Mentari pagi menyusupkan cahayanya melalui celah-celah kaca. Cahaya mentari yang masuk mengganggu seorang pria yang sedang terlelap. Pria itu membuka matanya dan melihat wanita yang menjadi istrinya masih berada di alam mimpi.
Arga memindai wanita yang ada disebelahnya. Wanita yang dari semalam ribut menaruh guling diantara mereka, kini entah guling tersebut sudah pindah ke mana. Wanita itu mengeratkan pelukannya kepada Arga. Dipeluk seperti itu membuat Arga sedikit terusik, bagian tubuhnya menegang. Akan tetapi, segera dia hempaskan pikiran-pikiran kotor yang berada di benaknya. Walaupun semalaman Arga tidak nyenyak dalam tidurnya.
Arga memandangi wanita yang telah lima hari resmi menjadi istrinya tersebut. Wajahnya tertutupi oleh rambut panjang Alena yang indah. Dia memindahkan helaian rambut yang menutupi wajah Alena. Terlihat wajah cantik Alena, yang membuat Arga tersenyum kecil.
"Cantik," gumam Arga yang masih memandangi wajah Alena.
Alena semakin mengeratkan pelukannya ke dalam dada Arga yang bidang. Arga yang dipeluk tidak merasa keberatan, justru hal tersebut seperti anugerah untuk dirinya. Merasa sangat hangat, Alena masih ingin tertidur lebih lama. Akan tetapi, cahaya mentari yang masuk melalui celah-celah jendela sedikit mengganggu tidurnya.
"Ehm." Alena menggeliatkan tangannya ke atas sambil mengulet. Arga yang melihatnya hanya mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan hal yang diluar batas. Lagi pula kesepakatan di antara keduanya belum dibicarakan lebih lanjut.
Alena mengerjapkan matanya sambil melihat ke sekeliling ruangan. Dia berpikir ini bukan kamarnya, namun Alena memindai sekelilingnya ini bukanlah kamarnya. Kamar ini terlihat sangat maskulin, seketika dia baru ingat bahwa dia berada di mansion keluarga Wijaya. Terkesikap, Alena langsung terduduk. Arga yang melihatnya hanya memperlihatkan ekspresi datarnya, mencoba menyembunyikan senyum di wajahnya.
"Morning, my wife." Sebenarnya secara tidak langsung semalam adalah kali pertama mereka tidur bersama. Akan tetapi, mereka belum melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh pengantin baru.Alena yang melihat Arga hanya tercengang bisa melihat makhluk di sampingnya.
Ya Tuhan. Baru bangun tidur saja dia tampan sekali. Matanya yang tajam, alisnya yang lebat, dan rahangnya yang tegas. Lalu, lihatlah otot di lengannya itu. Benar-benar idaman setiap wanita. Arga memang definisi laki-laki idaman.
"Morning." Alena menjawab sekilas ucapan selamat pagi yang dilontarkan oleh Arga. Dengan perlahan Alena berjalan menuju kamar mandi , namun sebelum itu ada yang mengganjal dipikirannya sejak semalam.
"Arga, Apakah ada pakaian yang cocok untukku? Kemarin kita langsung menginap tanpa mengambil barang-barangku terlebih dahulu," tanya Alena kepada Arga yang ternyata menatapnya dengan intens. Alena yang heran melihat tatapan Arga yang sedikit berbeda baru sadar dia masih menggunakan lingerie yang dihadiahkan oleh Mommy Leona. Tanpa menunggu jawaban Arga, Alena langsung berlari menuju kamar mandi. Arga hanya tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Semalam Arga telah menelepon sekretarisnya, yaitu Adam untuk mempersiapkan segala barang yang akan digunakan Alena. Adam akhirnya membeli segala keperluan Alena seperti pakaian, tas dan sebagainya yang tentu saja dibantu oleh beberapa asisten Arga.
***
Pagi ini merupakan pagi pertama Alena dan Arga berangkat ke kantor. Mereka sepakat masih merahasiakan hubungan keduanya di kantor. Alena dan Arga pun pergi terpisah. Saat ini, mereka sedang sarapan pagi.
"Alena, apa tidak sebaiknya kamu berada di rumah saja bersama Mommy? Mommy sangat butuh teman untuk mengobrol. Tidak perlulah kamu bekerja." Mommy Leona membuka percakapan pagi ini.
"Maaf Mom, Alena masih ingin mempunyai kesibukan sendiri. Aku juga telah membicarakan hal tersebut dengan Arga." Perkataan Alena tersebut membuat Mommy Leona hanya terdiam dan pasrah.
"Baiklah sayang, kalau itu keputusanmu, tetapi kamu jangan bekerja terlalu keras ya. Mommy kan ingin segera menimang cucu," celetuk Mommy Leona yang membuat Alena tersedak. Arga segera menyodorkan gelas berisi air putih kepada Alena seraya menepuk-nepuk pundak Alena pelan.
"Pelan-pelan makanya," ujar Arga sambil terus menepuk-nepuk pundak Alena. Setelah sarapan pagi yang membuat Alena tersedak itu, mereka berdua segera pamit lalu berangkat menggunakan mobil yang berbeda. Sebenarnya, Arga tidak keberatan dan sudah mengajak Alena untuk pergi bersamanya. Akan tetapi, Alena menolaknya secara halus..
***
Di kantor Alena segera menuju ruangan finance. Terdapat Vania yang sedang menyeruput teh hangat, dia segera terpekik dan menghampiri Alena.
"Lena, kamu dari mana saja. Aku chat dan aku telepon kamu tidak membalasnya. Memangnya yang sakit siapa? Kakek Adit? Atau saudaramu yang lain? Orang tuamu baik-baik saja kan?" Vania segera bertanya beruntun kepada Alena. Alena yang mendengar pertanyaan beruntun dari Vania tersenyum karena melihat begitu perhatian sababatnya satu-satunya ini.
"Ada saudara Kakekku yang sedang sakit, sehingga aku menjaganya karena beliau ingin aku untuk menjaganya." Alena menaruh tasnya seraya duduk di tempatnya.
"Oh, seperti itu. Aku kira Kakek Adit yang sakit. Aku juga ingin menjenguknya kalau Kakek Adit sakit ,tetapi aneh sekali dari kemarin aku tidak bisa menghubungi semua keluargamu." Vania memang berkali-kali menelepon dan mengirimkan pesan kepada Alena namun Alena belum bisa membalasnya.
"Maaf, aku benar-benar tidak bisa membalas pesan atau meneleponmu kembali kemarin." ujar Alena.
"Baiklah kalau begitu, yang penting kamu baik-baik saja ya Alena." Vania menepuk pelan pundak Alena.
Tiba saatnya makan siang, Alena yang ingin makan siang bersama dengan Vania dihentikan lagi-lagi oleh pesan dari Arga.
Arga
Kita makan siang di ruanganku. Mommy tadi sudah mengirimkan makan siang untuk kita berdua.
Alena menghela napasnya dan menoleh ke arah Vania. "Van, maaf aku mendadak harus makan siang bersama temanku. Kamu tidak apa-apa kan makan siang bersama yang lain." Tidak seperti Alena yang hanya dekat dengan Vania. Vania merupakan orang yang sangat ramah dan mudah bergaul. Banyak sekali temannya bahkan di luar divisi finance.
"Oh begitu, baiklah. Tidak apa-apa kalau begitu." Vania akhirnya makan siang bersama Intan dan Ririn yang merupakan staff di finance juga. Sebenarnya Vania enggan untuk makan siang bersama mereka, tetapi Candra sudah terlebih dahulu keluar. Intan dan Ririn sangat senang bergosip sehingga Vania kurang nyaman bersama mereka.
Alena menuju ruangan Arga. Ruangan yang berada di lantai paling tinggi di gedung ini. Ruangan Arga berada di lantai dua puluh. Ruangan tersebut merupakan ruangan khusus untuk CEO dan para petinggi di PT Wijaya, bahkan kecil kemungkinan staff seperti Alena untuk dipanggil ke ruangan tersebut. Akan tetapi, ruangan ini sepertinya akan sering dikunjungi oleh Alena karena Mommy Leona selalu mengirimkan makan siang untuk Arga dan Leona. Yang tidak Alena bahkan Arga tahu, hal tersebutlah yang akan menjadi perbincangan panas di antara seluruh karyawan PT Wijaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
An nisaa Lestari
lanjut thor ceritanya🥰🥰
2023-10-29
2
Lenny Kumala Dewi
semangat miss
lanjut
2023-08-31
1