Hari ini Clara kembali berkuliah, setelah jadwal perkuliahan selesai Clara dan beberapa mahasiswa lainnya melakukan rapat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Mereka berencana untuk camping. Banyak mahasiswa yang antusias dengan kegiatan tersebut.
"Coba tunjuk tangan siapa yg rasanya gk bisa ikut" Ucap Alvin
Hanya ada satu mahasiswa yang tunjuk tangan tanda ia tidak bisa ikut dalam kegiatan tersebut.
"Ra, kamu kenapa gk bisa ikut?"
"Udah si biarin aja dia gk ikut, gk ada untungnya juga dia ikut. Paling juga nanti nyusahin" Ucap Lia langsung memotong pembicaraan Alvin.
"Gpp kok, gue gak bisa ikut. Tapi tenang aja ntar gue ikut bantuin kalian juga buat persiapin semuanya" Ucapnya sambil tersenyum.
"Ra, dulu lo pernah cerita kalo lo pengen banget ikut tapi knpa skrng lo gak jadi ikut" Natali berbicara dengan wajah sedih.
"Natt, lo tau gue gimana kan? Gue pasti gak akan dapat izin buat ikut. Apa lo mau liat gue dihukum sama papa? Klo gue di siksa terus bisa-bisa gue mati natt, badan gue udah terlalu lemah" Clara berbicara dengan pelan, tapi Bagas dan teman-temannya masih bisa mendengar percakapan dari kedua sahabat itu.
Natali dan Megan hanya diam mendengar ucapan Clara tadi.
"Kalian kalo mau ikut, ikut aja gpp. Akan ada waktu dimana nanti kita bisa jalan-jalan bareng" Ucap Clara menyemangati kedua sahabatnya yang tampak lesu.
Clara kemudian diam dan mencoba berpikir gimana caranya dia bisa ikut bersama kedua sahabatnya ini.
"Hmm, gimana kalo gni aja? Nanti gue coba untuk minta izin sama papa. Pasti papa bakalan marah dan hukum gue, tapi paling itu cuma bentar aja, papa marahnya gk bakal lama, lagian juga papa gak peduli sama gue"
"Nah trus nanti setelah gue udah selesai di hukum, pasti papa izinin gue buat ikut. Keren gak?"
"Apasi anjing, tolol lu bikin rencana kayak gtu, yg ada lo bisa mati ntar. Gue gk mau. Kita gak usah ikut aja yuk nat" Megan menatap Natali.
"Iya kita gk usah ikut aja, kapan-kapan aja kalo ada waktu"
"Gpp kalian ikut aja"
"Gue bilang nggak ya nggak anjing, diem lu bgst" Ucap Megan sedikit emosi pada Clara.
Tiba-tiba Megan berdiri dan berbicara "gue, Natali dan Clara gak ikut. Semoga kegiatannya nanti lancar, have fun guys" Ucapnya sambil tersenyum.
Clara yang mendengar penuturan dari Megan rasanya ia ingin menangis, begitu solidnya kedua sahabat yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.
"Kalo mereka bertiga gak ikut, gue juga gak ikut. Sorry guys" Ucap Bagas karna merasa kasihan pada ketiga gadis itu, terutama pada Clara.
"Gue juga gak ikut" Skrng Aron yang berbicara
"Gue juga" Diikuti oleh Zayn, Varrel, Aidan
"Gue sama Rio juga nggak" Ucap Arthur
Rio? Ya Naka Alterio Megantara. Ia kerap dipanggil Rio oleh teman-temannya. Yang memanggilnya dengan sebutan Naka hanya keluarga dan juga gadis kecilnya. Apakah karna itu Clara tidak mengenali Naka?
Mendengar hal itu, Clara merasa tidak enak kepada teman-temannya yang lain. Kemudian Clara langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Hmm maaf buat teman-teman semuanya, ini kan udah rencana kita dari awal. Tapi kenapa skrng banyak yang gk bisa ikut? Klo kayak gni ntar gak enak sama teman-teman yang lain" Ucapnya merasa canggung.
"Kita gk akan ikut kalo lo gak ikut" Ucap Varrel
Clara mencoba berpikir keras bagaimana cara membujuk manusia keras kepala seperti mereka. Setelah beberapa menit berpikir, ia sudah mengambil sebuah keputusan.
"Oke, gue ikut dalam kegiatan ini. Tapi kalian harus janji kalo kalian juga ikut" Ucapnya dengan lantang.
Bagas dan teman-temannya kaget dengan keputusan Clara, begitu juga dengan Megan dan Natali. Karna mereka tau bahwa itu tidak akan mungkin, Clara tidak akan mendapatkan izin untuk ikut dalam kegiatan tersebut.
"Ra lo bneran? Lo yakin?" Tanya Natali memastikan.
"Gue yakin, lo tenang aja" Ucapnya meyakinkan
...🕊🤍...
Setelah sampai di rumah tepat waktu, Clara langsung membersihkan badan nya dan beristirahat sebentar. Badannya beristirahat tapi pikiran memikirkan bagaimana cara ia membujuk papa agar mengizinkannya untuk ikut dalam kegiatan di kampusnya itu.
Setelah mendengar suara mobil papa yang baru pulang dari kantor bersama bang Bian, Clara mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara pada sang papa. Setelah keberaniannya terkumpul ia melangkahkan kakinya ke ruang tamu.
Dengan ragu ia berdiri di samping papanya dan mulai berbicara.
"Pah, aku mau ngomong sesuatu" Ucapnya dengan hati-hati
Papa hanya melirik sekilas lalu kembali menonton TV
"Pah, aku boleh izin ikut kegiatan kampus gak pah? Teman-teman buat acara camping, aku boleh ikut gak pa?"
Tiba-tiba papa langsung berdiri dan menampar Clara dengan kuatkuat dan menjambak rambut Clara dengan kuat lalu membenturkannya ke dinding.
Mendengar keributan yang berasal dari ruang tamu, Bian langsung turun dan mendapati adiknya yang sedang di pukul oleh papa. Bibir Clara yg berdarah karna di tampar dan juga wajah Clara yang sudah basah oleh air mata.
"Pah udah" Tegur Bian kepada papa
Papa melirik Bian dan kembali menjambak rambut Clara dengan kuat lalu mendorongnya sampai perut Clara mengenai sudut meja.
"Mulai detik ini jangan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah saya, pergi dari rumah saya dan bawa semua barang-barang kamu dari rumah saya. Saya tidak ingin melihat wajah kamu lagi. Mau kamu mati atau kenapa saya tidak akan peduli"
Clara yang mendengar ucapan papa hanya bisa terdiam.
"Cepat pergi dari hadapan saya"
Bian yang melihat kejadian itu merasa sangat hancur. Sekarang ia harus berpisah dengan adik kesayangannya. Kemudian Clara pergi ke kamar dan membereskan semua barang barangnya dan memasukkannya ke dalam koper. Cukup banyak barang yang ia bawa. Lalu ia kembali ke ruang tamu, disana sudah ada papa dan Bian.
"Pah ini kunci mobil sama kartu aku, sekali lgi aku minta maaf udah buat papa marah. Maaf udah nyusahin papa"
"Saya tidak butuh mobil dan kartu kamu, saya bisa membeli lebih dari yang kamu punya. Pergi dari rumah saya" Ia berbicara tanpa menoleh sedikitpun pada Clara.
Clara kembali menangis sesegukan, sebisa mungkin ia harus bisa menahan agar suara tangisannya tidak di dengar oleh papa. Ia menangis tanpa suara.
"Pah, aku pamit dulu. Papa jaga diri baik-baik, jangan telat minum obat. Ara sayang papa" Air matanya terus mengalir
"Bg Bian, Ara pamit dlu, tolong jagain papa" Ia terus menatap Bian yang sudah ingin menangis.
Ia melihat kekhawatiran dari mata Bian kemudian ia menganggukkan kepala memberikan isyarat bahwa ia baik-baik saja.
Tidak lupa Clara juga berpamitan pada bi Imah yang selama ini sudah merawatnya. Yang sudah menganggap Clara seperti anaknya sendiri.
"Bibi, Ara pamit dulu ya. Bibi yang betah kerja disini, kasih obat tepat waktu buat papa" Kemudian ia memeluk bi Imah dan kembali menangis.
"Sampaikan salam Ara ke mama, bg Bara dan juga kak Lia. Ara sayang kalian semua"
Bi Imah terus menangis, ia merasa sangat sedih melihat ckara di usir dari rumah.
"Bibi gk boleh nangis, harusnya bibi seneng. Kalo Ara di usir, Ara gk akan mendapatkan siksaan lagi. Ara gak akan di hukum lagi sama papa, badan Ara gak akan sakit-sakit lagi" Ucapnya menenangkan bi Imah sambil menghapus air mata bi Imah.
"Iya non, non Ara hati-hati ya. Kalo ada waktu non Ara mau kan ketemu sama bibi lagi"
"Iya bi, bibi tenang aja nanti kalo Ara ada waktu Ara pasti nemuin bibi. Jadi bibi gk boleh sedih"
Clara berbicara begitu lembut sambil tersenyum.
Setelah itu ia pergi meninggalkan rumah mewah tersebut dan memasukkan barang-barang nya ke dalam mobil. Lalu pergi..
Ia tidak menyangka bahwa ia akan di usir dari rumah hanya karna dia meminta izin untuk ikut camping. Segampang itu kah papanya marah, rasanya setiap hal kecil yang dilakukan olehnya selalau salah dan selalau membuat papanya marah.
Selama di perjalanan ia hanya menangis, ia menjalankan mobilnya tidak tau akan kemana.
Kemudian ia berhenti di dekat taman, taman tempat ia dan Naka berpisah dulu. Ia keluar dari mobil dan mulai berjalan ke taman. Ia duduk di salah satu kursi taman dan hanya diam melihat ke arah depan, tatapannya kosong. Ia tidak tau apa lagi yang akan ia lakukan
Ia tersadar dari lamunannya saat mendengar ada notifikasi masuk. Lalu ia membuka chat tersebut yang ternyata dari abangnya, Bian.
Lalu ia beralih masuk ke room chat grup ia dan sahabatnya.
Ia tidak habis pikir dengan tingkah konyol para sahabatnya. Setidaknya ia terhibur dengan perdebatan kedua sahabatnya. Lalu ia meletakkan handphone di sebelahnya dan kembali melamun.
Ia teringat dengan sosok laki-laki yang dulunya berjanji akan mencarinya. Tapi buktinya sampai sekarang ia tidak kunjung datang.
"Naka, kamu dimana. Ara takut, skrng Ara gk tau harus ngapain. Naka kapan jemput Ara? Katanya mau jemput kok gk dateng-dateng?" Batinnya sambil menatap ke arah langit.
"Apa skrng Naka udah gk inget Ara lagi? Apa skrng udh ada yang gantiin posisi Ara di hati Naka? Apa skrng Naka udah mencintai wanita lain? Trus Naka gk jadi nikahin Ara dong?" Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
Tiba-tiba seseorang membuyarkan lamunan Clara.
"Heh, lo ngapain disini?"
Clara mengerjapkan matanya.
"Gk ada kok, gue cuma duduk-duduk aja"
"Oiya, nama lo siapa?"
"Gue Rio, temen abg lo"
"Iya gue tau"
"Lo sendiri ngapain disini?" Tanya Clara balik.
"Gue emng sering kesini"
"Lo suka di taman?"
"Ya" Balasnya sambil menatap langit
Tanpa disadari sosok laki-laki yang dingin, bisa berbicara banyak pada seseorang.
"Kalo setiap kali gue kangen sama dia, gue selalu kesini. Gue sampe skrng belum ketemu sama dia. Gue kangen bgt sama dia"
"Dia siapa?"
"Separuh hidup gue" Naka tersenyum sambil membayangkan gadis kecilnya itu.
"Lo sayang bgt sama dia?"
"Itu udh pasti. Cuma skrng gue bingung"
"Bingung kenapa?"
"Gue dijodohin sama anak nya teman bokap gue"
"Berarti kalian mau nikah dong"
"Belom pasti"
Tidak sengaja Clara melihat ada stiker dinosaurus kecil di handphone Naka.
"Eh ada dino, aaa lucu bgt. Boleh liat gk?" Clara memegang handphone Naka, dan melihat stiker dinosaurus tersebut.
Naka yang melihat hal itu langsung teringat seseorang. Ya, gadis kecilnya juga sangat menyukai semua hal yang berhubungan dengan dinosaurus. Melihat ekspresi Clara yang lucu dan menggemaskan Naka tersenyum tipis.
"Lo lucu, lo suka sama dino dan gadis kecil gue juga menyukai itu. Kalian hampir mirip" Batinnya.
Karna dari tadi Naka tidak begitu memperhatikan wajah Clara, sekarang ia baru sadar kalau wajah Clara penuh luka lebam.
"Wajah lo kenapa?" Tanya Naka.
"Gpp kok. Kenapa emng?"
"Lo disiksa papa lo lagi?" Tebak Naka
"Hmm" Clara tidak menghiraukan itu dan masih tetap fokus pada stiker dino di handphone Naka.
Naka tidak mau bertanya banyak lagi.
Bagaimana bisa Naka membiarkan Clara menyentuh handphone nya? Selama ini tidak seorang pun ia perbolehkan menyentuh handphone miliknya. Tapi kenapa sekarang ia membiarkan hal itu terjadi, kenapa ia tidak marah?
Setelah berbincang-bincang, Clara melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 16:45, kemudian ia segera berpamitan pada Naka. Kemudian pergi begitu saja.
Seolah tak rela, Naka merasa keberatan saat Clara berpamitan pergi. Ia merasa kesepian lagi.
Kemudian ia menepis perasaan itu dan pergi dari taman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Brock
Gak nyangka endingnya sekeren ini, terima kasih udah bikin aku senang!
2023-08-01
0