka dari itu Vania mengantarkan dahulu Alena ke rumahnya baru setelah itu pulang menuju rumahnya.
***
Di sebuah perusahaan, Arga terlihat sedang memeriksa email yang masuk dan berkaitan dengan pekerjaannya. Arga merupakan pekerja keras dan dia sangat perfeksionis. Dia selalu memeriksa pekerjaannya dengan teliti agar tidak terdapat kesalahan sekecil apa pun.
"Arga, sudah larut malam. Pekerjaanku hari ini sudah selesai, aku pulang dahulu ya." Adam sekretaris Arga berpamitan untuk pulang.
"Baiklah, kalau pekerjaanmu sudah selesai," sahut Arga yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Hei, jangan terlalu memaksakan dirimu. Ingat dengan kesehatanmu juga." Adam berkata sambil membereskan berkas yang diperlukan.
"Iya, aku mengerti," ucap Arga.
"Lagipula besok kamu harus menghadiri kencan bukan. Santailah sedikit dan nikmati hidupmu," saran Adam. Arga memang seorang yang sangat cuek, bahkan sampai saat ini Adam belum pernah melihat Arga berkencan dengan perempuan manapun. Padahal Adam telah bekerja bersama Arga semenjak Arga memimpin Perusahaan Wijaya yang ada di Amerika.
"Iya aku mengerti, sudahlah kamu pulang saja. Aku masih ingin melanjutkan pekerjaanku." ujar Arga yang membaca beberapa dokumen.
"Baiklah. Aku pulang," pamit Adam lalu meninggalkan Arga yang masih melanjutkan pekerjaannya.
Sebenarnya Arga memikirkan kencannya esok hari. Bagaimana rupa gadis yang menurut Kakeknya sangat cocok untuk menjadi pendampingnya? Bagaimana bila kencan mereka kacau dan akhirnya mengecewakan sang Kakek? Akan tetapi, Arga mengalihkan pikirannya dengan bekerja seperti biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
An nisaa Lestari
ga sabar nunggu kelanjutannya thor. semangat 🥰🥰🥰
2023-10-29
1