Alena menatap kepergian Arga dengan wajah penuh tanya. Sikap yang Arga tunjukkan tidak adanya ketertarikan kepada Alena.
"Dia sudah pergi. Berarti kencan ini sudah selesai dan tidak akan berlanjut kan ya? Dia tidak tertarik dengan perjodohan ini sepertinya. Ya sudahlah." Alena menyeruput sisa lemon teanya dengan santai. Alena merasa usahanya untuk membuat Arga tidak tertarik dengannya telah berhasil. Jadi, dia bisa mengatakan hal tersebut kepada Kakeknya.
***
Mentari menyinari sebagian ruangan apartemen Alena. Gadis yang masih pulas tertidur itu terganggu oleh sinar mentari yang kemudian membuatnya terbangun dan menggeliat kecil. Melihat sinar mentari yang terang benderang sontak membuatnya duduk dan melihat jam di dinding kamarnya.
"Waduh, gawat sudah jam segini ternyata." Alena melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Hal tersebut menunjukkan bahwa dia telah bangun kesiangan. Dengan secepat kilat Alena menuju kamar mandi kemudian bersiap-siap berangkat ke kantor.
Sesampainya di kantor Alena melihat Vania yang telah berkutat dengan pekerjaannya. Dengan masih terengah-engah Alena duduk ke meja kerjanya.
"Telat nih ye," gurau Vania yang tangannya masih fokus pada keyboard dan mata melirik singkat Alena.
"Iya Van, tidur kemalaman nih kemarin." Alena segera menyalakan laptopnya dan mulai bekerja.
Tak berapa lama kemudian, terdengar dering ponsel Alena. Alena yang sedang bekerja melirik sebentar ponselnya, ternyata Kakeknya yang menelepon. Dengan malas-malasan Alena mengangkat telepon tersebut.
"Assalamualaikum, ya Kek. Ada apa?" Alena mengangkat telepon kakeknya sambil memerhatikan pekerjaannya.
"Waalaikumsalam. Alena nanti kamu harus bersiap-siap ya. Sehabis pulang kerja kamu pulang ke rumah karena keluarga Arga ingin segera melamar kamu." Kakek menjelaskan dengan nada riang gembira.
"Ingin apa Kek? Coba ulangi?" Alena merasa pendengarannya mulai terganggu karena mendengar kata melamar. Apa tidak salah? Bukannya kemarin Arga pergi begitu saja dan tidak mengatakan apapun soal lamaran ya?
"Keluarga Arga akan datang kerumah untuk melamarmu," ucap Kakek sekali lagi dengan nada yang sangat senang.
"Apa? Melamar? Yang benar saja kek. Kenapa mendadak sekali." Alena sangat terkejut dengan pemberitahuan Kakeknya.
"Ya, intinya nanti langsung pulang ke rumah ya tidak perlu ke apartemenmu. Semua sudah Kakek dan keluarga siapkan." Kakek mengatakan hal tersebut kemudian langsung mematikan sambungan teleponnya. Alena yang masih terkejut melempar teleponnya ke mejanya. Rasanya kesal sekali, bukannya kemarin Arga tidak tertarik dengan kencan dan perjodohan ini. Mengapa Arga malah ingin melamarnya? Yang benar saja.
***
Alena menuruti instruksi dari Kakeknya, akhirnya pulang menuju rumahnya. Perjalanan terasa sangat singkat baginya, padahal membutuhkan waktu dua jam perjalanan dari kantor di tengah kemacetan ibukota. Sampailah Alena di depan rumahnya, dengan hati berdebar Alena membuka pintu rumahnya.
"Assalamualaikum." Alena mengucapkan salam sambil melewati ruang tamu.
"Waalaikumsalam. " Amira yang merupakan Mama Alena menyahut dari ruang makan. Berbagai makanan terlihat ditata sedemikian rupa di atas meja makan.
"Ma, apa kabar?" Alena menanyakan kabar ibunya sambil menyium tangannya dengan takzim.
"Baik Alhamdulillah. Ya sudah sekarang kamu mandi dan bersiap-siap, mama sudah menyiapkan gaun yang akan kamu gunakan di kamarmu. Sebentar lagi keluarga Arga mungkin akan datang," Amira meminta Alena untuk lekas bersiap.
Alena tidak menyahuti perkataan Mamanya dan langsung menuju kamarnya. Kamar Alena berada di lantai dua, kamar yang bernuansa pink tersebut walau jarang ditempati oleh Alena tetap rapi karena setiap hari dibersihkan oleh Mamanya.
Alena melihat terdapat gaun putih yang simple namun sangat elegan tergantung cantik di kamarnya. Alena menghela nafasnya, keluarganya benar-benar ingin Alena segera menikah ternyata. Persiapan lamaran saja mendadak seperti ini. Sambil berkelana dengan pikirannya, Alena berjalan dengan gotai menuju kamar mandi.
Alena memakai gaun putih yang sudah dipersiapkan oleh Mamanya. Gaun tersebut sangat sesuai dengan ukuran badan Alena. Alena pun mengulaskan make up diwajahnya.
Setelah selesai, Alena keluar dari kamarnya dan menuju ruang tengah tempat keluarga biasanya berkumpul. Di sana duduk Kakek, Papa, dan Mama Alena.
"Nah, kalau begini kan cantik sekali cucu Kakek." Kakek yang sedang duduk memerhatikan penampilan Alena. Alena hanya diam sambil duduk di ruang tengah. Keluarga Alena memang sangat menghormati Aditya yang merupakan Kakek Alena. Oleh karena itu, keputusan perjodohan Alena dan Arga disetujui oleh orang tua Alena.
"Alena, kamu sudah siap kan untuk berkeluarga?" Amira bertanya sambil menggenggam tangan Alena.
"Siap atau tidak siap bukankah tidak bisa membatalkan lamaran hari ini?" Alena bertanya balik kepada Amira.
Amira yang ditanya balik hanya dapat menatap Alena sambil berkaca-kaca. Sebenarnya Amira ingin sekali mengutarakan pendapatnya bahwa Alena mungkin mempunyai tambatan hati sendiri. Akan tetapi, melihat tidak ada penolakan dari Alena dan desakan dari Aditya, Amira akhirnya menyerahkan jodoh anaknya kepada takdir kemana dia akan berjalan. "Semoga memang ini jodoh yang terbaik untukmu ya, Nak." Fauzan yang merupakan ayah Alena akhirnya bersuara.
"Aamiin ya rabbalalamin." Tania dan Romi yang merupakan Bibi dan Paman Alena mengamini doa tersebut. Keluarga dekat dari Alena memang telah berkumpul juga di rumahnya. Meskipun pemberitahuannya mendadak, mereka tetap menyempatkan diri untuk hadir.
Lima belas menit kemudian terdengar deru mobil di halaman rumah Alena. Alena sekeluarga berjalan untuk menyambut kedatangan keluarga Arga. Lamaran ini hanya dihadiri oleh keluarga terdekat dari kedua belah pihak.
Arga datang bersama dengan Ibu dan Kakeknya serta keluarga besar mereka. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Alena. Arga yang melihat Alena terpana dengan penampilan Alena malam ini karena sangat berbeda dengan dandanannya saat berkencan dengannya. Hal tersebut sedikit menarik perhatian Arga. Keluarga Alena mempersilahkan Keluarga Arga untuk duduk terlebih dahulu, setelah perkenalan secara singkat maka dimulailah acara lamaran antara Alena dan Arga.
"Selamat malam. Saya Arkayudha Wijaya selaku paman dari Arga ingin mewakili keluarga ingin menyampaikan maksud kedatangan kami yaitu ingin melamar Alena untuk menjadi istri Arga." Yudha memulai acara lamaran antara Alena dan Arga malam ini. Arga yang mendengarnya merasakan debaran yang tidak biasa, menurutnya ini merupakan hal yang sangat aneh. Namun, tentu saja hal tersebut tidak dapat diketahui oleh orang lain. Arga menutupi debaran tersebut dengan wajah datar yang biasa ditampilkan olehnya. Di sisi lain Alena juga merasakan hal yang sama. Dia menghela napasnya untuk meredakan kegugupannya. Satu keputusan ini merupakan keputusan besar yang akan mengubah jalan hidupnya selamanya.
"Selamat malam. Saya Romi Prastowo selaku paman dari Alena akan menjadi perwakilan keluarga pada malam ini." Romi membalas perkataan dari Yudha. "Lalu mengenai lamaran yang tadi Anda sampaikan, Alena sebagai yang bersangkutanlah yang berhak untuk menjawab lamaran tersebut." Romi melanjutkan perkataannya sambil mengalihkan netranya kehadapan Alena.
Alena yang kini menjadi perhatian semua orang menjadi berdebar tidak karuan. Alena menghela napasnya sejenak.
"Saya…"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
An nisaa Lestari
uh ga sabar nih thor. aq udah ter arga2 tiap bacanya. 😅😅
2023-10-29
1